Tambak Milenial Situbondo Jadi Percontohan Pergerakan Ekonomi Rakyat

Menteri Sakti Wahyu Trenggono didampingi Kepala BPBAP Situbondo Nono Hartanto saat meninjau tambak milenial di Dusun Gundil Desa Klatakan Kecamatan Kendit Selasa (16/3). [sawawi]

Situbondo, Bhirawa
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) RI Sakti Wahyu Trenggono meninjau tambak milenial atau Millenial Shrimp Farming (MSF) Situbondo yang menjadi program percontohan budidaya udang vaname dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI. Dalam realisasinya KKP-RI melibatkan kaum milenial melalui Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo.
Pada kesempatan itu Menteri Trenggono mengatakan kini KKP fokus pada produk eskpor komoditas unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu udang, lobster dan rumput laut.
Mantan Wakil Menteri Pertahanan RI itu, komoditas udang dipilih menjadi prioritas berdasarkan data ekspor periode 2020. “Volume ekspor udang Indonesia kini mencapai 239.227 ton, dengan nilai US$2,04 miliar,” katanya, saat meninjau tambak milenial didampingi Kepala BPBAP Situbondo Nono Hartanto dan jajaran Forpimka Kecamatan Kendit, Selasa (16/3).
Untuk itu, imbuh Menteri Trenggono, kini diperlukan keterlibatan para kaum milenial yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi terutama dalam dunia industri 4.0. Indonesia, lanjutnya, memiliki potensi besar sehingga perlu melibatkan kaum milenial untuk mengenal dan terjun langsung dalam dunia akuakultur.
Sementara itu menurut Kepala BPBAP Situbondo Nono Hartanto, MSF Situbondo mampu menggerakkan ekonomi masyarakat yang ada di Dusun Gundil, Desa Klatakan Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Kata Nono Hartanto, target produksi tambak MSF di Situbondo sebanyak 1,5 ton per kolam atau 30 ton per hektare per siklus. Nono kembali menjelaskan pihaknya terus berupaya mewujudkan usaha budidaya rakyat dalam bentuk klaster dengan skala ekonomi. “Minimal 60 unit kolam dengan 60 pembudidaya,” kata Nono.
Masih kata Nono, dirinya berharap MSF dapat menjamin peningkatan kesejahteraan pembudidaya dengan pendapatan 5 juta/bulan. Selain itu, ujar Nono, BPBAP Situbondo kini juga membentuk kelembagaan usaha profesional (corporate farming ) dimana share holder nya adalah rakyat (pembudidaya), yang tergabung dalam Koperasi, BUMDES dan swasta profesional. “MSF Situbondo ini menerapkan inovasi teknologi budidaya kolam bundar dengan diameter 20 m yang dapat dibongkar pasang dengan padat tebar mulai dari 250 ekor per meter2,” beber Nono.
Lebih lanjut Nono menjelaskan MSF Situbondo terus berinovasi melalui digitalisasi tambak dengan penyediaan CCTV, pengukur kualitas air, automatic feeder serta ruang data. Inovasi yang ini dilakukan, tegas Nono, dengan memanfaatkan teknologi berbasis industri 4.0, terdapat automatic feeder, water quality monitoring, nanobuble dan oksigen murni. “ini dilengkapi dengan aplikasi budidaya berbasis data (smart farming), ” terang Nono.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto menegaskan konsep tambak milenial ini memiliki beberapa keunggulan dengan memperhitungkan keberlanjutan lingkungan dan usaha. “MSF ini memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya konstruksi lebih murah jika dibandingkan dengan tambak konvensional. Disisi lain operasionalnya juga mudah, manajemen risikonya lebih rendah. Ini juga menerapkan digitalisasi data operasional,” ujar Slamet.
Ia menambahkan, MSF juga memperhitungkan keberlanjutan usaha dan lingkungan. Karena itulah, dalam satu klasternya harus memiliki unit pengolahan limbah, kolam tandon dan juga kolam sedimentasi.
“Program ini diperlukan pengembangan perikanan budidaya yang didukung kajian ilmiah dan perencanaan bisnis yang matang,” imbuh Slamet seraya menambahkan perikanan budidaya mendapat perhatian Presiden Joko Widodo dan KKP mendapat mandat untuk mengoptimalkan produksi perikanan budidaya,bisa sebanding dengan potensi yang dimiliki. [awi]

Tags: