Teladani Konsep Ilmu Hasta Brata

8-badiklatPembukaan Diklatpim II Angkatan XXXIII 2014
Pemprov, Bhirawa
Dalam cerita pewayangan wahyu Makutha Rama atau dikenal sebagai ilmu Hasta Brata berhasil menghantarkan dua raja besar titisan Bathara Wisnu, yakni Sri Rama Wijaya duduk sebagai raja di kerajaan Ayodya, dan Sri Bathara Kresna adalah raja yang bertahta di kerajaan Dwarawati.
Hasta berarti delapan, brata adalah “laku” atau jalan spiritual/rohani. Hasta Brata maknanya adalah delapan “laku” yang harus ditempuh seseorang bila sedang menjalankan tampuk kepemimpinan. Kedelapan “laku” sebagai personifikasi delapan unsur alamiah yang dijadikan panutan watak (watak wantun) seorang pemimpin. Kedelapan unsur tersebut meliputi delapan karakter unsur alam yakni, bumi, langit, angin, samudra-air, rembulan, matahari, api, dan bintang.
Konsep ilmu itulah yang diutarankan oleh Sekdaprov Dr. H. Akhmad Sukardi saat membuka Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XXXIII di Badan Diklat Jatim Jl. Balongsari Tama Surabaya, Surabaya, Rabu (7/5). “Konsepnya sederhana, namun sangat berat untuk menjalankannya. Karena ilmu itu mengajarkan seorang pemimpin harus menjadi suri tauladan dan pencerah bagi stafnya,” kata Sukardi didampingi Deputi Bidang Diklat Aparatur,. TTD. Dr. Muhammad Idris, M.Si dan Kepala Badiklat Jatim, Dr Saiful Rachman, MM, M.Pd.
Lebih lanjut mantan Kepala Dinas Pendapatan Jatim itu menjelaskan, watak bumi berarti bijak sana, teguh, rendah hati, sabar dan kreatif. Angin artinya tidak pilih kasih dalam memberi, samudra/air menggambarkan dinamis dan berwawasan luas, tidak berhenti dalam berkreasi dan mau menerima masukan.
Kemudian bulan bisa menerangi bumi disaat gelap dan memiliki sifat indah, matahari walau panas tapi bisa memberikan energi. Api sifatnya panas namun tegas dalam memberikan sanksi atau penghargaan. Langit artinya bisa melindungi. “Sedangkan bintang memberikan cahaya disaat gelap dan sebagai penuntun arah. Semua ilmu itulah yang dibutuhkan seorang pemimpin,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan pejabat struktural eselon II memiliki peranan yang menentukan dalam penetapan kebijakan strategis instansi dan bawahan. Selain itu juga seluruh stakeholder agar bisa menetapkan kebijakan secara efektif dan efisien. Pejabat eselon II dituntut mampu memberikan arah dan target yang jelas tentang bagaimana mengatasi berbagai tuntutan sesuai kerangka kebijakan pembangunan. “Pola hubungan yang ideal antara instansi, dunia usaha, dan masyarakat akan mewujudkan konsep Good Governance yang baik,” jelasnya.
Dengan ulasan diatas, diharapkan lulusan Diklat Kepemimpinan II harus membawa perubahan positif dan impact yang berguna bagi instansinya. Hal ini dikarenakan selama menjalani diklat, mereka telah dibekali berbagai materi dengan metode terbaru yang mumpuni untuk mencetak seorang pemimpin maupun agen perubahan yang berkualitas.   “Pelaksanaan diklat ini akan menjadi tantangan yang menarik dan menyenangkan. Sebab aspek pengalaman, inovasi dan fleksibilitas diakomodasi dalam proses belajarnya” katanya.
Ini berarti metode pembelajaran lebih ditekankan pada pengalaman belajar peserta diklat. Pengalaman belajar akan menjadi kunci dalam menyerap, retensi dan aplikasi hasil belajar yang diwujudkan dalam bentuk program pembelajaran non klasikal/on the job training.
“Peserta tidak hanya mendapat teori dalam kelas, namun juga dituntut mengaplikasikannya di tempat kerja melalui proyek perubahan yang berasal dari inisiatif peserta, serta dibantu widyaiswara melalui proses coaching, konseling dan monitoring yang melibatkan pimpinan instansi” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badiklat Jatim, Saiful Rachman menambahkan, Diklatpim tidak hanya difokuskan pada tingkat kepuasan terhadap program diklat serta hasil belajar di dalam kelas (hasil akademis dan non akademis), namun evaluasi juga dilakukan pada tingkat behavior atau perubahan perilaku.
Diklat PIM II kali ini diikuti 60 peserta yang berasal dari pemerintah pusat, pemda se Jatim, dan luar provinsi Jatim.  “Waktu penyelenggaraannya selama 92 hari kerja (7 Mei – 4 September) yang terdiri dari 27 hari untuk materi klasikal, dan 65 hari kerja untuk materi non klasikal,” papar Saiful Rachman. [wwn]

Rate this article!
Tags: