Tanamkan Cinta Tarian Tradisional

Valentine Aqwarinna Gempita

Valentine Aqwarinna Gempita
Mengagumi keindahan seni tari sejak kecil, mendorong impian Valentine Aqwarinna Gempita untuk terus melestarikan kekayaan Indonesia ini. Salah satunya adalah merubah paradigma masyarakat modern yang menilai jika seni tari tradisional tidak begitu menarik dibanding seni tari modern. Sehingga, tidak sedikit masyarakat mulai meninggalkan seni tarian tradisional. Hal itu justru membuat Valen, begitu ia disapa mulai tertantang untuk ‘mempengaruhi’ masyarakat luas terutama anak-anak dalam mencintai seni tari tradisional. Misalnya saja, dalam mengasah motorik kasar anak usia dini, yang meliputi melompat, jinjit, ataupun berlari. Ia memadukan tarian kreasi dengan latihan motorik kasar untuk merangsang tumbuh kembang anak.
“Salah satu cara saya membuat anak-anak suka dengan seni tari tradisional adalah melalui kombinasi latihan motorik kasar dan tari kreasi,” ungkap dia
Dalam perpaduan tersebut, ia menggunakan tema hewan dengan sedikit sentuhan gerakan modern. Agar anak-anak lebih tertarik dalam melakukan tarian kombinasi. “Membuat anak-anak dalam mencintai sesuatu tidaklah mudah. Apalagi untuk seni tari. Jadi saya membuat kreasi tari semut, yang saya mulai dengan mendongeng untuk memancing anak-anak usia dini bergerak,” jelas bungsu dari dua bersaudara ini. Selain bertema semut, dongeng bertema hewan lain pun mulai diminati anak-anak usia dini. Itu telrihat ketika PPT Kartini Gununganyar mengikuti gerakan tari kreasi perempuan berjilbab ini. “Selain mengasah motorik kasar pada anak usia dini, ini juga saya maksudkan agar mereka bisa menyukai budaya mereka sejak kecil,” ujar perempuan asli Surabaya ini.
Di sisi lain, ia juga menilai menari tidak hanya bisa memberikan kesenangan dan kebanggan. Melainkan juga bisa untuk menjadi media anak usia dini dalam bersosialisasi. Seperti yang diungkapkan perempuan berusia 26 tahun ini, jika beberapa waktu yang lalu ketika ia melatih anak-anak usia dini di PPT Kartini Gununganyar, Valen beretemu dengan salah satu siswa yang sangat sulit bersosialisasi. Misalnya dalam berteman.
“Anak ini akan mudah bergaul dengan orang yang sama. Dia hanya mau ditemani oleh orang pertama yang di temui di sekolah. Itu artinya anak ini hanya mau berteman dengan anak itu-itu saja,” kata wanita kelahiran Surabaya, 14 Februari 1992
Namun, setelah latihan tarian kreasi selama dua bulan, semakin lama anak tersebut mulai fleksibel dan lebih percaya diri. “Dia sudah mulai bisa bersosialisasi dengan lebih banyak orang,” cerita lulusan SMA Intensif Taruna Pembangunan Surabaya itu.
Meskipun ia sudah cukup lama menari, bukan berarti tak menemui kesulitan dalam mengajarkan tarian pada anak-anak. Terlebih lagi, perilaku anak-anak yang tidak bisa di paksa dan gerakan yang sangat kaku membuat tantangan tersendiri bagi Valen.
“Banyak tantangan dalam mengajari anak-anak menari. Terutama bagi mereka yang tidak punya dasar menari sama sekali. Kadang antara tempo dan musiknya saling tidak seirama. Bahkan ada yang menangis karena tidak mau diajak bergerak,” tutur putri Syamsul Hadi Siswoyo dan Laguratna Kusumawati.
Dari tarian kreasi dalam mengasah motorik kasar pada anak usia dini ini, Valentine Aqwarinna mendapatka program hibah kegiatan mahasiswa dari Dikti sebesar Rp. 7,6 juta. Di samping itu, beberapa acara pemerintahan kota Surabaya juga sering meminta Valen untuk mengisinya. Saat ini, Valen sendiri mengajar tari di beberapa sekolah dan kampung dalam program Dinas Budaya dan Pariwisata kota Surabaya.
“Saya berharap, para guru bisa membuat inovasi dalam mengasah motorik kasar anak. Salah satunya dengan mengkombinasikan tarian tradisional dan latihan motorik kasar. Ini juga langkah melestarikan tarian tradisional kami,” tandas dia. [ina]

Rate this article!
Tags: