Tanaman Bawang Diserang Hama, Kerugian Capai Puluhan Juta Rupiah

Hindari hama petani bawang di Probolinggo pakai jaring.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Stok Bawang Merah Probolinggo Menipis
Pemkab Probolinggo, Bhirawa
Stok stok bawang merah di Pasar Bawang Dringu, Kabupaten Probolinggo menipis. Itu dampak dampak banyaknya tanaman bawang merah di Kabupaten Probolinggo yang rusak diserang hama dan penyakit. Akibatnya, tidak sedikit petani bawang merah yang gagal panen dan mengalami kerugian puluhan juta.

Sutaman, Kepala pasar Bawang Dringu, Kamis (8/10) mengatakan, stok bawang merah di pasar hanya sekitar 22 ton. Jumlah itu sangat rendah dibanding bulan kemarin. Kondisi stok minim, terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Minimnya angka bawang merah, karena banyak petani bawang merah yang gagal. Biasanya stok taksi bawang merah di pasar itu bisa 100 ton sampai 250 ton. Belakangan ini, stok bawang merah hari ini hanya 22 ton, ” katanya.

Sutaman menjelaskan, pengurangannya pasokan bawang merah di pasaran berdampak pada harga bawang. Dalam sepekan ini harga bawang merah mulai merangkak naik. Beberapa hari lalu bawang berukuran besar hanya Rp 20 ribu per kilogram, kini sudah naik menjadi Rp 26 ribu per kilogram. “Sejauh ini ada pasokan bawang merah dari luar Kabuapten Probolinggo, tapi tidak terlalu banyak,” katanya.

Sutaman menambahkan, banyak pedagang di pasar yang udah tahu saat membeli bawang ke sawah petani. Sebab, banyak tanaman bawang merah yang rusak. “Kami khawatirnya stok bawang merah di pasar terus menipis,” ujarnya.

Stok bawang merah yang minim, masih belum berpengaruh pada harga bawah merah. Saat ini, harga bawang merah ukuran besar hanya Rp 22 ribu. Namun, dengan kondisi banyak petani bawang merah gagal panen, diprediksi harga bisa mahal. “Ada bawang merah dari luar Probolinggo, tapi tidak banyak dan biasanya langsung kirim ke luar Jawa,” ujarnya.

Cung Samiyono, salah satu petani merah asal Dringu mengatakan, tanaman bawang merah saat ini banyak yang diserang hama, akibatnya tanaman rusak. Bahkan, tanaman bawang yang taman dengan jaring pun, tidak luput dari serangan hama. “Banyak tanaman bawang merah yang gagal panen. Kami harap, pemerintah untuk bisa turun untuk memberikan solusi bagi petani bawang merah yang alami kerugian besar, ” ungkapnya.

Didik Tulus Prasetyo selaku Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Ketahanan Panganan dan Pertanian saat dikonfirmasi menyebutkan, pihaknya belum mendapatkan laporan adanya tanaman bawang merah yang rusak diserang hama.

Bahkan, kemarin sempat ada pertemuan dengan koordinator petani, tidak menyampaikan kondisi itu. Biasanya, petani banyak tanam bawang merah April-Mei dan panen rayanya Juli-Agustus. “Nanti kami akan turun untuk memastikan tanaman bawang merah. Karena tanaman bawang merah banyak yang panen raya di bulan Agustus. Mungkin mereka yang tanam bawang merah di akhir-akhir, ” terangnya.

Sejumlah petani bawang di Kabupaten Probolinggo, kini harus menghadapi kenyataan pahit. Tanaman bawangnya diserang hama, sehingga menyebabkan kerugian hingga puluhan juta. Banyak tamanan bawang yang mati saat masih berumur 30 hari dan dipastikan gagal panen.

Sejatinya tidak semua tanaman bawang merah diserang hama. Di wilayah Kecamatan Dringu, sebagian masih terlihat bagus. Tetapi, di daerah selatan banyak yang rusak. Termasuk tanaman bawang merah yang ditutup jaring, tidak luput dari serangan hama.

Salah satu petani bawang merah H Damanhuri mengatakan, tanaman bawangnya baru berumur 30 hari. Namun, dipastikan tidak dapat dipanen. Karena, tanaman bawang merahnya mati atau rusak diserang hama. “Bukan punya saya saja yang rusak diserang hama. Banyak tanaman bawang merah lainnya yang rusak,” tandasnya.

Dengan rusaknya tanaman bawangnya, H Damanhuri mengaku, rugi cukup besar. Menurutnya, untuk lahan satu hektare, kerugiannya bisa sekitar Rp 75 juta. “Kalau sawah tanaman bawang merah saya tidak terlalu luas, sekitar setengah hektare, kerugiannya hampir Rp 40 juta,” tuturnya.

Lebih lanjut Didik Tulus Prasetyo mengaku, belum turun mengecek kondisi tanaman bawang merah petani. Ia memperkirakan tidak semua tanaman bawang merah rusak diserang hama. “Dalam setahun ini tanaman bawang merah bisa mencapai 10 ribu hektare. Bulan ini memang baru saja mulai tanam lagi,” ujarnya.

Dahulu, petani bawang merah enggan menanam saat musim hujan. Mereka enggan bila produksi nantinya tak sebanyak musim kemarau. Bahkan, sebagian petani enggan menanam karena takut gagal panen, seperti yang dialami petani bawang di Kabupaten Probolinggo. Padahal kebutuhan bawang merah sebagai bumbu masak tak bisa ditunda. Setiap hari, bawang merah dibutuhkan sebagai barang konsumsi. Akibatnya, kelangkaan bawang merah pun kerap terjadi.

Didik Tulus Prasetyo mengungkapkan, sungkup plastik berfungsi mengatasi penyakit fusarium supaya tidak kena jamur, mampu menekan biaya tenaga kerja saat perawatan tanaman di musim hujan, dan biaya sanitasi lebih murah dan ekonomis. Manfaat lainnya yakni mendukung penerapan budi daya ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan pestisida di lapangan, memastikan keberhasilan panen saat musim hujan, kelembaban terjaga, pupuk di lahan tidak mudah hilang akibat hujan, serta budi daya akan menjadi lebih ekonomis dan efisien.

“Inovasi ini juga mampu mengurangi biaya produksi, mudah diterapkan dan sangat efisien, serta hasil produksi dengan sungkup jauh lebih tinggi dari tanpa sungkup saat produksi relatif stabil antar-musim dan serta harga jualnya lebih bagus saat off season,” kata Didik.[wap]

Tags: