Tatanan Masyarakat Baru Ala Era Society 5.0

Oleh :
Fadhil Fathurochman
Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan IMM Malang Raya ; Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang

“Teknologi ialah penerapan ilmu-ilmu perilaku serta alam dan juga pengetahuan lain dengan secara bersistem serta mensistem untuk memecahkan masalah manusia.” Gary J. Anglin

Perkembangan besar-besaran teknologi di indonesia semakin lama semakin berkembang dengan cepat. Di setiap daerah sudah berkembang yang dinamakan dengan teknologi informasi. Seiring pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi, komputer, dan konvergensinya (teknologi internet) di seluruh dunia mau tidak mau telah mempengaruhi kita semua. Masyarakat utamanya para pemuda sudah seharusnya sangat peka terhadap fenomena-fenomena sosial semacam ini. Sebagai pemuda milenial harus mampu melihat dan mengimplementasikankan keilmuannya untuk kesejahteraan masyarakat.

Pemasyarakatan teknologi informasi di Indonesia pun terus berjalan tetapi memang hasil analisa di lapangan bisa di bilang cukup memprihatinkan. Pada tahun 2020 menurut Global Innovation Index, Indonesia berada pada peringkat 85 dari 113 negara dunia berdasakan skala inovasi masyarakat di bidang institution, human capital and research, infrastructure, knowledge and technology, dll .

Utamanya pada sektor riset dan teknologi, Indonesia hanya mampu pada peringkat 92 yang bisa di bilang di bawah rata-rata. Padahal kalau kita lihat data dari emarketer penggunaan teknologi informasi khususnya internet, Indonesia berada pada peringkat 5 dunia. Sangat jelas perkembangan riset dan teknologi indonesia sangat berbanding terbalik dengan penggunaan teknologi informasinya.

Socio-technology

Sosio-teknologi hadir sebagai bidang kajian baru yang berusaha melihat pengaruh perkembangan teknologi dalam kehidupan sosial masyarakat. Bersamaan dengan lahirnya postmodernisme, orang mulai meninggalkan pembagian Aristotelian dalam disiplin ilmu, contohnya dengan lahirnya kajianyang menyeluruh, teori pola bahasa dalam arsitektur dan lain-lainnya.

Tentunya kemajuan teknologi tersebut telah menyebabkan perubahan besar dalam kehidupan manusia dengan segala peradaban dan budayanya. Sosio-teknologi kira-kira lahir dalam lingkungan semangat hasil refleksi bahwa ada keprihatinan langsung atas ‘liarnya’ perkembangan teknologi yang sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan moralitas dan kehidupan sosial. Perubahan ini juga memiliki dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai – nilai yang ada di masyarakat.

Khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti Indonesia. Saat ini, di Indonesia dapat kita saksikan begitu besar pengaruhkemajuan teknologi terhadap nilai – nilai kebudayaan yang di anut masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan (modernisasi). Sehingga semua informasi, baik positif maupun negatif, mudah diakses oleh publik. Dan diakui atau tidak, perlahan-lahan mulai mengubah cara hidup dan pola pikir masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan dengan segala gambaran khasnya.

Teknologi ibarat dua mata pisau yang sama sama tajamnya, mempunyai hal positif maupun hal negatif. Hal semacam ini perlu ditangkap oleh masyarakat dalam melakukan segala gerak dan kegiatannya agar gerakan-gerakan yang dilakukan oleh masyarakat selalu menjadi hal positif dalam kehidupan mensejahterakan masyarakat lainnya.

Fenomena sebagaimana diuraikan di atas merupakan bagian dari fakta sosial dari pergeseran kemapanan skema komunikasi massa yang kemudian menuntut para intelektual untuk berinovasi merumuskan pola-pola gerakan baru agar tetap mampu bertanggung jawab menjalankan perannya. Sosio-teknologi memiliki relevansi khusus di negara-negara berkembang seperti Indonesia dan banyak negara lainnya.

Era Society 5.0

Sudah menjadi barang tentu kalau manusia harus bisa memposisikan dirinya sebagai partner dengan teknologi yang ada di sekitarnya. Dari uraian panjang mengenai perkembangan teknologi, tidak lupa juga harus membahas bagaimana teknologi yang berevolusi dari fase pertama yakni perubahan berfokus pada bidang tekstil atau biasa kita kenal revolusi industri 1.0 lewat penemuan alat pemintal benang dan juga muncul mesin-mesin bertenaga uap. Revolusi industri 2.0 yang menjadi salah satu penyebab terjadinya perang dunia terjadi di awal abad ke-20.

Revolusi industri ini ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Tenaga otot yang saat itu sudah tergantikan oleh mesin uap, perlahan mulai tergantikan lagi oleh tenaga listrik. Walaupun begitu, masih ada kendala yang menghambat proses produksi di pabrik, yaitu masalah transportasi. Tahap ketiga yakni Revolusi industri 3.0 ditandai dengan adanya komputer dan robot-robot yang menggantikan peran manusia dalam pekerjaan sehari-hari.

Tahap akhir daripada revolusi industri adalah Industri 4.0 dimana tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber. Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi canggih Pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik.

Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem siber-fisik, internet of things (IoT), cloud computing, dan cognitive computing. Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia kerja, bahkan gaya hidup.

Semua kemajuan dan perubahan yang dibawa revolusi industri 4.0 mungkin membuat banyak orang merasa tidak ada revolusi lagi yang bisa terjadi. Namun, pikiran itu musnah setelah muncul era Society 5.0, sebuah konsep yang dihadirkan oleh Federasi Bisnis Jepang. Konsep yang sudah diusulkan dalam 5th Science and Technology Basic Plan ini dijadikan masyarakat masa depan yang harus dicita-citakan.

Era society 5.0 bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik. Integrasi tersebut dilakukan untuk membuat semua hal menjadi lebih mudah. Keseimbangan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan memanfaatkan sistem yang sangat mengintegrasikan kedua hal tersebut membuat semua hal menjadi mudah, terutama memperluas prospek kerja. Perbedaan yang terlihat adalah revolusi industri 4.0 fokus pada aspek melakukan pekerjaan secara otomatis.

Sementara itu, era society 5.0 lebih menekankan pada perluasan prospek kerja serta mengoptimalkan tanggung jawab jam kerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Sama-sama bertujuan untuk menyejahterakan kehidupan manusia, namun dengan pendekatan yang berbeda. Terakhir yaitu sudah saatnya manusia hari ini harus bisa menjawab tuntutan zaman.

———- *** ———–

Tags: