Tanah Sekitar Makam Kramat Jadi Tempat Relokasi Warga

Salah satu warga  menunjukkan lokasi dekatnya perkampungan penduduk dengan bibir Bengawan Solo.  Setiap tahun sungai ini mengancam permukiman penduduk ketika debit air naik.

Salah satu warga menunjukkan lokasi dekatnya perkampungan penduduk dengan bibir Bengawan Solo. Setiap tahun sungai ini mengancam permukiman penduduk ketika debit air naik.

Tuban, Bhirawa
Seperti hidup di daerah terisolir. Itulah yang  dirasakan warga Desa Kebomlati  ketika debit air Sungai Bengawan Solo naik dan memasuki perkampungan. Sudah jauh dari pusat kota, desa yang berada di Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban ini selalu menjadi langganan banjir ketika musim penghujan tiba. Selain itu  karena lokasinya memang berada di dalam bantaran Sungai Bengawan Solo.
Nasib warga yang berada di tepian Sungai Bengawan Solo di musim penghujan memang menyedihkan. Salah satunya warga yang tinggal di Desa Kebomlati Kecamatan Plumpang.  Kurang dari satu kilometer jalan di Dusun Mlaten, Desa Kebomlati sudah terputus setelah longsor terkikis aliran air Bengawan Solo. Jalan desa ini sekarang tidak dapat dilintasi, karena saat ini sudah berubah menjadi bantaran bengawan dan dipergunakan untuk menambatkan perahu warga setempat.  “Ini dulu jalan desa, sekarang jalan itu sudah hilang dan  menjadi bengawan,”kata Sunggar (75), salah satu orangtua di desa setempat, Senin (9/2).
Sunggar juga menceritakan, setiap tahun Bengawan Solo selalu mengikis tanah di desa ia tinggal. Setelah beberapa tahun bisa dilihat kalau salah satu jalan desa, tepatnya di Dusun Mlaten, sudah berubah menjadi bengawan. “Jalannya sekarang hilang, dulu saya juga punya tanah di sana,”lanjut Sunggar sambil menunjuk bekas tanahnya yang sekarang menjadi tambatan beberapa perahu.
Hilangnya jalan dan lahan warga yang terputus akibat tergerus air dari Bengawan Solo ini dibenarkan oleh Abdullah, salah satu perangkat desa setempat. “Perkiraan saya tidak kurang dari satu kilometer, jalan itu sekarang hilang berubah menjadi bengawan yang terus meluas,”jelas Abdullah.
Abdullah juga menunjukkan salah satu tiang listrik yang sekarang tampak berada di tengah bengawan. Menurutnya tiang itu dulu berada di pinggir jalan yang telah terkena abrasi. “Kalau mau lihat jalan yang dulu di mana? Ya itu masih ada tiang listrik yang sekarang terlihat separo karena sudah jadi bengawan,”kata Abdullah.
Baik perangkat desa ataupun warga setempat berharap hal ini mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat. Supaya wilayah yang ada di desa setempat tidak selalu tergerus Bengawan Solo. “Selama ini tidak pernah ada perhatian, kami berharap ada pembangunan plengsengan untuk bantaran bengawan di sini,”harap Abdullah.
Pada sisi lain, diceritakan oleh para tetua di sana, pada sekitar era 1994, warga setempat tidak berani sembarangan masuk kompleks makam ini. Terlebih dengan banyaknya pohon-pohon besar yang ada di sekitar lahan kosong setempat. “Dulu tidak ada orang berani begejekan (sembarangan) di sekitar kompleks makam ini,”kata Warsono (80), salah satu warga setempat.
Akan tetepi, saat ini kesan tersebut jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Saat ini, makam ini berada tepat di tengah permukiman warga. Tepatnya sejak 1997 lalu.  “Baru pada 1997 lalu, saya terpaksa menempati lahan yang ada di dekat makam ini,”kata Warsono.
Pria yang pertama kali membuat rumah di lahan kramat ini bercerita, rumah dia yang awalnya berada di pinggir Bengawan Solo terpaksa dipindah. Lantaran abrasi dari Bengawan Solo yang melintasi desa ini semakin parah. Bisa disebut, Warsono merupakan korban pertama kali adanya abrasi di desa setempat. “Sekarang sudah banyak yang pindah ke sini karena tanah dan rumah terkena longsor,”kenang Warsono.
Diterangkannya, lahan sekitar makam tersebut merupakan tanah desa. Tetapi sekarang dipetak-petak untuk ditempati relokasi bagi warga yang rumahnya terkena abrasi. “Sekarang jumlahnya sekitar 25 rumah, semuanya adalah rumah yang awalnya terkena longsor dan terpaksa kami pindah ke sini,” terangnya.
Jika dihitung sejak awal relokasi atau sekitar 18 tahun silam sudah ada 25 rumah warga desa setempat yang menjadi korban. Dimungkinkan jumlah ini terus bertambah mengingat abrasi yang semakin parah.[hud]

Tags: