Tambah Penghasilan, Ajak Istri Kembangkan Budidaya Jamur Janggel Jagung

Rudy Restony, saat mengelola budidaya jamur janggel jagung di dekat rumahnya di Desa Sumberkolak Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo. [sawawi]

Perjuangan Rudy dan Nelly di Tengah Pandemi
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Pandemi virus corona atau Covid-19 telah menghantam sendi perekonomian nasional. Termasuk sejumlah warga di Kabupaten Situbondo, yang juga terkena dampak ekonominya. Satu diantaranya adalah pasangan suami istri asal Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Rudy Restony-Nelly Farisanty. Di tengah himpitan ekonomi, suami istri ini menemukan gagasan baru yakni mengembangkan budidaya jamur janggel jagung yang banyak tumbuh di dekat rumahnya.
Pagi itu, suasana rumah Rudy-Nelly cukup sepi. Maklum saja, semua warga di kawasan lingkungan rumah Rudy-Nelly banyak yang sudah berangkat bekerja. Sebagian besar warga setempat bekerja sebagai petani serta buruh pabrik. Sebagian kecil ada yang bekerja di perusahaan swasta. Rudy Restony, yang sehari hari bekerja sebagai seorang security (satpam) hari itu sedang memasuki sif malam.
Saat ditemui, Rudy tak langsung mengupas soal usaha barunya yang kini baru tumbuh, budidaya jamur janggel jagung. Lebih awal Rudy, mengisahkan dampak virus corona yang memiliki dampak serius bagi masyarakat setempat. Selain menghantam pendapatan harian warga, virus yang dikenal mematikan itu juga memiliki dampak bagi usaha rintisan warga. “Dahulu sebelum ada pandemi corona, usaha kecil kecilan saya lumayan. Saat ini untuk sementara, ganti haluan,” ujar Rudy.
Setelah cukup lama mencari ide, Rudy akhirnya kecantol dengan temuan barunya, jamur janggel jagung yang banyak tumbuh di dekat rumahnya. Dalam pandangan Rudy, jamur janggel jagung itu di temukan mirip dengan jamur jenis Inoki. Setelah jamur jamur yang tumbuh berserakan itu dilihat, akhirnya Rudy punya inisitaif untuk dikembangkan atau dibudidayakan. “Itu kok janggel jagung tumbuh jamur. Saya lalu mikir akan bagus jika dikembangkan dengan pola tanaman hidroponik,” lanjut Rudy.
Gagasan Rudy untuk mengembangkan budidaya jamur janggel jagung akhirnya kesampaian. Dengan bermodal katul, usaha budidaya jamur itu berhasil tumbuh dengan bagus. Lama kelamaan, usaha Rudy terus tumbuh dan jamur memiliki rasa enak saat dimakan usai dibersihkan dengan air. “Ya akhirnya bisa dikonsumsi. Saya saat itu terus mengembangkan dan menyebarkan kepada kerabat dekat dan para tetangga sehingga banyak tertarik karena jamur ini memiliki rasa yang lezat saat dikonsumsi,” tutur Rudy.
Tak berhenti disana, Rudy terus mengasah pola budidaya jamur ini dengan memakai sistem pertanian terbarukan. Selain usaha itu unik, jamur janggel jagung juga bisa memenuhi kebutuhan sayuran bagi kerabat dan para tetangga rumah di Desa Sumberkolak. Usaha keras Rudy bersama isteri, lambat laun membuahkan hasil yang cukup lumayan setelah jamurnya dibeli oleh banyak orang. “Ya kami dan warga hampir rutin mengkonsumsi masakan jamur ini. Semua itu berjalan terus hingga saat ini. Makanya usaha ini terus kami kembangkan bersama keluarga,” ulas Rudy.
Disisi lain, Nelly Farisanty menimpali, usaha yang dirintis suaminya juga berkat adanya motivasi dari Nelly. Ya, setelah setahun berjalan usaha budidaya jamur janggel jagung memiliki prospek yang cerah. Saat ini, imbuh Nelly, ia bersama suaminya hanya berusaha melakukan pengembangan. “Ya kami masih memikirkan langkah berikutnya mencari tenaga pemasaran (bagian marketing). Kami juga berharap ada uluran tangan dari Pemkab Situbondo (Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkembunan) Kabupaten Situbondo. Dinas ini bisa ikut membantu mengenalkan janggel kepada khalayak umum,” harap Nelly.
Masih kata Nelly, adanya campur tangan pemerintah diyakini usaha budidaya jamur janggel jagung akan terus tumbuh. Selain itu, keikutsertaan pemerintah juga dapat menghilangkan stereotip bahwa jamur jenis janggel jagung memiliki racun saat dikonsumsi. Padahal, lanjut Nelly, produk usahanya itu sudah cukup banyak dikonsumsi warga dan nyatanya tidak beracun. “Itu (jamur janggel jagung) layak dikonsumsi. Itu semua tidak terbukti setelah saya menjual kepada tetangga dan masyarakat setempat,” terang Nelly.
Awalnya, ingat Nelly, banyak warga yang susah mengenal jamur jenis janggel jagung ini. Berbeda misalnya dengan jenis jamur tiram dan jamur yang tumbuh di batang pohon kayu. Namun setelah mereka diberi bukti tidak beracun, ujar Nelly, saat ini yang membeli semakin bertambah. Bahkan, sambung Nelly, ia tak sungkan bersama suaminya, Rudi Restony memasarkan dari pintu ke pintu di lingkungan Desa Sumberkolak. “Setelah tahu rasanya enak, warga banyak yang ketagihan membeli,” ungkap Nelly.
Jamur janggel jagung setahu Nelly, bisa dimasak dengan anek resep masakan terkini. Bisa di masak krsipi, dioseng dan dimasak kuah dicampur dengan jenis menu yang lain. Hanya saja, Nelly mengamati jenis jamur janggel jagung ini banyak mengandung air dibandingkan dengan jenis jamur tiram. “Sekarang ini saya sudah mampu memproduksi sebanyak enam kotak. Biasanya warga terdekat membeli 4-5 kg. Tiag kg-nya kami menjual Rp 25 ribu,” jelas Nelly seraya mengakui jamur jenis janggel jagung ini biasa tumbuh seperti jerami.
Nelly kembali mengakui, saat ini khusus di Kabupaten Situbondo baru dirinya yang menekui usaha budidaya jamur jenggel jagung. Pun demikian, lanjut Nelly, di Kabupaten Banyuwangi juga hanya ada satu orang yang intens budidaya jamur ini. Jika dicatat secara rata rata di Indonesia, sambung Nelly, pembudidaya jamur janggel jagung ini baru ada 10 orang. “Jadi jumlah peminatnya masih sangat minim. Makanya saya sangat serius menggeluti ini karena yang terjun baru bisa dihitung dengan jari,” pungkas Nelly. [sawawi]

Tags: