Tangkapan Menurun, Picu Kenaikan Harga Ikan

Nelayan di Lekok, Kabupaten Pasuruan menunjukkan hasil tangkapan yang berkurang akibat angin kencang, Rabu (3/7). [Hilmi Husain]

Pasuruan, Bhirawa
Hasil tangkapan ikan nelayan tradisional di pesisir utara Kota Pasuruan, selama sepekan hari terakhir menurun. Itu karena kondisi cuaca dan perubahan arah mata angin. Kecepatan angin yang relatif besar di perairan Pasuruan raya hingga perairan Madura berpengaruh terhadap keberadaan ikan.
Salah seorang nelayan asal Kelurahan Ngemplakrejo, Kecamatan Panggungrejo, Abdul Muji menyatakan hasil tangkapan berkurang akibat kondisi cuaca buruk.
Biasanya saat normal bisa mencapai 6-8 kuintal dari berbagai jenis ikan perhari, namun kini hanya 50 kilogram. Faktor utama penyebab ikan sulit diperoleh yakni adanya angin yang semakin berhembus relatif kencang.
“Tangkapan ikan menurun sejak seminggu belakangan karena cuaca buruk dimana angin barat (sebutan nelayan, red) datang. Apabila dipaksakan melaut, akan sangat membahayakan keselamatan kami,” tandas Abdul Muji di lokasi, Rabu (3/7).
Akibat pasokan ikan yang menurun, harga ikan pun menjadi naik. Harga ikan tenggiri naik menjadi Rp 50 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp 20 ribu kilogram, krisi naik menjadi Rp 45 ribu kilogram dari harga Rp 25 ribu kilogram, harga ikan cui naik Rp 30 ribu kilogram dari harga Rp 16 ribu kilogram dan harga cumi naik menjadi Rp60 ribu kilogram dari harga sebelumnya Rp40 ribu kilogram.
“Kenaikan harga ikan yang cukup tinggi ini, karena faktor cuaca buruk yakni angin yang kencang sehingga nelayan sulit meningkatkan hasil tangkapan ikannya. Dan harga ikanpun semakin mahal,” kata Abdul Muji.
Hal yang sama juga disampaikan Asari, nelayan di Lekok Kabupaten Pasuruan. Nelayan yang sudah melaut puluhan tahun itu pun mengalami penurunan tangkapan sampai setengahnya.
“Cuaca buruk sangat terasa sekali. Sekali melaut hanya 1 kuintal, padahal tangkapan sebelumnya sampai 9-10 kuintal. Seperti harga ikan kakap sebelum cuaca buruk Rp 40 ribu kilogram, saat ini cuaca buruk mengalami kenaikan Rp 60 ribu kilogram,” papar Asari. [hil]

Tags: