Tangis-tangisan Berdoa, Memohon Kemudahan Menjawab Soal

Salah seorang siswi SMP Untag Surabaya khusuk mengikuti doa bersama yang digelar sekolah untuk menguatkan mental siswa. [adit hananta utama/ bhirawa]

Salah seorang siswi SMP Untag Surabaya khusuk mengikuti doa bersama yang digelar sekolah untuk menguatkan mental siswa. [adit hananta utama/ bhirawa]

(Ritual Doa Bersama Jelang UN SMP)
Surabaya, Bhirawa
Selalu ada cara untuk memantapkan kepercayaan diri peserta didik menjelang Ujian Nasional (UN) berlangsung. Seperti yang dilakukan SMP Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya dalam menguatkan mental siswa. Beragam kegiatan dilakukan, mulai dari doa bersama, sungkem ke guru dan orang tua, hingga bakti sosial.
Hanya tinggal lima hari saja para siswa jenjang SMP, SMPLB, MTs dan Paket B dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti UN. Belajar intensif, bimbingan belajar, hingga try out sudah dilakukan untuk mengasah kemampuan siswa menjawab soal-soal ujian. Namun persiapan tidak hanya berhenti agar siswa bisa menjawab soal, melainkan juga mental.
Pagi kemarin (29/4), sebanyak 119 siswa SMP Untag Surabaya terlihat khusyuk memanjatkan doa-doa. Beberapa diantaranya tak kuat menahan isak tangis mengingat tantangan yang akan dihadapinya saat ujian mendatang.
Momentum itu semakin haru ketika mereka diingatkan kembali dengan masa-masa selama belajar di sekolah sejak tiga tahun lalu. Maklum, setelah ini mereka akan berpisah dengan teman dan guru yang selama ini menemani belajarnya di sekolah.
“Saya takut soal ujiannya nanti sulit dan tidak bisa jawab lalu tidak lulus. Tapi saya juga tidak mau ujiannya curang. Jadi harus dikerjakan sendiri semampunya,” tutur Claudia Ine sambil tersedu usai mengikuti doa bersama di sekolahnya.
Claudia mengaku telah mengikuti bimbel berbagai pembelajaran intensif di sekolah. Namun demikian, rasa was-was tak dapat dipungkiri olehnya. Karena itu, dia datang ke sekolah tersebut untuk memohon kemudahan kepada Allah agar diberikan kelancaran saat mengerjakan ujian nanti.
Dalam beberapa kesempatan di tempat bimbel, Claudia mengaku sebenarnya telah ditawari kunci jawaban oleh teman-temannya. Spontan tawaran itu dia tolak tanpa ingin tahu lebih dulu berapa harganya. “Mama sudah pesan tidak boleh sampai curang saat UN. Jadi langsung saya tolak. Mudah-mudahan dengan mengerjakan sendiri kita sudah bisa mendapat hasil yang maksimal,” tutur dia.
Kepala SMP Untag Surabaya Wiwik Wahyuningsih mengatakan, para siswa tidak hanya dibimbing intelektualnya, melainkan juga akhlaknya. Karena itu, sejak awal sekolah menekankan kepada siswa agar benar-benar jujur dalam mengerjakan soal ujian. “Persiapan sudah kita lakukan dengan optimal. Saya rasa ini sudah cukup, mereka sudah akan mampu menjawab soal-soal UN,” tutur dia.
Bagaimana jika siswa telah mendapat bocoran kunci jawaban dari luar atau dari tempat Bimbel? Wiwik sejauh ini telah berusaha agar siswa tidak curang dalam bentuk apapun. Jika itu benar-benar terjadi di luar sepengetahuannya maka konsekuensinya akan jelas sesuai prosedur.
“Kami sudah menanamkan dalam diri anak agar mereka sadar bahwa kecurangan meskipun tidak diketahui guru atau pengawas, akan tetap diketahui oleh Tuhan. Ada pertanggung jawabannya di sana,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, selain mengajak siswa untuk doa bersama. Para siswa juga diajak untuk bakti sosial dengan membagikan nasi kotak untuk warga masyarakat sekitar. “Kegiatan ini setiap tahun dilakukan. Persiapannya juga dibuat oleh pengurus kelas sendiri. Mereka baksos dengan kas kelas yang mereka kumpulkan selama bersekolah,” pungkas dia. [tam]

Tags: