Tangkapan Nelayan di Kabupaten Situbondo Merosot, Harga Ikan Tak Menentu

Sejumlah kapal nelayan ikan di Pesisir laut Desa Kilensari Kecamatan Panarukan Situbondo, ditambatkan karena tangkapan ikan tak menentu Senin (2/8). [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa.
Penerapan PPKM Darurat menghantam semua lini ekonomi, termasuk bagi kalangan nelayan di pesisir laut Situbondo juga ikut terdampak. Tak mengherankan bila kondisi seperti ini membuat nelayan pencari ikan mengalami paceklik. Salah satunya dialami sejumlah nelayan yang ada di Pesisir laut Desa Kilensari Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo yang lebih memilih tidak melaut.

Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, mereka kini umumnya lebih memilih memperbaiki jaring dan alat tangkap ikan karena kondisi ikan yang belum menentu. Bahkan tangkapan ikan mulai berkurang dan kalau pun ada harganya mulai tidak stabil.

Apalagi selama PPKM Daurat hingga level 4 pun, membuat pengiriman ikan masih mengalami keterlambatan. Ini karena terjadi penyekatan di jalan, sehingga pengiriman tidak lancar. Hal ini membuat harga ikan menjadi murah dari harga biasanya.

Salah satu nelayan Desa Kilensari Kecamatan Panarukan Situbondo bernama Heri mengatakan, saat ini gelombang laut cukup besar dan mengalami pencarian ikan lebih sedikit dari beberapa hari biasanya. Meski demikian anginnya tidak terlalu kencang dan cukup bersahabat. “Hasil tangkapan ikan memang terus berkurang. Bahkan harganya pun mulai murah. Kondisi ini tidak seperti biasanya. Karena biasanya per kg laku Rp 25 ribu dan kini hanya terjual Rp 21 ribu per kg-nya,” terang Heri.

Pria paro baya itu menambahkan, ia selaku nelayan berharap, agar PPKM Darurat level 4 ini tidak terus diperpanjang oleh pemerintah. Ini agar, ujar Heri, tidak terjadi keterlambatan pengiriman ikan keluar Situbondo. Selain berdampak bagi para pedagang ikan, aku Heri, kondisi ini juga berdampak kepada nelayan yang lain di Kabupaten Situbondo. “Ya biasanya lancar tanpa ada kendala apapun. Namun karena adanya penyekatan sehingga pengiriman ikan mengalami kendala,” sebut Heri.

Heri menegaskan, khusus jenis ikan pindang hingga kini masih kuat bertahan. Namun untuk jenis ikan basah atau ikan segar lain pengirimannya harus tepat waktu, sehingga bisa terhindar dari kerugian. Hal senada juga diungkapkan oleh Edi Sutiono, nelayan ikan lain di Situbondo.

Sebelum terjadi masa pandemi Covid-19, kata Edi jika ada angin timur meski tangkapan ikan sedikit, harga ikan masih relatif mahal. “Sedangkan untuk angin barat melihat kondisi ini sangat disayangkan oleh para nelayan karena tidak bisa melaut. Sebab, cuaca mulai memburuk yang disertai dengan angin kencang,” jelas Edi.

Edi menimpali, karena ia hanya memiliki keahlian mencari ikan, mau tidak mau tetap melaut. Meski hanya untuk sebatas untuk memenuhi biaya hidup, mencari ikan tetap ia jalani. “Kini pendapatan nelayan itu tidak menentu. Untuk itu saya berharap ada keterlibatan langsung dari pemerintah daerah, saat musim peceklik sseperti aat ini. Kami harap ada uluran tangan untuk kalangan nelayan ikan,” pungkas Edi.[awi]

Tags: