Tari Parang Barong Jadi Simbol Promosi Daerah di TMII

Tari Parang Barong sukses memukau penonton Gelar Seni Budaya Promosi Wisata dan Kuliner Khas Bojonegoro.

Bojonegoro, Bhirawa
Kisah penyamaran Nyi Andong sari istri Ki Andong Sari atau Harjo Matahun yang diangkat dalam pertunjukan Tari Parang Barong sukses memukau penonton Gelar Seni Budaya Promosi Wisata dan Kuliner Khas Bojonegoro. Tarian yang diperagakan oleh 9 penari asal Bojonegoro ini tampil menawan di hadapan ratusan pengunjung Anjungan Jatim di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Dari tangan Regy Amadhona Prasiska, cerita tentang mantan Bupati di Ngurawan itu tampil nyaris tanpa cela. Dia menceritakan, isi dalam tarian tersebut menggambarkan tentang peperangan Ki Andong Sari dengan Mataram karena dianggap membangkang. Ki Andong Sari beserta istrinya lalu melarikan diri dan menyamar.  “Nylamur laku atau penyamaran ini dilakukan dengan berpura-pura menjadi penambang perahu di Desa Ledok Kulon,” jelas Regy.
Ki Andong Sari berpesan kepada istrinya, selama melakukan penyamaran istrinya tidak boleh memakai jarit parang. Itu dimaksudkan agar orang tidak mengetahui mereka dari golongan bangsawan. Namun, pantangan itu dilanggar oleh Nyi Sari.  Karena pantangan itu dilanggar, maka Ki Andong sari berwasiat, jika kelak mereka sudah meninggal Ki Andong tak mau kuburnya dijadikan satu cungkup dengan istrinya.
Kesenian tradisi berupa tari Parang Barong tidak hanya sarat dengan cerita legenda. Sebab, sebelum tampil di  TMII karya ini telah berhasil menyabet Juara sebagai penyaji terbaik pada Festival Karya Tari yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim 2017.
Selain tarian, Gelar Seni Budaya juga menampilkan fashion show, kethoprak, thengul, masakan tradisional, produk unggulan serta peluang investasi di Bojonegoro.
Asisten Pemerintahan Pemkab Bojonegoro Djoko Lukito dalam kesempatan tersebut lebih banyak mempromosikan perkembangan daerahnya. Dia menjelaskan, perkembangan Kabupaten Bojonegoro selama 10 tahun terakhir ditekankan pada konsep pembangunan deso roso kutho (Desa rasa kota). ” Yaitu pembangunan bersinergi antara desa dan kota,” jelasnya.
Djoko berharap, warga Bojonegoro yang ada di Jakarta turut membantu mempromosikan daerahnya. Selain beberapa pejabat Pemkab,  hadir juga pada kesempatan kali ini Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Bojonegoro. Acara ini dipadati oleh anggota paguyuban masyarakat Bojonegoro yang ada di Jakarta. Selain sebagai ajang silaturohmi, mereka berharap bisa mengobati kerinduan akan kampung halaman. [bas]

Tags: