Teladan Moral Nabi SAW

Semarak Maulid Nabi Muhammad SAW, diperingati umat muslim sedunia. Berbagai keraton di dalam negeri, secara rutin juga menggelar acara gerebek Maulud, setiap tahun. Biasanya, peringatan Maulid dirayakan secara sambung menyambung sampai sebulan. Sebagian besar masjid di Indonesia menyelenggarakan acara pembacaan shalawat. Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW nampak lebih semarak di berbagai keraton kerajaan di Indonesia.

Pembacaan shalawat diiringi adat budaya, mempertemukan raja dengan rakyat, dalam jamuan bersama. Menjadi pemandangan gerebek Maulud di keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Pakubuwanan). Juga terdapat ritual Hajad Dalem Sekaten, di keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Hamengkubuwanan). Raja-raja Jawa mengeluarkan sedekah “gunungan” yang dihiasi bunga-bunga indah. Di dalamnya berisi hasil bumi (buah, dan sayur), masakan siap saji (kue, dan kacang-kacangan), dan uang.

Negara (dan pemerintah RI) secara resmi juga memperingati hari besar kelahiran Nabi Muhammad SAW, sejak tahun 1963. Konon, presiden Soekarno terpesona penyelenggaraan di istana Kairo, Mesir. Peringatan Maulid Nabi SAW, diselenggarakan sebagai “obor” semangat kejuangan. Tak kalah gengsi, presiden Soekarno bercerita kepada presiden Mesir, Gamal Abdul Naseer, tentang perayaan Maulid oleh raja-raja di Indonesia. Tetapi di istana kepresidenan RI belum pernah diselenggarakan.

Seketika itu pula presiden minta Menteri Agama RI menyelenggarakan Mauludan secara rutin di istana Merdeka, Jakarta. Menteri Agama (Prof. Saifuddin Zuhri) tidak sulit mempersiapkan acara Maulid. Berlanjut hingga kini, setiap Presiden RI, selalu memberikan sambutan kenegaraan. Masyarakat juga merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, antara lain dengan pawai keliling kampung. Bahkan banyak masjid Jami’ di kampung menyelenggarakan khitanan masal.

Berbagai cara memperingati Maulid, terutama dengan pembacaan kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, sejak lahir sampai wafat. Diantara kitab yang paling masyhur mencertikan keagungan Nabi SAW, ditulis oleh imam besar Syekh Abdurrahman ad-Diba’i. Kitab (buku-bukunya) sangat masyhur karena sastranya indah, terutama yang memuat biografi berjudul “Maulid-Diba’iyah.” Pada pasal 14 diktum ke-9 disebutkan: “Rasulullah SAW lahir dalam posisi sujud dan berucap hamdalah.”

Dalam berbagai hadits dikisahkan keseharian beliau SAW sebagai kepala rumahtangga. Dengan sanad berasal dari istrinya sayyidah Aisyah r.a., dikatakan, “Rasulullah biasa membantu cuci pakaian, perah susu kambing, membersihkan lantai, juga makan bersama pembantu dengan menu yang sama.” Pada saat paceklik, ikat pinggangnya diganjal lima biji batu, menandakan beliau tidak makan selama lima hari. Padahal beliau seorang pemimpin negara!

Dalam beberapa hadits shahih dikabarkan, bahwa Nabi SAW, sangat santun terhadap musuh. Tetapi tidak pernah gentar dalam perang mempertahankan diri. Selama hidup, Nabi Muhammad SAW tidak men-teror kelompok lain. Seluruhnya berupa kenangan manis. Moral yang “manis” itu pula yang menyebabkan ajaran Islam berkembang sangat cepat ke seluruh dunia. Ketika Nabi SAW mangkat, tidak meninggalkan harta warisan. Aset pribadinya berupa uang 80 dirham dan 2 kavling tanah sudah dihibahkan untuk negara.

Maulid Nabi SAW tahun 1444 H saat ini, terasa lebih lega. Karena pandemi telah menyurut. Peringatan Mauludan, dapat dijadikan sebagai sarana peng-akrab-an aparat dengan rakyat. Keagungan moralitas beliau SAW, wajib diteladani pejabat, dan rakyat. Nabi SAW tidak pernah ber-wasiat menurunkan kekuasaan kepada sanak kerabat. Serta tidak ber-wasiat tentang bentuk negara (khilafah) untuk negeri mayoritas muslim.

Kepedulian kepada sesama tanpa memandang latarbelakang agama, ras, dan bahasa telah diteladankan Nabi Muhammad SAW. Solidaritas, dan kesalehan sosial menjadi visi utama ke-nabi-an sebagai rahmatan lil alamin, kebaikan seluruh alam.

——— 000 ———

Rate this article!
Teladan Moral Nabi SAW,5 / 5 ( 1votes )
Tags: