Tekankan nilai Ekologi, dan Sosial dalam Berwirausaha

Mahasiswa asing asal Taiwan (Depan), India dan korea yang tergabung dalam SuraBali summer Program melihat hasil karya batik jumput yang mereka buat bersama ibu-ibu desa Asam Growong, Siwalankerto.

SuraBali Terima Hibah Rp 150 juta Berkat Kerjasama Tiga Universitas
Surabaya, Bhirawa
Mengusung tema Society Empowerment Through Sociopreneurship, SuraBali Summer Program beri pelatihan membatik kepada puluhan mahasiswa yang tergabung dalam kerjasama konsorsium tiga Universitas ternama di Indonesia. Ketiganya adalah Universitas Airlangga (Unair,Surabaya), Universitas UK Petra (UKP, Surabaya), Universitas Udayana (Unud, Bali). Dijelaskan Dekan Fakultas Seni dan Desain (FKD) UK Petra, Yusita Kusumarini jika peserta yang tergabung dalam SuraBali ini berjumlah 57 orang. Di mana 45 mahasiswa dari Singapura, Filiphina, Taiwan, India, Korea, Malaysia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
“Ini merupakan hasil program dari tiga Universitas yang tergabung dan berkelanjutan. Kita ajarkan mereka di samping berwirausaha mereka harus menimbang tiga aspek yaitu ekonomi, ekologi dan sosial” ungkap Yusita Kusumarini.
Di mana, tambah dia, para siswa tidak hanya diajarkan untuk mencari benefit dari wirausaha. Melainkan juga ditanamkan sikap kompetitif wirausaha tanpa “memberdaya” orang.
“Kita tekankan kepada mereka untuk berwirausaha dengan kontribusi nya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat” sahut dia.
Jika kita, imbuh dia, hanya berorientasi kewirausahaan saja tidak cukup. Butuh peran semua orang untuk menjaga bumi yang bai. Oleh karena sisi sosial, ekologi dan ekonomi harus ditanamkan.
Untuk itu, tambah dia, dalam kunjungan ke dua SuraBali Summer Program, UK Petra memberikan materi sustainable desaign and social interaction (interaksi sosial berkelanjutan, red). Di mana para peserta juga diajak dalam pemlatihan komputer grafis untuk membantu pembuatan Business Model Canvas (BMC) yang merupakan suatu alat bantu dalam merancang model wirausaha baru.
“57 mahasiswa ini, baik dari mancanegara maupun dari Unair dan Unud kita ajarkan membuat catatan dengan sketsa manual dan digital” jelas dia.
Dalam penerapan sustainabledesaign and social interaction, UK Petra bekerjasama dengan warga desa Asem Growong RT 07/05, Siwalankerto untuk memberikan pelatihan kepada para peserta dalam membuat batik jumput.
“Sebelumnya kami punya program kewirausahaan berbasis kreativitas. Di mana bagian program tersebut adalah mengajarkan ibu-ibu desa Asem Growong untuk membuat berbagai macam kerajinan tangan juga teknik batik jumput. Sehingga untuk program ini kami persilahkan ibu-ibu yang melati mereka” jelas dia.
Yu sapaan karib Yusita Kusumarini menambahkan jika SuraBali Summer Program ini mendapat dana hibah dari Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebesar Rp. 150 Juta. Dana ini diakuinya meruapakan bagian dari program hibah Penguatan Kelembagaan Kantor Urusan International (PKKUI) 2018.
“Kegiatan ini menggabungkan pendidikan dan industri. Dengan unsur pengajaran dan service learning. Sehingga peserta tidak hanya mendapat ilmu di kelas melainkan di kehidupan masyarakat secara rill. Semoga kegiatan ini kedepan masih bisa berlanjut” terang dia. Selain itu, sambungnya, saya juga berharap agar para mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan ide dalam merancang sebuah kewirausahaan yang lebih bertanggung jawab pada masyarakat. n ina

Batik Beri Pengalaman Berharga Mahasiswa Asing
Sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang ditetapkan oleh United Nations Scientific, Cultural and Organisation (UNESCO) sejak tanggal 2 Oktober 2009, Batik memberikan kesan keindahan masyarakat Indonesia di mata dunia. Salah satunya yang dialami mahasiswa asal India, Anshul Nagpal yang menceritakan jika ini merupakan pertam kalinya mempelajari seni membatik.
“Ini pengalaman saya yang pertama. Meskipun baru pertama bagi saya, ini tidak terlalu sulit namun juga bukan hal yang luar biasa” ungkap dia,
Dua hari sebelumnya, sambung dia, saya juga belajar membatik dengan teknik canting tulis. Namun, menurutnya pembuatan batik menggunakan teknik jumput lebih mudah dibanding dengan teknik canting tulis. “Dua hari yang lalu, saya juga belajar teknik batik canting tulis. Tapi itu susah sekali. Saya lebih suka yang ini karena lebih mudah” tutur dia
Diakuinya, sebelum datang ke Indonesia dan bergabung dengan SuraBali Summer Program pihaknya sama sekali tidak mengetahui tentang batik.
“Saya tidak sepenuhnya tahu tentang batik sebelum saya sampai di Indonesia. kemudian guru saya menjelaskan jika India, negara kami, orang-orangnya juga membuat batik. Dan batik adalah sesuatu yang luar biasa” papar dia. Setelah mengikuti SuraBali Summer Program beberapa minggu lagi, ia berujar jika nantinya sesampai dirumah, ia akan mengajarkan keluarga dan teman-temannya dalam membuat batik yang sudah ia pelajari di Indonesia.
“Setelah ini selesai, sampai rumah (India,red) akan saya ajarkan kepada orangtua, saudara dan keluarga saya tentang cara membuat batik. Karena ini cukup sedehana hanya butuh kelereng, kain, karet dan pewarna saya rasa ini menjadi lebih mudah,” pungkas dia.
Berbeda dengan Anshul Nagpal yang baru pertama kalinya belajar membatik, Amir Irsyad, mahasiswa Nanyang Technological University Singapore mengatakan jika ini merupakan kali ketiganya dalam membatik. Sebelumnya, ia mengungkapkan jika dirinya pernah membuat batik di Singapura.
“Ini pengalaman ke tiga saya. Sebelumnya saya juga belajar batik di kampus saya di Singapura. Karena modul pembuatan batik juga masuk dalam mata kuliah yang harus diampuh” ceritanya. Diakuinya, pembuatan batik menggunakan canting tulis lebih menarik dibanding teknik jumput. Dikatakan, jika ia membutuhkan waktu selama tiga bulan untuk bisa fokus dan lihat dalam membuat setiap motif batik dengan menggunakan canting.
“Membatik menggunakan canting tulis lebih menarik. Desin motif nya juga bervariatif. Kita juga bisa menuangkan imajinasi kita. karena background saya bukan artistic, saya tidak terlalu jago” tutur dia.
Anggota PKK desa Asam Growong RT. 07/05, Siwalankerto yang juga berkesempatan memberi pelatihan pembuatan batik jumput kepada 45 mahasiswa asing dan 12 mahasiswa Indonesia menjelaskan, jika hal utama yang harus disiapkan dalam membuat batik jumput adalah kelereng dan gelang karet.
“Kita harus siapkan dulu kain putih. Yang paling penting ada kelereng dan gelang karet. Kemudian kain putih isi karet dan ikat satu persatu. Dan harus kencang mengikatnya. Beri pewarna sesuka hati. Jemur hingga benar-benar kering. Jika sudah kering batik jumput sudah bisa digunakan” jelas dia. [ina]

Tags: