Tanam Bambu, Lestarikan Sumber Air

Kab Mojokerto, Bhirawa
Wakil Bupati Mojokerto, Hj Choirun Nisa memimpin kegiatan tutup tanam Konservasi Mata Air dengan menanam Bambu di Desa Seloliman, Kec Trawas.  Kegiatan tanam konservasi mata air dengan bambu, bertujuan melestarikan sumber mata air yang ada di area pegunungan di Kab Mojokerto.  .
‘’Tanaman Bambu telah ditetapkan sebagai salah satu tanaman unggulan baik secara nasional, provinsi maupun di Kab Mojokerto,’’ terang Wabup Choirun Nissa.
Potensi bambu di Kab Mojokerto sudah tersebar di 18 kecamatan dengan luas potensi bambu sebesar 496,07 hektar, dengan jenis yang dominan  Bambu Petung, Jawa dan Ori. ‘’Pemanfaat bambu sebagian besar untuk bahan bangunan, kerajinan peralatan rumah tangga dan pelestarian sumber mata air,’’ imbuh Wabup dihadapan ratusan peserta serta sejumlah pimpinan SKPD.
Dihadapan KPH Pasuruan, LMDH Sri Lestari, serta Komunitas Bambu Nusantara Hijau yang telah bekerjasama dalam rangka ikut menjaga melestarikan bumi dan Sumber mata air yang ada di Kab Mojokerto, Wabup memberikan apresiasi positifi.     
‘’Semoga pengembangan dan Pengelolaan bambu di Kab Mojokerto ini berjalan dengan baik untuk kepentingan konservasi tanah maupun untuk kesejahteraan masyarakat,’’ pesan Wabup lagi.
Sementara itu, Agung Ketua penyelenggara menyampaikan bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam, cepat tumbuh dan banyak manfaat yang bisa didapat dari pohon bambu muali dari akar, batang dan daunnya.
‘’Selama ini masyarakat belum melakukan budiya bambu secara optimal, tetapi hanya memanfaatkan bambu yang tumbuh secara alami, untuk itu kedepan akan dibangun kelas untuk observasi para pelajar baik untuk  belajar Biologi tentang bambu,’’ urai Agung.
Terpisah Syamsi Dhuha, perwakilan dari BPDAS Brantas menyampikan BPDAS Brantas telah memfasilitasi pembangunan model budidaya bambu di Kab Mojokerto sebanyak 3 Unit yaitu di Desa Sajen, Kec Pacet, Desa Duyung, Kec Trawas dan Desa Manting, Kec Jatirejo masing–masing 10 Hektar.
‘’Areal model seperti ini diharapkan bisa menjadi stimulan bagi pihak lainnya untuk mengembangkan tanaman bambu. Program ini juga perlu dilakukan secara kolaborasi bersama–sama dengan pihak terkait, sehingga pengelolaan bambu di Mojokerto menjadi komperhensif mulai dari hulu sampai dengan hilir,’’ pungksnya. [kar. hel]

Rate this article!