Tantangan Immortalitas Homo Sapiens

Judul buku : Homo Deus: Masa Depan Umat Manusia
Penulis : Yuval Noah Harari
Penerjemah : Yanto Musthova
Penerbit : Alvabet
Cetakan : Pertama, Mei 2018
Tebal : 530 halaman
ISBN : 978-602-6577-33-7
Harga : Rp. 90.000
Peresensi : Mahmudi
Penulis adalah dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep

Satu frase kunci yang menyimpulkan gagasan Harari dalam buku ini adalah kehendak manusia menuju immortalitas. Menuju keabadian hidup adalah satu-satunya problem yang dihadapi umat manusia saat ini. Sebab, problem kelaparan dan penyakit sudah dapat diatasi oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Lalu pertanyaannya: mungkinkah manusia mengatasi kematian dan ia dapat bertahan hidup selama mungkin?
Dalam buku ini, Harari memosisikan dirinya sebagai futuris kontemporer yang mampu meramalkan masa depan umat manusia. Harari mengeksplorasi upaya-upaya manusia dalam merekayasa hidupnya supaya dapat hidup selama mungkin, bahkan menuju pada immortalitas. Terjadilah pergeseran masalah manusia: dari kelaparan, perang dan penyakit, menuju masalah baru yaitu keabadian hidup dan mencapai kebahagiaan.
Misi manusia modern adalah mengalahkan kematian dan memberi manusia usia muda abadi (hal. 27). Bill Moris, salah satu pengelola Google, menyatakan bahwa manusia mungkin hidup selama 500 tahun. Moris menginvestasikan dananya untuk riset-riset terbaik dalam hal mengupayakan keabadian hidup manusia.
Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan Stephen Law. Dalam buku Filsafat Itu Heboh, Law menyatakan, cara terbaik memperpanjang umur manusia adalah dengan memindah otak manusia yang sudah berumur tua untuk dicangkokkan ke bayi yang baru lahir. Hal ini bisa direkayasa dengan memberikan cairan pada otak tersebut. Dengan demikian, manusia diharapkan dapat hidup kurang lebih 200 tahun. Menurut Harari, sebagian ahli percaya bahwa manusia akan mengatasi kematian pada tahun 2200 M. Ketika manusia sudah dapat mengatasi kematian, disitulah ia telah menjadi Homo Deus, sosok manusia-tuhan yang dimaksudkan dalam buku ini.
Sebetulnya kematian adalah masalah teknis. Mati itu disebabkan: jantung berhenti memompa, kuman menyebar di paru-paru, sel kanker menyebar di hati. Jadi butuh solusi teknis untuk menghadapi kematian. Sejauh ini, kedokteran modern memang belum dapat memperpanjang rentang kehidupan alamiah setahun pun. Prestasi besarnya adalah menyelamatkan kita dari kematian prematur, dan memungkinkan kita menikmati rentang penuh tahun-tahun usia kita (hal. 31). Namun lambat laun, seiring perkembangan zaman, para ahli akan menemukan sebuah cara untuk memperpanjang umur manusia.
Salah satu penjelasan menarik dari Harari, di samping cita-cita immortalitas, yaitu tentang algoritma biokimia. Manusia tak ubahnya mesin yang dikendalikan. Dalam hal ini Harari seperti menyamakan kedudukan manusia dengan mesin seperti komputer. Artinya walaupun manusia memiliki kehendak bebas ia tetaplah dikendalikan sebuah algoritma yang teratur dan sistematis. Harari banyak menunjukkan data-data penelitian mutakhir tentang fenomena algoritma ini sehingga manusia rasional akan sulit untuk tidak mempercainya.
Penjelasan Harari tentang algoritma tersebut mengingatkan kita pada Stephen Hawking. Dalam bukunya The Grand Design, Hawking meyakini bahwa manusia tidak butuh “Tuhan”. Sebab, tubuh manusia telah dirancang dengan sempurna dan ia terus berevolusi. Hal yang demikian juga dijelaskan oleh Richard Dawkins dalam buku The Selfish Gene, bahwa manusia terus berevolusi tanpa batas.
Buku ini memiliki dua kekuatan, seperti yang dijelaskan oleh Rizal Mallarangeng, yakni sintesis dan integrasi. Sintesis dan integrasi tersebut kerap mewarnai penjelasan-penjelasan Harari. Artinya, Harari memadukan berbagai dimensi keilmuan di dalam meramalkan Homo Sapiens yang- menurut Harari- akan menjadi dewa atau tuhan.
Namun demikian, kelemahan buku ini adalah Harari tidak dapat menjelaskan dengan pendekatan intuisionisme seperti yang dikembangkan oleh Henry Bergson dan Pascal. Dalam hal ini, Harari mereduksi makna agama. Ia menyebut bahwa agama religius akan tergantikan dengan agama data (Dataisme). Menurut Harari, suatu saat manusia akan dikalahkan oleh data. Kesadaran manusia suatu saat sepenuhnya akan menyatu dengan aliran data yang tak dapat dihindarkan. Inilah ramalan Homo Deus seperti yang digaungkan Harari.

———– *** ———–

Rate this article!
Tags: