Tampil Percaya Diri, Hapus Segala Keterbatasan

Tak mau ditinggal, Mohammad Ridwan Irsyad, Siswa SDN Krembangan Utara 3 meminta orangtuanya tetap mendampingi saat tampil di panggung apresiasi pendidikan khusus. [adit hananta utama/ bhirawa]

Tak mau ditinggal, Mohammad Ridwan Irsyad, Siswa SDN Krembangan Utara 3 meminta orangtuanya tetap mendampingi saat tampil di panggung apresiasi pendidikan khusus. [adit hananta utama/ bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Setiap anak yang lahir adalah anugerah.  Jika pun ada keterbatasan secara fisik dan mental, bukan berarti mereka tidak boleh memiliki harapan. Karena Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), memiliki kesempatan yang sama untuk bisa berkarya.
Senin(24/8) kemarin 3000 siswa-siswi inklusi dari berbagai tingkat SD hingga SMA di Surabaya melakukan unjuk kebolehan. Lewat ajang apresiasi pendidikan khusus, anak-anak dengan berbagai keterbatasan ini  tampil dengan segenap kepercayaan dirinya. Bernyanyi, berpuisi, menari, atau memainkan teater, semua bisa mereka lakukan.
Satu diantaranya ialah penampilan oleh siswa SDN Krembangan Utara 3 Surabaya. Tim tari beranggotakan empat siswa ini menampilkan bakatnya menari jaranan. Mereka adalah ABK dengan jenis ketunaan autis dan down syndrome. Dengan jenis ketunaan ini, Guru Pendamping Khusus (GPK) memiliki tantangan sendiri agar mereka bisa kompak dan percaya diri saat tampil.
“Tadi sebelum naik panggung mereka antusias sekali. Tapi ketika sudah naik panggung, satunya malah tidak mau ditinggal ibunya,” ungkap Yuliati, GPK SDN Krembangan Utara 3 saat ditemui di Balai Pemuda Surabaya, Senin (24/8).
Salah satu siswanya yang enggan ditinggal orangtuanya saat tampil ialah Mohammad Ridwan Irsyad. Yuliati mengaku, Irsyad turun kepercayaan dirinya karena jadwal dari panitia terlalu molor. Seharusnya tampil pukul 08.30 tapi baru dipanggil pukul 11.00.
“Modal utama untuk mengajak mereka dari kelas ke tempat keramaian seperti ini hanya kepercayaan diri. Sayangnya, percaya diri mereka drop karena terlalu lama menunggu,” tutur dia. Tapi untungnya, lanjut dia, seiring waktu Irsyad akhirnya bisa mengikuti tarian dengan baik. Ibunya pun tidak lagi digandoli di atas panggung.
Penampilan tak kalah menarik juga ditunjukkan oleh para siswa YPAB Surabaya. Sejumlah  siswa tuna netra yang tergabung dalam tim paduan suara melantunkan lagu-lagu kebangsaan Indonesia. Tak urung, suara nyaring mereka membuat suasa menjadi hening.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Eko Prasetyoningsih mengapresiasi pameran tersebut. Menurutnya, ajang ini dapat memberikan ruang khusus bagi mereka yang berkebutuhan khusus.
“Tidak hanya yang normal saja yang dapat berkarya, tetapi siswa berkebutuhan khusus juga bisa menunjukkan kreasinya. Tidak boleh ada diskriminasi,” pungkas dia. [tam]

Tags: