Tampilkan Sandur Tanah Adat, Bawa Pulang Empat Tropi Terbaik

Empat tropi penghargaan terbaik diraih Jatim dari Parade Teater Tradisi Nusantara yang digelar di TMII pekan lalu.

Empat tropi penghargaan terbaik diraih Jatim dari Parade Teater Tradisi Nusantara yang digelar di TMII pekan lalu.

Oleh-oleh Dindik Jatim dari Parade Teater Tradisi Nusantara
Kota Surabaya, Bhirawa
Dahulu, sandur dikenal masyarakat sebagai sebuah upacara ritual. Baik untuk sedekah bumi, maupun ritual pengobatan. Namun seiring waktu, sandur pun berkembang menjadi sebuah kesenian teater yang biasa mengangkat cerita lokal. Dari sandur ini pula, nama Provinsi Jatim melenggang sebagai Parade Teater Tradisi Nusantara 2015 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Eksplorasi minyak di Kabupaten Bojonegoro ternyata tidak sepenuhnya bisa diterima dengan baik oleh penduduk asli. Selain dampak sosial, masyarakat juga sangat anti pati jika eksplorasi sampai menyentuh di wilayah tradisi. Konflik pun terjadi, pengusaha dan penduduk asli saling bersitegang. Memperebutkan tanah adat untuk diubah jadi lahan eksplorasi.
Cerita itu merupakan salah satu adegan yang diangkat dalam sandur tanah adat dari Kabupaten Bojonegoro saat mewakili Jatim dalam Parade Teater Tradisi Nusantara 2015. “Cerita ini begitu orisinil, dengan mengangkat permasalahan sosial di atas panggung teater. Ada kearifan lokal yang kuat di dalamnya,” tutur Kasie Diklat Kepemudaan dan Seni Sekolah Dinas Pendidikan (Dindik) Bojonegoro Suyanto saat bertandang ke Kantor Dindik Jatim belum lama ini.
Sebagai akhir cerita, sang sutradara membuat sebuah akhir yang menyenangkan. Pihak perusahaan bisa memahami keyakinan penduduk asli terhadap tanah adat, atau wilayah yang dikeramatkan. Sedangkan penduduk pun mengizinkan pengusaha melakukan aktivitas eksplorasi minyak di daerah lain yang masih satu kawasan Bojonegoro.
Dalam penampilan sandur itu, Suyanto mengakui totalitas yang ditunjukkan dari siswa SMKN 2 Bojonegoro dan SMAN 1 Bojonegoro itu. Mereka tampil dengan karakter yang sangat kuat, dan dialek yang benar-benar tradisional. “Mungkin itu yang membuat kita berhasil menang dengan empat tropi sekaligus,” tutur seniman yang akrab disapa Munyuk ini.
Empat tropi itu antara lain, sebagai penyaji terbaik, aktor terbaik, sutradara terbaik dan penulis naskah terbaik. Mohammad Naufal, ialah peraih aktor terbaik itu. Dia mengaku bangga atas prestasi ini. Siswa yang baru menerima pengumuman lulus dari SMAN 1 Bojonegoro itu mengungkapkan pengalamannya bisa tampil mewakili Jatim di TMII. “Alhamdulillah sekarang sudah diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM) lewat jalur Bidikmisi,” tutur dia menunjukkan bahwa dirinya dari kalangan ekonomi tidak mampu.
Meski berlatar belakang ekonomi rendah, Naufal tak pernah patah semangat mengasah bakatnya di dunia seni teater. Dunia yang dipandang sebelah mata sebagian orang sebagai pilihan yang tidak menjanjikan. Tidak ada jaminan masa depan di sana. “Tapi saya akan terus belajar seni teater ini. Saya sudah senang di dunia ini,” tutur dia.
Prestasi Naufal memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dari seleksi di kabupaten, dia sudah terpilih sebagai aktor terbaik. Dalam lomba teater Pekan Seni Pelaja (PSP) Jatim juga diraihnya predikat aktor terbaik. Kali ini, dia pun dengan bangga membawa tropi dengan predikat yang sama.
Kehadiran para seniman juara ini langsung disambut hangat Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman di ruang kerjanya. “Saya ucapkan terima kasih atas prestasinya sebagai perwakilan Jatim. Kami bangga dengan teman-teman,” tutur dia.
Dalam kesempatan itu, Saiful mengingatkan Naufal agar tidak pernah berhenti berkarya. Sebab menjadi seniman adalah pilihan yang menjanjikan. Bakat akting yang baik jika diasah bisa jadi akan menjadi artis. “Di Jogja itu tempatnya seniman. Jangan berhenti belajar di sana. Tapi jangan lupa juga dengan adik-adikmu di sekolah. Alumni harus tetap peduli dengan sekolah asalnya,” tutur mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini.
Saiful menuturkan, kesenian di Jatim ini perlu regenerasi dan modifikasi. Salah satu caranya ialah dengan menyiapkan kader-kader seniman baru. Mereka adalah para pelajar yang punya bakat seperti Naufal dan teman-temannya. “Kalau sekarang dia atau siswa-siswa yang lain mau belajar seni ke Jogja silakan. Tapi jangan lupa, bahwa kalian orang Jatim yang harus pulang dan memberi manfaat untuk Jatim,” pungkas dia. [tam]

Tags: