Teladan Hidup Putri Nabi

Judul Buku  : Fatimah Al- Zahra, Pemimpin Perempuan Ahli Surga
Penulis  : Muhammad Ali Quthb
Penerbit  : Mizania
Cetakan  : Pertama, 2016
Tebal    : 246 Halaman
ISBN    : 978-602-418-033-1
Peresensi  : Anton Prasetyo
Studi S2 KPI UIN Yogyakarta

Setiap muslim pasti mengenal Fathimah Al-Zahra. Ia merupakan putri kekasih Nabi Muhammad SAW yang memiliki paras jelita dan akhlak mulia. Pun, siapakah yang mengetahui kisah hidupnya secara gamblang? Tahukah kaum muslimin bahwa Fathimah yang merupakan putra nabi dan kepala negara merupakan perempuan yang sejak belia sudah merasakan berbagai pekerjaan domestik? Tahukah kaum muslimin bahwa di balik kelembutannya, Fathimah juga memiliki ketegasan?
Buku inspiratif dengan judul “Fatimah Al- Zahra, Pemimpin Perempuan Ahli Surga” ini hadir dalam rangka memberikan gambaran kisah hidup putri nabi. Al-zahra merupakan nama yang selalu melekat pada diri Fathimah. Secara bahasa, Al-Zahra berarti seorang yang putih dan berseri wajahnya. Ketika lahir, Fathimah berkulit putih dengan wajah berseri sehingga dipanggillah dia dengan Al-Zahra. Sebuah titel yang ada sejak lahir dan terus melekat seumur hidupnya (halaman 22-23). Nama ini menjadi salah satu nama favorit anak-anak perempuan kaum muslimin sepanjang masa.
Zainab adalah salah seorang saudara yang paling bahagia saat Fathimah dilahirkan di muka bumi. Dalam perjalanannya, ia selalu memberikan kasih sayang kepada adiknya. maka ketika tiba waktunya Zainab menikah, Fathimah merupakan salah seorang yang merasakan dua hal yang bercampur menjadi satu, antara senang dan sedih. Fathimah merasa senang karena kakaknya akan mengawali hidup dengan penuh kebahagiaan bersama suaminya, dan merasa sedih karena harus berpisah dengan kakak yang sangat menyayanginya.
Ketika kesedihan karena “kehilangan” kakak bernama Zainab belum secara tuntas terobati, Fathimah harus merasakan kegetiran hidup selanjutnya, yakni setelah kedua kakaknya dipinang dan dinikahkan kepada ‘Uthbah dan ‘Utaibah. Kendati demikian, rasa sedih yang begitu mendalam ini tidak membuat Fathimah menjadi putus asa. Di bawah bimbingan ayah dan ibu yang sangat shalih dan shalihah, Fathimah tumbuh menjadi sosok yang sangat mandiri. Semenjak usia belia, ia sudah menjadi anak yang mandiri. Segala bentuk aktivitas keluarga yang dapat dikerjakan, ia kerjakan dengan baik. Inilah hikmah yang dapat ia petik setelah “kepergian” kakak-kakaknya. Ia tumbuh menjadi perempuan yang sangat mandiri.
Kegetiran hidup terus dirasakan Fathimah ketika dirinya menikah dengan ‘Ali ibn Abi Thalib. Sebagaimana yang jamak diketahui, ‘Ali merupakan anak seorang yang tidak berada. Bahkan, Nabi Muhammad SAW mengasuh ‘Ali semenjak usianya belum genap 10 (sepuluh) tahun karena orang tuanya tidak memiliki harta yang banyak. Begitu pula ketika ‘Ali sudah dewasa, ia pun tidak memiliki harta yang berlimpah. Pada saat menikah dengan Fathimah pun, ia hanya memiliki rumah yang sangat sederhana serta makanan yang serba pas-pasan. Maka, Fathimah pun hidup bersama ‘Ali dengan penuh keterbatasan.
Meski kondisi ekonomi keluarga serba pas-pasan, Fathimah tetap tegar. Ia tidak pernah mengeluh. Meski badannya semakin kurus karena harus bekerja lebih ekstra, namun Fathimah tetap tegar. Hingga suatu ketika, ayahandanya pulang dari perang dengan membawa harta rampasan (ghanimah), maka ‘Ali dan Fathimah pun bersepakat untuk “meminta” bagian. Namun demikian, saat Fathimah ingin mengutarakan keinginannya, ia tidak sanggup. Rasa malu yang ada pada dirinya lebuh besar daripada keinginannya untuk meminta harta demi mengganjal perut diri dan suaminya.
Sebagai seorang ibu, Fathimah juga menjadi perempuan yang sangat dibanggakan, bahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Apalagi, Fathimah memiliki anak laki-laki bernama Hasan dan Husain. Kedua anak ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW. Ia sangat menyayangi keduanua dan menaruh harapan besar kepada keduanya. Dan, di bawah didikan Fathimah, Hasan dan Husain menjadi anak yang shalih.
Dalam hidup Fathimah selalu dalam perjuangan hingga akhir hayat. Meski sebagai anak “orang besar”, ia mampu menjadi teladan sebagai seorang yang mandiri dan pekerja keras. Meski begitu, ia tetap pada akhlak yang mulia, lembut dengan penuh ketegasan. Tentu akhlak semacam ini patut menjadi teladan bagi umat sepanjang masa.
Buku ini sangat cocok dibaca oleh setiap muslimah yang menginginkan cantik secara jasmani dan ruhani. Lebih-lebih, tantangan akhir zaman bagi muslimah sangat besar, maka ia memerlukan sosok teladan dalam hidupnya. Dan, dalam pada itulah buku ini bisa menjadi teladan dalam kehidupan setiap muslimah. Selain bagi muslimah, masyarakat umum juga bisa memanfaatkan buku setebal 246 halaman ini. Dengan membacanya, semoga pembaca yang budiman mampu memetik setiap kisah yang menginspirasi di dalamnya.
Selamat membaca!

                                                                                                              ————– *** —————

Rate this article!
Teladan Hidup Putri Nabi,5 / 5 ( 1votes )
Tags: