Tampilkan 80 Persen Budaya Lokal di Pawai Budaya Jombang 2018

Sejumlah penampil ambil bagian pada Pawai Budaya Jombang 2018, Minggu sore (26/08). [Arif Yulianto/ Bhirawa]

Jombang, Bhirawa
Pawai Budaya Jombang 2018 kali ini memberikan tampilan yang menarik. Setidaknya 80 Persen muatan budaya lokal asli Kabupaten Jombang seperti Tari Topeng Jatiduwur, Kesamben, Jombang, Besut ditampilkan pada pawai , Minggu sore (26/08) di sepanjang jalan protokol di Kota Jombang.
Setiap penampil disyaratkan membuat cerita semacam sinopsis yang dibacakan di setiap titik yang telah disiapkan perangkat ‘sound system’. Baik dari sisi kostum, tata rias, dan koreografi diharuskan melengkapi karakter seni dan budaya yang ditampilkan.
Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Pawai Budaya Jombang 2018, drg Budi Nugroho yang juga merupakan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang mengatakan hal tersebut saat diwawancarai sejumlah wartawan, Senin siang (27/08).
“Kalau secara umum prosentasenya, 80 persen budaya Jombang yang kita angkat, meskipun dari penampil memang ada yang sama (penampilannya), misalkan Topeng Jatiduwur, itu ada tiga penampil,” kata Budi Nugroho kepada sejumlah wartawan.
Menurut penjelasan Budi Nugroho, untuk tahun 2018 ini, tema pawai budaya yang diangkat adalah ‘Harmoni Budaya Jombang’. Pihaknya berharap, dengan gelaran tersebut, terjadi eksplorasi seni dan budaya asli Jombang agar mampu memberikan edukasi kepada masyarakat Jombang sekaligus publikasi kepada publik nasional maupun internasional.
“Tentu saja mudah diakses oleh masyarakat baik itu melalui unggahan yang kita lakukan sendiri, maupun secara tidak langsung masyarakat juga akan mengunggah dengan sendirinya yang dia tonton pada waktu pelaksanaan di pawai budaya kemarin,” papar Budi Nugroho.
Meski begitu, untuk ke depan, kata Budi Nugroho, gelaran seperti itu akan dikemas dengan kemasan yang lebih bisa dinikmati oleh masyarakat. Menurutnya, pada saat gelaran pawai tersebut berlangsung, karena antusiasme masyarakat, sehingga penonton semakin mendekat ke peserta. Hal itu menurutnya kurang bisa dinikmati secara maksimal oleh masyarakat.
“Ke depan, nanti harus ada pagar pembatas supaya lintasan itu lebih leluasa untuk mengekpresikan para penampil atau peserta pawai itu sendiri,” pungkas Budi Nugroho.(rif)

Tags: