Target Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jatim 5,6 Persen Realistis

Dudi Herawadi Kepala BI Malang menyerahkan cinderamata kepada para narasumber Diskusi Ekonomi outlock 2018 di Hotel Atria Senin (11/12) kemarin.

Kota Malang, Bhirawa
Anggota Badan Supervisi Bank Indoenesia (BI) Candra Fajri Ananda, mengungkapkan target pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 5,6 persen, masih realistis senyampang, ditunjang dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Permyataan tersebut disampaikan Candra usai menjadi pembicara dalam Diskusi Outlock dan Tatangan Stabilitas Keuangan Tahun 2018, yang diselenggarakan oleh BI, di Hotel Atria Malang, Senin (11/12), kemarin.
Menurut Candra, tahun 2017 target ekonomi Jawa Timur sebesar, 5,4 persen, kalau tahun 2018 mentargetkan 5,6 masih realistis. Ekonomi Jawa Timur sangat teragantung dari kondisi pertaninan dan sektor industri makanan minuman.
Karena sektor ekspor emas yang selama ini menjadi primadona sudah mengalami penurunan. “Andalanya hanya pada sekotor pertanian saja. Ekspor emas sudah menurun sejak adanya pungutan pajak. Sehingga eksportir tidak lagi semangat, kalaupun ada jumlahnyan sudah sangat berkurang,” tuturnya.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya, Provinsi Jawa Timur, harus memperbaiki logistiknya, dalam pembangunan infrastruktur, bahan baku pembangunan seperti halnya baja, mengalami sedikit kendala. “Ada akses jalan yang belum maksimal, ini berpengaruah, karena jatuh harganya bisa lebih mahal, dibandingkan baja dari luar negeri. Harga mereka lebih murah, karena didatangkan melalui laut sementara barang dari dalam negeri melewati jalan yang pajang dan ada perseolana yang harus diselesiakan sehingga harganya lebih mahal,” imbuhnya.
Itu yang harus dipertimbangkan, oleh Pemirintah Provinsi agar pertumbuhuna dan taregert ekonomi yang ingin dicapai bisa terwujud, tetapi jika gagal melakukan pengendalian maka target tersebeut tinggal harapan belaka.
Selain itu, harusnya, menjadi catatan besar dia tahun 2018, efesiensisi, dalam belanjan, dan menjaga tingkap upah jangan sampai turun. Di samping terus berupaya untuk mengendalaikan inflasi. “Inflasi harus terkendalai dan itu tugasnya BI dan Pemerintah. BI harus selelau koordinasi dengan pemerintahan dalam hal kebijakan. Dan kuncinya membangun ekonomi adalah investasi,” timpalnya.
Infestasi saat ini, yang bisa hanya dari China, karena dari negara lain, sudah sangat sulit. Tetapi jika terus menerus dari China, bisa-bisa disebut, memiliki faham yang sama, dengan negara tersebut. Terkait dengan adanya tahun politik di tahun 2018, pihaknya menyampaikan, kondisi ini tidak akan berpengaruh besar sepanjang tidak ada gejolak yang berarti. Sepanjang masyarakatnya masih damai, justeru kecederungan akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik. Tetapi jika terjadi keributkan dampaknya bisa fatal.
“Kalau berjalan dengan damai, tidak ada masalah, sektor perdagangan bisa tumbuh, ada kaos dan permintaan sepanduk, itu sangat dirasakan oleh masyarakat. Konsumsinya naik, orang bisa ikut kegiatan ini, dan di situ ada pertumbuhan ekonomi,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala BI Malang, Dudi Herwadi, tugas utama BI, adalah menjaga kesetabilan nilai rupiah yang diukur dari dua parameter yakni bagaimana harga barang dan jasa dan bagaimana nilai rupiah dibandingkan dengan valuta negara lain. Itulah sebabnya diskusi ini digelar. Melalui kegiatan ini, perantara sumber daya tarik Indonesia ataupun dari pihak lain akan dipergunakan untuk melihat stabilitas sistem keamanan di tahun 2017 Seperti apa dan bagaimana Outlook di tahun 2018.
Ia menambahkan, kebijakan BI itu, bukan hal mati yang tidak bisa diubah kebijakan bank Indonesia tentunya bisa di review setiap saat bisa disesuaikan dengan frekuensi yang sedang berjalan di masyarakat ataupun aspek perekonomian. Sehingga stabilitas sistem keuangan bisa terjaga dan hasil akhirnya tujuan utama Bank Indonesia bisa terlaksana dengan baik. [mut]

Tags: