Oleh :
M Abdul Roziq
Di sini hujan turun
di luar seorang pria berdiri melamun
Bak rintik pertama gerimis nasibnya
tak kutahu jiwanya berteduh di mana
Setelah gemuruh langit memecah
kata-kata ke dalam langkah tergesa
Setelah langkah dari mana-mana
ke segala arah dengan tujuan sama
Tak ada yang tahu, mengapa ia
tetap berdiri di sana. Pacar siapa,
atau yang seperti itu patung belaka?
Tatahan dari hujan bulan ke lima
Tatahan kaca jendela ke mata wanita
Bojonegoro, 10 Mei 2022
Perihal Undangan Tidur
Dari dimensi tidur, mimpi lumba-lumba
itu mengundangmu lagi
ke dunia hancur yang gagal dimengerti
Lalu kamu pun tiba di suatu tempat
katamu itu tempat yang sama
di mana dahulu dinosaurus
pernah sekarat oleh percikan batu
Di sana pula matamu terkesiap
ketika melihat gadis bugis
berebana — menari tarantella
di antara jelaga yang belum padam
“Unihemispheric!”
Teriakmu, melengkapi separuh jiwanya
Bojonegoro, 14 Mei 2022
Balqis Shopia
Suatu ketika seseorang berkata lewat
pesan maya ke Balqis Shopia:
Setelah semalaman kamu bercinta
temukanlah beberapa ekor semut
di tempat persembunyian matahari
Lihat bagaimana semut-semut itu
menghadapi teror
dari ledakan selimut dan embun pagi
Kemudian di dalam jiwamu sendiri
temukanlah kenakalan kanak-kanak
pemburu jambu, kresen, dan murbei
Balqis Shopia mengernyitkan dahi
tahu suaminya sudah ke kantor
tahu hari itu ia diminta mencuci
plus belanja kebutuhan sehari-hari
Bojonegoro, 12 Mei 2022
Fragmen Moral
Siang ini
malam masih terperangkap di lantai
Dingin yang menuju ke puncak
angin, sampai aroma pancaroba
juga turut menggetarkan mata
Membuat wajah para security ciut
di dalam posnya, di balik sarung
di belakang benteng benteng catur
Sementara kita, kita terlalu cupu
untuk berbagi kerlingan
Atau melempar dadu
dengan telunjuk — isyarat diam
Singkatnya, semua itu
semua itu terperangkap di lantai
Meskipun terang bulan semalam
seakan-akan lampu kendaraan
dan tak ada polisi tidur di tikungan
Bojonegoro, 16 Mei 2022
Lembar-lembar Teluk
Bulan purnama terkaca, seakan
sebuah lampu belajar.
Di teluk lembar-lembar terbuka
meniup peristiwa, hingga pelupuk.
Mungkin terdapat empat atau lima,
lumba-lumba yang berputar
memanjat udara
sebelum kembali mengitari bola.
Di mana pertanyaan saling susul,
ke mana arah putarannya?
Apakah pradaksina, atau prasawya?
Mata kita tersesah, lelah, lalu tidur.
Atau mungkin kita tak benar-benar
mau belajar. Seperti pada bulan-
bulan itu, pada harga-harga hantu.
Kita bersabar, pasrah, lalu tertidur.
Bojonegoro, 26 April 2022
Tentang Penulis :
M Abdul Roziq, wiraswasta, kelahiran Bojonegoro 31 Mei 1995. Sekarang berkemah di Surabaya. Buku puisi terbarunya: Sel A (2022). Lebih lanjut bisa ditanyakan langsung ke FB: M Abdul Roziq.
———— *** —————