TeFa SMKN 1 Slahung, Sekolah Rasa Kafe

Tefa atau laboratorium caffee milik SMKN 1 Slahung.

Ponorogo, Bhirawa
Laboratorium rasa kafe. Begitulah kesan yang pertama muncul saat berkunjung di SMKN 1 Slahung, Ponorogo. Pasalnya, saat pengunjung memasuki pintu masuk sekolah, mereka akan disuguhi dengan berbagai minuman kopi yang disuguhkan siswa di jurusan tata boga dengan keahlian di bidang kopi.
Layaknya tenaga profesional, kemampuan para siswa ini tidak diragukan dalam menyajikan seduhan kopi. Mereka terlihat bak barista maupun roster profesional.
Kepala SMKN 1 Slahung, Nurdianto mengungkapkan, jurusan tata boga dengan peminatan minuman non alkohol yaitu kopi memang menjadi unggulan di sekolah. Industri kopi sendiri dinilainya berkembang sangat cepat. Hal ini juga mencetak peluang untuk membuka keahlian di bidang kopi. Diharapkan dengan dibukanya pengembangan pembelajaran ini mampu mencetak profesi di industri kopi.
“Karena selain bekerja di industri juga bisa untuk berwirausaha. Mengingat tidak hanya olahan minuman dari kopi yang ditawarkan melainkan juga kue kering yang berbahan dasar kopi. Peminatan kopi ini memang menjadi satu implementasi TeFa (Teaching Factory) di sekolah kami. Beberapa event nasional tentang kopi pun, kami juga sering diundang dan berpartisipasi,” ujar dia.
Kendati baru tiga tahun peminat jurusan kopi dibuka, Nurdianto mengakui jika kemampuan siswa sudah mumpuni. Hal itu tidak lepas dari penyelarasan kurikulum peminatan kopi dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI). Mulai dari pengenalan jenis kopi, cara menggoreng kopi, cara menyeduh kopi hingga menyicipi kopi. Sehingga tidak sedikit pula industri kopi yang melirik lulusan SMKN 1 Slahung untuk direkrut menjadi barista atau roasting di kafe miliknya.
“Hampir seluruh industri kopi (kafe) di Ponorogo dan Madiun sudah menarik lulusan kami,” paparnya.
Nurdianto juga menambahkan, untuk pengolahan kopi pihaknya menggunakan kopi lokal Ponorogo, sekitar Mataraman, Trenggalek, Pacitan dan Kintamani. Dipilihnya kopi – kopi lokal ini, selain untuk meningkatkan potensial kopi juga karena rasa nya yang khas di masing-masing daerah. Meskipun begitu, menurut dia enak dan tidaknya kopi tergantung pada saat pengolahan kopi.
“Hasil seduh kopi ini tergantung dari cara pengolahannya. Kopi yang bagus pun kalau pengolahannya salah ini jadi tidak enak. Jadi rencananya untuk pengembangannya nanti dari sisi pengolahan kopi,” jelas dia.
Tahun lalu pun, SMKN 1 Slahung juga sukses menyelenggarakan festival kopi nasional yang dihadiri berbagai kalangan penikmat kopi, industri kopi hingga ahli kopi. Rencana ke depan, akan menyediakan rest area untuk daerah Ponorogo – Pacitan. Pihaknya juga akan mengembangkan bagian digital marketing.
Sementara itu, salah satu siswa jurusan kopi, Yeni Sundari mengungkapkan, jika dirinya tertarik untuk menggeluti bidang industri kopi. Ia menilai jika industri tersebut memiliki peluang kerja yang cukup banyak. Di samping itu, tidak sedikit pula pengalaman dan materi tentang kopi yang di dapatkan.
“Sebenarnya kalau dibilang susah ya susah. Tapi ya harus belajar setiap hari untuk jadi barista. Apalagi di sekolah juga ada kafe untuk masyarakat umum dan warga sekitar itu juga bisa jadi kesempatan untuk belajar sambil berwirausaha,” katanya. [ina]

Tags: