Tawarkan Kearifan Budaya Lokal Pada Program Summer School

Salah Satu Mahasiswa Lincoln University Belajar Memainkan Musik Patrol Yang Merupakan SALAH SATU Icon Masyarakat Maspati

Surabaya, Bhirawa
Program summer school yang digelar Lincoln University dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair) menjadi ajang untuk mengenalkan kearifan budaya lokal. Sebanyak 18 mahasiswa dari jurusan Agriculture dan Commerce Lincoln University melakukan kunjungan di sejumlah tempat di Surabaya untuk melakukan study excursion.
Ketua Summer Program Lincoln University Tika Widiastuti menuturkan, kedatangan mereka adalah untuk pengenalan budaya dan melakukan analisa konten perkuliahan disini. Perkampungan “Lawas” Maspati menjadi salah satu objek dalam pengenalan kearifan budaya lokal. Menurut Tika, pemilihan kampung Maspati tersebut dinilai tepat karena kampung tersebut cukup nyaman dan kondusif untuk pengenalan kearifan budaya lokal. Selain itu, kampung Maspati juga merupakan kampung wisata memiliki aktifitas pemberdayaan masyarakat yang cukup kuat.
“Selama mereka disini pusat bahasa (PINLABS) Unair juga memberikan pelatihan bahasa Indonesia” tambahnya.
Dalam kegiatan pengenalan budaya lokal, mahasiswa juga diajak untuk mengikuti serangkaian acara yang diberikan oleh ketua acara summer program. Seperti, belajar game tradisional, lomba khas Surabaya, serta melihat pemberdayaan ekonomi lokal dengan membuat cincau. Selain, melakukan pengenalan budaya lokal, Summer Program School juga mengadakan visit company yang bertempat di phokpan, pelindo dan petrokimia. Beberapa tempat seperti study tour Monumen Kapal Selam (Monkasel), Tugu Pahlawan, Surabaya Northquay, Gili Labak Madura dan kuliner juga tidak luput dari kunjungan summer program.
Sebelumnya mereka juga melakukan “blusukan” ke dua tempat perbelanjaan. Yaitu ke pasar modern dan pasar genteng (pasar tradisional). Tujuan mereka mengunjungi dua tempat tersebut adalah untuk menganalisa perkembangan ekonomi di pasar modern dan tradisional. Selain itu, mereka juga melakukan analisa produk-produk yang memiliki potensial untuk bisa di ekspor ke New Zealand, begitupun sebaliknya.
Kegiatan di perkampungan Maspati tersebut, merupakan kegiatan terakhir untuk kunjungan mahasiswa Lincoln. Sebagai bentuk apresiasi atas kunjungannya, pihak Unair mengadakan closing ceremony yang bertempat di Hotel Bumi Surabaya pada Jumat (12/1) malam. “Mereka menunjukkan hasil belajar tari remo dan akan berpamitan dengan kita” ungkap Tika
Selama di Indonesia, mahasiswa Lincoln University mendapatkan fasilitas dari pihak Unair. Baik tempat penginapan, transportasi maupun kebutuhan mereka selama di Surabaya. Tika berharap jika jangka panjang dari kerjasama tersebut memberikan pengaruh di berbagai sector khususnya dalam bidang Ekonomi dan Bisnis. Selain itu, dia juga berharap pihak UNAIR baik mahasiswa maupun staf pengajar atau dosen bisa melakukan Study Excursion di Universitas Lincoln, New Zealand.
Semantara itu, Dekan fakultas Agribusiness and Commerce Lincoln University Prof. Hugh Bigsby mengungkapkan jika dia inginmemngajak murid-muridnya dari New Zealand untuk berkunjung ke Negara-negara Asia salah satunya di Indonesia. “Saya ingin mengenalkan makanan, budaya, bisnis dan cara interaksi masyarakat kepada mahasiswa saya” Ungkapnya
Lebih lanjut, Ia menuturkan bahwa kegiatan ini bersifat summer class, di mana mahasiswa Lincoln mengikuti kelas teaching, menganalisa perkembangan perekonomian di Indonesia, menganalisa social finance, start-up egro bisnis yang sifatnya langsung secara penerapan. Kegiatan seperti ini bukan pertama kalinya di lakukan Lincoln University. Dia berharap mahasiswa Indonesia juga bisa berkunjung ke Universitasnya. ina

‘Jual’ Ikon Kampung kepada Visitor
Kesempatan belajar di kampung Maspati gang V tidak disia-siakan oleh 18 mahasiswa asing dari Lincoln University untuk belajar menganai kearifan budaya lokal masyarakat Surabaya, Jumat (12/1). Mereka sekaligus menikmati permainan tradisional yang disajika masyarakat kampung untuk mereka. Sambutan warga terlihat sangat antusias atas kedatangan mahasiswa asing dalam summer program school yang diakan Unair. Dengan memakai pakaian asli Inodnesia, yaitu kebaya mereka menjual berbagai ikon yang menjadi identitas dari lingkungan dan mngenalkan hasil mereka produksi olahan makanan dan minuman yang mereka buat. Seperti olahan lidah buaya, cincau, markisa , jahe dan tanaman herbal.
Mereka diajak untuk mengunjungi Edukasi 3d yaitu rumah 1907 (rumah seorang veteran) yang merupakan tempat musyawarah ketika jaman penjajahan. Rumah Ongkolorok yang merupakan bangunan asli milik keturunan ningrat. Tim Craig (20) mahasiswa agriculture Lincoln University mengungkapkan, dia mendapatkan banyak hal di kampung tersebut. Khususnya terkait pelajaran tentang budaya.
“Saya bisa melihat perbedaan masyarakat Andalusia dan Indonesia, dan saya melihatnya dari budaya mereka” ungkap nya
Lebih lanjut dia menuturkan, pengenalan kearifan budaya lokal ini merupakan pengalaman luar biasa baginya. Karena banyak hal menarik yang dia pelajari dari kampung Maspati salah satunya adalah mengetahui kehidupan masyarakat kampung dan mengetahui interaksi antar masyarakat. “Surabaya merupakan kota yang sangat luar biasa dan mengagumkan” tutur dia.
Tim Craig berharap dia bisa belajar lebih banyak lagi tentang Indonesia. “Saya bisa belajar lagi, belajar dan belajar lagi karena ini merupakan sebuah hal yang luar biasa bagi saya” lanjutnya.
Sementara itu, Koordinator kampung setempat Sabar Suwastono mengungkapkan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang bagus. Mahasiswa asing bisa belajar mengenai kearifan budaya lokal dari kampung-kampung. Menurutnya, pelestarian budaya lokal sangat perlu dilakaukan mengingat kampung berfungsi sebagai penjaga Bhinneka Tunggal Ika. Dia juga menambahkan jika budaya merupakan bagian dari etika. “Inilah budaya masyarakat Surabaya yang terlihat” lanjutnya.
Sabar menuturkan, menjadi kampung wisata di tengah kota bukanlah hal yang mudah untuk tetap melestarikan identitasnya. Menurut nya, kampung yang dia tempati menekankan setiap warga atau untuk menjual ikon kepada pengunjung. Ikon yang ditawarkan bersifat jangka panjang, yang berfungsi sebagai roda perekonomian masyarakat setempat. Menurutnya, lebih lanjut kampung tersebut menjadi embrio perekat kesatuan anak bangsa, penjaga Bhinneka dan sebagai ekonomi bangsa. “Jika kampung memiliki perekonomian aman dan kuat, maka negara tidak akan goyah” pungkasnya. [ina]

Tags: