Teladani Perjuangan Kartini, Ning Ema Ajak Perempuan Milenial Berani Terjun Politik

Ema Umiyyatul Chusnah atau Ning Ema. [arif yulianto/bhirawa].

Jombang, Bhirawa
Untuk meneladani perjuangan Raden Ajeng Kartini (R.A Kartini) sebagai pahlawan perempuan di Indonesia, politisi perempuan dari Kabupaten Jombang, Ema Ummiyatul Chusnah atau Ning Ema mengajak perempuan milenial berani terjun ke dunia politik sebagai politisi.

Ning Ema mengajak kaum perempuan berani untuk masuk ke dalam sistem, dalam tanda kutip, berani menjadi seorang politisi perempuan untuk menyuarakan dengan lantang tentang keadilan seperti halnya yang dilakukan dan diperjuangkan R.A Kartini.

Ning Ema saat ini dikenal sebagai anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Perempuan kelahiran Jombang, 08 Juli 1973 ini mengartikan sosok R.A Kartini sebagai pahlawan nasional perempuan yang sangat elegan dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan.

“Saya memandang beliau (R.A Kartini) perempuan yang cerdik dan cerdas dalam memperjuangkan perempuan. Semua itu tak lepas dari stategi jitu politiknya yang hebat, seperti yang diketahui, waktu itu perempuan sangat tertindas dan tidak bisa menerima haknya dengan baik,” kata Ning Ema, Rabu (21/04).

Menurut Ning Ema, di era teknologi dan digital serta pemerintah Indonesia yang sudah terbuka akan hak asasi manusia seperti saat ini, bisa menjadi peluang yang sangat besar bagi kaum perempuan untuk berkiprah mewarnai Indonesia dengan berbagai kreatifitas dan potensi yang dimiliki oleh perempuan.

“Saya mengajak para perempuan tertutama kaum milenial agar berani terjun ke dunia politik,” ucap Ning Ema.

Ning Ema menjelaskan mengapa perempuan harus berani terjun ke dunia politik. Hal ini karena, dengan menduduki sebuah kekuasaan, kaum perempuan akan lebih mudah untuk memperjuangkan hak-haknya.

“Banyak yang mengira dari bahwa politik itu keji dan sebagainya, itu tidaklah benar dan jangan takut. Maka saya dalam berorganisasi dan beraktifitas dalam masyarakat, selalu memberikan pendidikan politik kepada perempuan,” terang Ning Ema.

Dikatakannya, perempuan merupakan tiang negara. Oleh karenanya sambung Ning Ema, siapa yang akan menegakkan dan meneriakkan hak-hak perempuan kalau bukan kaum perempuan sendiri.

Sehingga kata dia, perempuan masuk politik itu merupakan suatu hal yang biasa, bahkan bisa menjadi kebanggaan tersendiri.

“Jadi, perempuan adalah tiang negara. Artinya jika perempuan-perempuan mempunyai akhlakul karimah, maka negara kita akan kuat. Dan apabila sebaliknya perempuan di negeri ini mempuyai sifat yang tidak baik, bobrok dan tidak mempunyai budipekerti, maka tunggu saja kehancuran negeri ini. Maka di situlah peran sentral seorang perempuan,” ulasnya.

Menurut dia, begitu juga dengan kesuksesan laki-laki, juga tidak lepas dari peran seorang perempuan di belakangnya.

“Contoh kecilnya saja di dalam keluarga, apalagi di lingkungan pemerintahan,” tandasnya.(rif)

Tags: