Tangani Sampah Menumpuk, DLH Kota Probolinggo Segera Beli Mobil Compactor

Volume sampah di kota Probolinggo terus menumpuk.

Kota Probolinggo, Bhirawa
Rencana Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo membeli mobil compactor mendapat dukungan DPRD Kota Probolinggo. Terlebih, bila keputusan itu berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan publik. Pasalnya sampah di kota dari tahun ketahun terus meningkat, apa lagi pada hari-hari tertentu peningkatannya sangat siknifikan.
“Jika memang tujuan penambahan mobil compactor ini untuk meningkatkan pelayanan publik, kami sepakat jika ada penambahan mobil compactor. Apalagi jika dengan adanya kendaraan ini masalah sampah yang menumpuk bisa teratasi, kami apresiasi sekali,” ujar Ketua DPRD Kota Probolinggo Agus Rudianto Ghaffur, Rabu (10/7).
Paling penting adalah alat-alat yang ada saat ini harus dijaga dengan baik. Tidak hanya digunakan, tapi dirawat. Jangan sampai terjadi korosi, akhirnya rusak dan menjadi penyusutan aset,” jelasnya.
Wakil Ketua II DPRD Kota Probolinggo Muklas Kurniawan. Ia mengatakan, sampai kemarin belum menerima dokumen perubahan APBD 2019. Namun, jika memang alat tersebut urgen dan dibutuhkan masyarakat, seharusnya segera dianggarkan. “Tapi, nanti akan dilihat speknya juga,” ujarnya.
Seperti halnya, dua mobil compactor milik DLH Kota Probolinggo rusak. Akibatnya, sampah di sejumlah tempat pembuangan sampah (TPS) sempat menumpuk. Namun, akhirnya bisa diatasi setelah diangkut menggunakan truk sampah biasa.
Dua truk compactor pengangkut sampah milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo, dikandangkan. Sebab, truk yang dibelinya satu tahun lalu itu, rusak dan kini masih dibenahi atau ditangani tim dari dealer Surabaya.
Dampaknya, distribusi sampah dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) ke Tempat Pengumpulan Akhir (TPA) terkendala. Lantaran 7 unit truk yang biasa mengangkut sampah setiap hari, tinggal 5 unit. Meski demikian, volume sampah 56 ton per harinya tersebut, terangkut seluruhnya. Mangkraknya 2 truk compactor tersebut diakui Kepala DLH setempat Budi Krisyanto.
Pihaknya mendatangkan pihak dealer, karena selain di wilayahnya belum ada bengkel yang bisa mengatasi kerusakannya, juga lantaran truck tersebut servisbya masih tanggungan dealer. Hingga kini pihaknya tidak tahu kerusakannya. Apakah mesin kendaraan atau mesin hidrolis pengangkat sampah.
Ia berharap, secepatnya truk yang berfungsi pengangkat sampah dari tempat sampah ke container (Bak) truk dapat diatasi. Mengingat, TPS Ungup-ungup sampah sempat menggunung di salah satu Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Ungup-ungup, Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran sempat menumpuk atau menggunung, paparnya.
Untuk membeli truk baru, Budikris mengatakan, melihat ketersediaan anggaran. Namun, jika melihat kebutuhan, pihaknya akan meminta anggaran di PAK atau P-APBD. “Soalnya 3 truk itu usianya sudah lebih 10 tahun. Ditanya bisa dipakai, ya bisa. Tapi kan usianya sudah tua,” tandasnya.
Sejak ramadan hingga pasca lebaran 2019, volume sampah di Kota Probolinggo, meningkat. Peningkatan terjadi sebanyak 21 ton (11%) perharinya. Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Pemkot Probolinggo, mencatat peningkatan volume sampah hingga 11% perhari tersebut, dibandingkan pada hari-hari biasa.
Jumlah sampah harian yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) di jalan anggrek Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo perhari umumnya berkisar 54 ton. Namun saat ramadan hingga lebaran 2019, jumlahnya meningkat menjadi 65 ton perhari. Meski terjadi peningkatan volume sampah, namun tidak sampai membuat TPA overload. Upaya antisipasi sudah dilakukan, mengacu pada tren peningkatan sampah setiap tahunnya, ungkapnya.
Kami melakukan penataan armada dan petugas, yang meliputi kendaraan pengangkutan sampah, penambahan bak dan gerobak sampah. Serta tenaga tukang sapu dan penarik gerobak sampah. Sehingga peningkatan volume sampah dapat tertangani dengan baik,” terangnya..
Gunungan sampah yang ada di TPA jalan anggrek Mayangan ini, merupakan pembuangan sampah sebanyak 30 persen atau sekitar 54 ton. Dari total perkiraan sampah di Kota Probolinggo, yang jumlahnya mencapai 170 ton. Data tersebut tercatat dari jumlah kiriman sampah melalui mesin timbang, yang ada di pintu masuk pembuangan sampah TPA jalan anggrek.
Jika kapasitas TPA jalan anggrek tersebut tidak ingin overload, maka masyarakat diminta untuk segera mengurangi jumlah pembuangan sampah dan melakukan pemilahan, dengan cara melakukan 3M. Cara itu adalah menggunakan kembali, mengurangi, dan mendaur ulang sampah. “Sehingga tidak semua sampah ditampung di tempat pembuangan akhir,” tambahnya.(Wap)

Tags: