Tak Sekadar Popularitas, Wagub Emil Tegaskan KPI dalam Demokrasi

Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak saat menjadi pembicara dalam Seminar Pemilihan Serentak 2020 “Jogo Jawa Timur, Aman dan Demokratis” di Hotel Kampi, Surabaya.

Surabaya, Bhirawa
Menghadapi pilkada serentak tahun 2020, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak berharap proses demokrasi akan berjalan sehat sehingga mampu melahirkan pemimpin yang matang. Ini menjadi salah satu Key Perform Indication (KPI) dalam perjalanan demokrasi di Jatim.
Hal tersebut diungkapkan Wagub Emil saat menjadi pembicara pada Seminar Pemilihan Serentak 2020 “Jogo Jawa Timur, Aman dan Demokratis” di Hotel Kampi, Surabaya, Kamis (5/3). Menurut Emil, demokrasi memiliki KPI, salah satunya adalah pemimpin yang mampu membawa pemerintah dengan baik. Dan dia berharap, melalui proses demokrasi ini akan melahirkan pemimpin yang juga memiliki kematangan dalam menyikapi keterbukaan informasi hari ini.
“Bukan tidak mungkin, tekanan saat ini bisa mendorong kita untuk melakukan langkah yang populer tapi belum tentu produktif dalam sinergi antar lembaga, keselarasan kebijakan, atau hal-hal yang sangat penting,” tutur Emil.
Emil berharap, pada 19 daerah yang akan melakukan Pilkada serentak nantinya akan melahirkan pemimpin yang bisa menyadari itu. Pemimpin yang mau bekerjasama dan sinergi antar lembaga. Tidak hanya bagaimana ratingnya akan tinggi dalam hal popularitas. “Karena yang terpenting adalah kemaslahatan masyarakat kita ingin pembangunan terlaksana dengan baik,” kata Emil.
Dia mencontohkan, dalam menghadapi tekanan Virus Corona. Di satu sisi pemerintah harus mampu menjaga ketenangan dengan tetap mengikuti komando. Karena ini NKRI, dan dia percaya pada Presiden Jokowi serta jajaran kementerianya . “Kita melakukan langkah untuk melindungi masyarakat tetapi yang tidak menimbulkan kebingungan terhadap masyarakat,” tutur Emil.
Mantan Bupati Trenggalek itu mengatakan, tidak semua kebijakan yang diambil pemerintah akan populer. Seperti contohnya penanganan jalan. Jika jalan itu belum berlubang kemudian ditambal, rasanya orang tidak akan menyadari bahwa jalan yang bagus pun harus tetap dilapis. Nah, kemudian saat pemerintah mengalokasikan anggaran untuk menambal jalan, orang tidak merasa itu suatu achievement. “Padahal sebenarnya untuk melakukan itu bukan hal sederhana. Kita harus menentukan prioritas dan kalau tidak dilapis akan berlubang dan rusak,” kata dia.
Hal-hal inilah yang diharapkan seluruh pemangku kepentingan memberikan edukasi kepada masyarakat. Dalam proses pemilu jangan sampai hanya menyentuh hal-hal populer-populer saja. Sementara hal-hal yang substantif terkait pemerintahan justru luput. “Demokrasi ini sebenarnya bukanlah tujuan akhir, namun merupakan proses untuk menuju kemaslahatan masyarakat,” pungkas Emil. [tam]

Tags: