Tak Puas Sekali Menjelajah, Ekspedisi Baru Siap Dimulai

Iwan Rhosadi menunjukkan buku ekspedisi NKRI yang memuat foto-foto yang telah didokumentasikannya tahun lalu. Januari mendatang, dia akan kembali menjelajah ekspedisi NKRI.

Iwan Rhosadi menunjukkan buku ekspedisi NKRI yang memuat foto-foto yang telah didokumentasikannya tahun lalu. Januari mendatang, dia akan kembali menjelajah ekspedisi NKRI.

Iwan Rhosadi, Mahasiswa Penjelajah NKRI
Kota Surabaya, Bhirawa
Alam Indonesia memang selalu memikat. Menjelajahnya, meski harus bertemu banyak rintangan tak akan membuat menyesal. Yang ada justru ketagihan. Seperti cerita Iwan Rhosadi, mahasiswa Universitas 17 Agustus yang akan kembali mengikuti Ekspedisi NKRI untuk kedua kalinya.
Tubuh mungil bukan menjadi pantangan bagi Iwan Rhosadi untuk meluapkan hasratnya menjelajah celah-celah terpencil NKRI. Mahasiswa semester IX Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Informatika, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya itu kini tengah bersiap mengikuti ekspedisi NKRI pada Januari 2016 mendatang. Tepatnya di wilayah Provinsi Papua Barat.
Sesungguhnya ekspedisi ini bukan pertama kalinya dia jalani. Pengalaman itu sudah dimilikinya melalui event serupa 2014 lalu. Saat itu, Iwan menjelajah wilayah Nusa Tengara Timur (NTT). “Ini menjadi bekal tersendiri bagi saya untuk melaksanakan ekspedisi berikutnya dan berikutnya lagi,” tutur bungsu dari tiga bersaudara itu kemarin.
Di sela menunggu jadwal keberangkatan Januari 2016 mendatang, Iwan menyempatkan diri ke kampus untuk pamitan sekaligus bertutur pengalaman . Dia mengaku punya kesan mendalam ketika 2014 berada di daerah-daerah pedalaman yang belum dijamah manusia. “Ekspedisi NKRI ini program Kementerian Kesra dan menggandeng Kopassus (Komando Pasukan Khusus).  Pada 2014 saya mendapat bagian untuk wilayah Maluku Utara meliputi Tidore, Ternate, Labuha, Tobelo, dan Morotai,” kata dia.
Dalam ekspedisinya, Iwan berusaha mengabadikan setiap sudut-sudut dalam lensa kamera miliknya. Kebetulan, dia juga punya tugas khusus di event ini. Yakni memotret flora dan fauna di wilayah tersebut. “Dalam satu tim ada lima orang. Ada unsur Kopassus, Brimob, dan mahasiswanya saya serta  dua orang dari Fakultas Biologi dan Kelautan Universitas Padjajaran,” kenang mahasiswa kelahiran Surabaya, 4 September 1992 ini.
Iwan banyak mendokumentasikan penelitian dan specimen flora maupun fauna. Termasuk flora dan fauna bawah laut. Penghobi selam ini mengaku menemukan keasyikan tersendiri ketika berada di dalam laut.
Foto-foto jerih payah Iwan tidak begitu saja menjadi kenangan. Karena sebagian besar hasil jepretannya itu menjadi pendukung buku Ekspedisi Koordinator Wilayah Morotai. Buku berukuran tebal dan besar itu selalu dibuka Iwan ketika rindu kembali akan suasana ekspedisi. “Paling asyik selama ekspedisi 2014 itu, ada banyak potensi pariwisata luar biasa di Indonesia Timur. Potensi yang belum diketahui banyak orang,” tutur dia.
Satu lagi yang asyik bagi Iwan dan timnya, yakni keberadaan Batu Kopi di Pulau Rao Morotai Utara. Batu karang ini tiap pukul 06.00 dan 18.00 waktu setempat mengeluarkan aroma kopi. Selain dua jam itu, tidak ada aroma. Yang ada hanyalah batu karang dengan sedikit bau anyir air laut. “Saya dan tim, juga orang yang pernah ke Batu Kopi tidak tahu sebabnya. Yang pasti di sana tidak ada orang goreng kopi, apalagi ada warung kopi,” kata Iwan sedikit berkelakar.
Ditanya soal honorarium yang diterima, Iwan tidak menyebut pasti. “Nilainya tidak seberapa, tidak sebanding dengan waktu selama 4 bulan di pulau dan 2 bulan pembekalan. Cuma pengalaman dan serunya itu yang tidak bisa diukur dengan duit,” akunya.
Merasa ketagihan, alumni SMKN 1 Surabaya inipun banyak melakukan persiapan jelang Ekspedisi NKRI, Januari 2016. ” Setelah seleksi administrasi, fisik, psikologi dan wawancara, sekarang saya sudah bersiap dengan peralatan kamera bawah laut. Karena di Papua Barat akan banyak bermain di bawah laut,” tuturnya antusias. [Adit Hananta Utama]

Tags: