Tebar Semangat Perjuangan dalam Parade Surabaya Juang 2016

Ribuan warga ikut menyaksikan Parade Surabaya Juang 2016 yang digelar Pemkot Surabaya dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November, Minggu (6/11). [trie diana]

Ribuan warga ikut menyaksikan Parade Surabaya Juang 2016 yang digelar Pemkot Surabaya dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November, Minggu (6/11). [trie diana]

Surabaya, Bhirawa
Pekik ‘Allahu Akbar’ bersambung teriakan ‘merdeka’ dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi pembuka Parade Surabaya Juang 2016,  Minggu (6/11) kemarin. Ribuan warga Surabaya ikut merasakan gelora perjuangan yang tersembul dari agenda tahunan yang digelar Pemkot Surabaya dalam rangka menyemarakkan peringatan Hari Pahlawan.
Warga Surabaya, dari mulai anak-anak hingga golongan lanjut usia, antusias mengikuti parade perjuangan yang mengambil start dari Jalan Pahlawan di kawasan Tugu Pahlawan menuju Taman Bungkul ini. Di sepanjang jalan, mereka ikut bersemangat berteriak ‘merdeka’. Mereka juga berlomba mengabadikan momen-momen perjuangan yang direkonstruksi ulang dengan kamera atau fasilitas kamera di handphone mereka.
Wali Kota Tri Rismaharini berharap warga Surabaya bisa mengambil pesan penting dari agenda Parade Surabaya Juang 2016. Tidak hanya agar warga Surabaya, utamanya generasi era kekinian bisa tahu betapa beratnya potret perjuangan para pahlawan dalam pertempuran 10 November 71 tahun silam. Tetapi juga agar bisa lebih menghargai jasa-jasa para pahlawan.
“Pada 10 November 1945 lalu, arek-arek Suroboyo berani berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan keterbatasan alat (senjata) dan juga sarana. Tetapi mereka mampu mempertahankan kemerdekaan. Karena itu, warga Surabaya sebagai penerusnya, harus bisa meneruskan perjuangan para pahlawan,” tegas Risma.
Wali kota dua periode ini mengingatkan, meski di era sekarang, warga Surabaya tidak akan mengangkat senjata atau melakukan perang gerilya seperti para pejuang di era kemerdekaan dulu, tetapi semangat perjuangan yang diusung harus tetap sama. Sebab, konteks perjuangannya sama, yakni mempertahankan kemerdekaan dan menjadi pemenang di negara/kotanya sendiri.
“Kita harus bisa buktikan bahwa kita adalah anak cucu dan cicit nya para pejuang. Kita harus punya semangat yang sama untuk mempertahankan kemerdekaan dengan bekerja keras dan pantang menyerah,” sambungnya.
Agenda Parade Surabaya Juang tahun ini sedikit berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan itu ada pada rute yang dilalui. Bila dulu dimulai dari kawasan Tugu Pahlawan menuju Taman Surya (depan Balai Kota Surabaya), untuk tahun ini finish di Taman Bungkul. Parade Surabaya Juang 2016 melalui rute Jalan Pahlawan – Jl Kramat Gantung – Siola – Jl Tunjungan – Jl Gubernur Suryo – Jl Panglima Sudirman – Jl Urip Sumoharjo – Jl Raya Darmo – Monumen Polri (Jl Polisi Istimewa – Sekolah Santa Maria (Jl Darmo – Taman Bungkul.
Menurut wali kota, penambahan rute Parade Surabaya Juang dikarenakan di sepanjang jalan tersebut, dulunya juga terjadi momen-momen penting sebagai bagian perjuangan arek-arek Suroboyo. “Seperti di kawasan patung Karapan Sapi (Jalan Panglima Sudirman), itu dulu ada pertempuran tentara TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) melawan tentara kolonial,” jelas Risma.
Dan memang, di sepanjang rute yang dilalui Parade Surabaya Juang 2016, komunitas pecinta sejarah merekonstruksi ulang momen-momen bersejarah yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam peristiwa heroik pertempuran 10 November di Surabaya pada 1945 silam. Beberapa atraksi teatrikal digelar. Seperti di kawasan eks Gedung Siola yang menampilkan teatrikal perang Madiun dan perang Benteng Kedung Cowek.
Sesampai di Hotel Majapahit yang dulu bernama Hotel Yamato dan terkenal dengan peristiwa perobekan bendera Belanda oleh Arek-Arek Suroboyo, diadakan upacara bersama Wali Kota Surabaya dan ratusan pejuang veteran. Sebelumnya, wali kota bersama wakil wali kota, ketua DPRD Kota Surabaya dan jajaran Forpimda Surabaya, menaiki mobil panser dari Jalan Pahlawan. Suasana terasa khidmat dan menggetarkan tatkala bendera Merah Putih dikibarkan di atas hotel bersejarah tersebut. “Saya mewakili pejuang veteran menyerahkan senjata secara simbolik kepada ibu wali kota dan Forpimda Kota Surabaya,” ujar Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia Hartoyik.
Aksi teatrikal juga tersaji di Jalan Gubernur Suryo. Lalu di depan Monumen Bambu Runcing ada teatrikal pidato Bung Tomo dan perang Surabaya. Kemudian di Jl Polisi Istimewa SMAK St Louis ada teatrikal penurunan bendera Jepang dan pengibaran bendera Merah Putih. Berikutnya di depan gedung SMAK Santa Maria, ada teatrikal perang 10 November. Dan terakhir di Taman Bungkul, ada teatrikal pidato Bung Tomo yang melibatkan seluruh peserta parade.
Parade Surabaya Juang juga disemarakkan dengan parade 10 unit panser, jeep dan truk rampasan perang. Ada sekitar 6.000 orang dan juga 300 komunitas se-Indonesia yang terlibat. Semuanya terlibat dengan semangat yang sama. Semangat memperingati Hari Pahlawan. Dari memperingati, muncul rasa menghargai jasa para pahlawan. Lantas, termotivasi untuk meneruskan perjuangan para pahlawan.
“Saya tadi merinding begitu mendengar suara ledakan dan bunyi senapan bersahutan. Saya bisa bayangkan bagaimana situasi pertempuran zaman dulu dan betapa beraninya para pejuang kita dulu,” ujar Setiawan, anak muda Surabaya yang menyaksikan teatrikal Parade Surabaya Juang di Jalan Polisi Istimewa.  [geh,dre]

Tags: