Teladan dari Gandhi

Teladan dari Gandhi
Oleh Ahmad Farisi*
Judul buku : Gandhi
Penulis : Bikhu Perekh
Penerbit : IRCiSoD
Cetakan : Mai, 2021
Teba : 204 halaman
ISBN : 978-623-6166-40-6

“Setiap zaman pasti ada tokohnya”, begitulah pepatah mengatakan. Tokoh yang tidak hanya sekadar ditokohkan karena gelombang politik. Tetapi memang mampu menjadi teladan dan contoh kehidupan. Melintasi zaman dan waktu, tokoh-tokoh itu selalu perkasa menyuarakan kebenaran, mengobarkan api perjuangan dan kehidupan.
Tahun 1869 seorang tokoh yang ditakdirkan lahir di tanah India hadir ke muka bumi. Ia adalah Mohandas Karamchand Gandhi yang kelak menjadi bapak bagi orang-orang India dan masyarakat dunia. Gandhi berarti pedagang grosir, adalah pedagang berdasarkan kasta yang telah naik tangga ke posisi politik yang penting.
Gandhi tumbuh di lingkungan yang religius yang eklektik. Orang tuanya adalah pengikut kultus Hindu yang sebagian besar menyembah Wisnu (Vaishnavitive).

Ibunya dari sekte Panami yang menggabungkan keyakinan Hindu dan dan Muslim. Serta memberikan penghormatan yang sama pada kitab suci para Vaishnavitive dan Al-quran, dan menghotbahkan kerukunan beragama.
Pada tahun 1888 Gandhi berangkat ke Inggeris dengan misi suci untuk menimba dan mengarungi samudera ilmu. Sebelum ke Ingris, ia berjanji ke ibunya bahwa ia akan menghindari anggur, wanita dan daging. Di Inggris ia belajar menari, seni deklamasi, dan biola. Setelah hampir lulus, ia mencoba untuk menekuni hidup yang lebih serius.
Lalu dia banyak membaca hukum dan politik Inggris serta Eropa. Beinteraksi dengan kaum teosof, dan mempelajari agama Kristen. Dari prosesnya mempelajari Kristen, ia menemukan bahwa Perjanjian Lama kurang menyenangkan tetapi Perjanjian Baru sangat menyentuh. Selain itu, ia juga mulai membaca tradisi religiusnya sendiri, terutama Bhgawad Gita dan Light of Asia karya Edwin Arnold.
Berkelana. Gandhi senang berkelana. Selepas dari Inggris, tepat pada tahun 1893 Gandhi mengembara ke Afrika Selatan. Afrika selatan adalah titik balik dari kehidupan Gandhi. Negara itu menghadapkannya dengan banyak pengalaman dan tantangan hidup yang tidak biasa, dan mengubahnya secara mendalam. Satu minggu di Afrika, ia mendapat pengalaman yang mengubah hidupnya.
Saat melakukan perjalanan dari Durban ke Pretoria, dia terlempar keluar dari kereta pada malam karena berani melakukan perjalanan dengan kereta kelas satu.

Dan menghabiskan malamnya di ruang tunggu stasiun Petermaritzburg. Putus asa. Lalu berdebat dengan dirinya sendiri: akan kembali ke India atau tetap tinggal memperjuangkan haknya, dan memutuskan untuk melakukan hal yang terakhir.
Selama 21 tahun di Afrika Selatan, cara berpikir dan hidup Gandhi mengalami perubahan penting. menurut Bikhu Parekh, antara cara berpikir dan hidup bagi Gandi memang harus berjalan beririsan. Bagi Gandhi Pikiran tidak memiliki arti kecuali dihayati, dan kehidupan menjadi dangkal apabila tidak dipikirkan dengan cerdas. Setiap Gandhi menemukan gagasan baru, ia selalu mempertanyakan perihal gagasan tersebut, layak atau tidak dijalani.
Dari situ, di tanah Afrika Selatan juga, Gandhi menjalani hidupnya menuju pematangan: berpikir, merenung, membaca dan menghayatinya. Sehingga dari situ pribadi Gandhi benar-benar terbentuk. Tidak gegabah dan asal bertindak tanpa perenungan dan penghayatan terlebih dahulu.
Sehingga, meskipun dalam kehidupan selanjutnya mendapat selanjutnya ia mendapat tantangan hidup yang lebih berat, diejek, diserang dan dijauhi oleh beberapa rekannya, ia tetap teguh. Karena bagi Gandhi hidupnya adalah miliknya dan karena itu ia harus mengikuti kebenaran yang disaksikan dan dilihatnya. Kebenaran adalah imam kehidupan baginya.

Kepribadiannya yang tangguh telah mengantarkannya pada puncak spiritualisme yang membahagiakan.
Tahun 1948 Ganhdi menghadapnya. Pulang pada rumah yang sesungguhnya. Lalu, sejarah pun mencatat sosoknya sebagai pejuang kebudayaan, politik, moral, agama, sosial dan ekonomi. Dan, yang paling kita banggakan dari sosoknya adalah soal gagasannya tentang anti-kekerasan. Selama menjadi pengacara di Afrika Selatan, ia mengembangkan strategi anti-kekerasannya itu: yakni dengan gagasan menentang hukum (ketidakadilan) dengan cara-cara yang damai, tanpa harus dengan kekerasan.

——- *** ——–

Rate this article!
Teladan dari Gandhi,3 / 5 ( 2votes )
Tags: