Teh Klaras Khas Probolinggo Tembus Pasar Malaysia

Teh klaras Probolinggo tembus pasaran Malaysia.

Awalnya Eksperimennya Dibilang Gila, Kini Menjadi Produk Unggulan Daerah
Kab Probolinggo, Bhirawa
Bermula dari coba-coba, ternyata membuahkan hasil yang possitif untuk masyarakat sekitarnya bahkan sampai laku ke mancanegara. Dari hal yang semua tidak berharga kini menjadi sangat berharga dan bermanfaat, seperti yang dilakukan Abdul Mukti, hasil karyanya yang awalnya mendapat cibiran kini teh klaras (dari bahan baku daun pisang) kini menembus pasaran Malaysia dan menjadi produk unggulan Kabupaten Probolinggo.
Abdul Mukti, warga Desa Gading, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo mengatakan, sepulang dari merantau dari Kalimantan, dirinya mencoba beberapa eksperimen unik. Salah satunya dari bahan limbah pisang, seperti bongkol dan daun (klaras) yang banyak tersebar di sekitarnya. Pertama menjadi eksperimen adalah bongkol pisang yang dijadikan sebagai krupuk.
Inovasi enam tahun lalu itu, dibilang gila oleh warga sekitarnya. Mereka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Bahkan istrinya sendiri, Kamaliatul Hidayati, pun tak percaya dengan inovasinya itu, sempat uring-uringan bahkan sampai memuncak akibat apa yang dilakukan sang suaminya itu.
“Masa percobaan berlangsung cukup lama. Saya ingin membuat produk yang tidak gampang ditiru oleh produsen lain. Oleh sebab itu, saya mengedepankan naluri dalam membuatnya. Apalagi saya tidak mau menggunakan pewarna makanan, pemanis buatan dan bahan pengawet yang menurut saya akan sangat membahayakan kesehatan masyarakat,” ujar Mukti, saat ditemui Bhirawa, Minggu (7/4).
Sejak dulu Mukti mengaku ingin membuat produk dari limbah pisang. Karena di daerahnya sangat banyak pohon pisang. Setiap habis panen, pohon daun sampai bongkolnya dibuang begitu saja layaknya sampah yang tidak berguna. “Saya ingin limbah itu dimaksimalkan,” terangnya.
Eksperimen lebih ‘gila’ dilakukan pada daun pisang. Dari awal Mukti berfikir bahwa daun pisang kering bisa dijadikan minuman, selayaknya teh. Kegagalan menciptakan produk ini terjadi berkali kali. “Tetapi saya tidak menyerah. Siapa sangka? Ternyata eksperimennya itu menciptakan produk unggulan inovatif, yaitu kerupuk dari bongkol (akar umbi-umbian) Pisang dan minuman layaknya teh dari daun pisang kering,” ungkapnya.
Ternyata membuat minuman seduhan dari klaras itu sulit sebab harus spesifik. Bahkan salah pola dan waktu penjemuran saja, rasanya tidak akan enak dan warnanya kurang bagus. Dia menilai, pola konsumsi masyarakat semakin lama akan beralih ke produk alami. Bongkol pisang dan daun pisang diyakini bisa menyebuhkan asam lambung, penurunan panas dalam hingga diare.
“Saya ingin usaha ini tidak hanya berguna untuk saya, tetapi untuk masyarakat luas. Saya ingin menyerap lebih banyak tenaga kerja dari para tetangga, dan juga memberikan manfaat kesehatan bagi para pembeli,” ungkapnya.
Tak ingin produksinya dikatakan illegal, setahun lalu, Mukti mengurus Perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Label usahanya diberi nama ‘Mak Taoh’. Kata ini berasal dari bahasa Madura yang artinya ‘kok bisa tahu’.
“Sari klaras ini, saya kemasan dalam bentuk celup, mirip kemasan teh. Satu paket kemasan berisi 10 bungkus kecil, dijual seharga Rp12.000. Kemudian kerupuk bonggol pisang ukuran 100 gram Rp10.000, kerupuk bonggkol pisang mentah ukuran 500 gram dijual seharga Rp. 20 ribu. Sedang keripik pisang rasa berdenyut kemasan 150 gram Rp 6.000,” katanya.
Setiap harinya, rata-rata bisa membuat hingga 150 bungkus setiap jenis produknya. Khusus sari klaras, dalam sebulan setidaknya 500 kemasan berhasil diproduksi. Omsetnya sekitar Rp8 juta dalam sebulan. Pemasarannya selain di sekitar Probolinggo, juga sudah merambah ke Bali, Lombok, Padang dan Jakarta. Bahkan sudah merambah ke Negeri Jiran, Malaysia.
Camat Gading Zainuddin, mengatakan inovasi-inovasi dengan memanfaatkan limbah di sekitarnya, perlu didukung penuh oleh pemerintah daerah. Sebab memacu tumbuh-kembangnya usaha micro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Probolinggo. Apalagi sektor ini, terbukti berperan besar bagi perekonomian di Indonesia.
“Inovasi yang dilakukan oleh Abdul Mukti itu, sangat bagus. Karena itu kami terus melakukan pendampingan-pendampingan bagi pelaku usaha seperti ini. Agar perekonomian warga semakin meningkat dengan harapan kesejahteraan mereka semakin baik. Serta mendukung ketahanan pangan yang dikampanyekan oleh pemerintah, sekaligus membuka lapangan kerja baru, walaupun belum banyak,” pungkasnya. [Wiwit AP]

Tags: