Tembak Sasaran Gunakan Joy Stick dan Layar Ponsel

Achmad Jainudin menunjukkan hasil karyanya di halaman kampus Universitas 17 Agustus Surabaya, Selasa (11/8).

Achmad Jainudin menunjukkan hasil karyanya di halaman kampus Universitas 17 Agustus Surabaya, Selasa (11/8).

Senapan Microcontroller dengan Penginderaan Jarak Jauh
Kota Surabaya, Bhirawa
Perkembangan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) terus mengalami pergeseran dari masa ke masa. Serba otomatis dan tanpa awak adalah cirinya kini. Sebuah teknologi yang dilekatkan agar senjata bekerja lebih efekif dan efisien. Seperti itulah karya milik Achmad Jainudin, berupa senapan berbasis microcontroller dengan penginderaan jarak jauh.
Inovasi anak-anak muda, khususnya mahasiswa terus bermunculan. Dengan inisiatifnya, berupaya mempercepat program pemerintah, mewujudkan program kemandirian produksi Alutsista. Inovasi demi inovasi pun lahir dari banyak inspirasi, termasuk menonton film tokoh protogonis maupun antagonis menggunakan senjata laras panjang. Shooter atau Sniper adalah dua judul film yang begitu menarik perhatian para pecinta sinema.
Jainudin, mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, adalah satu di antara penikmat film-film yang di dalamnya menampilkan penggunaan senjata, utamanya laras panjang. Dari film-film yang ditonton, bungsu dua bersaudara dari pasangan Nasrun dan Susiani ini, akhirnya muncul inspirasi membuat senjata berbasis mikrocontroller disertai penginderaan. Karya nyata ini bagian Tugas Akhir (TA) bagi alumni SMA Negeri 1, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik itu.
Senjata rakitan karyanya ini dipamerkan, bahkan diujicobakan di kampus Untag, Selasa (11/8) kemarin. Mahasiswa kelahiran Gresik, 24 Januari 1992 ini tidak ragu mengupas bagian demi bagian, bahkan mengoperasikan senjatanya. “Saya suka menonton film yang menceritakan sniper yang bukan hanya beradu skill menembak, namun juga taktik dan teknologi. Dari sini muncul inspirasi membuat senapan laras panjang yang memanfaatkan teknologi,” paparnya.
Sistem senjata ini terdiri dari dua komponen utama. Komponen pertama yaitu kamera yang berfungsi sebagai penginderaan, dan komponen kedua yaitu mikroprosesor yang berfungsi sebagai otak dari penggerak alat tersebut.
Bagian dari alat ini adalah senapan angin laras panjang, lengkap dengan teleskopnya. Selain itu, alat kontrolnya menggunakan joystick, kamera, standing jack empat kaki yang berfungsi sebagai tumpuan senjata laras panjang. Bagian lain, motor servo yang berfungsi menggerakkan senapan laras panjang untuk tengok kiri kanan hingga 180 derajat serta atas bawah (naik turun) hingga 15 derajat.
“Motor servo ini juga berfungsi untuk menarik pelatuk. Untuk kinerja motor servo dalam menaik dan menurunkan senjata laras panjang juga dibantu mikrokontroller Atmega 328 yang bisa diakses dari jarak jauh dengan menggunakan control joystick wireless,” jelasnya.
Keberadaan kamera sendiri untuk mendeteksi sekaligus mengarahkan presisi antara sasaran tembak dengan ujung laras. Begitu tepat sasaran, tombol ‘X’ joy stick tinggal ditekan dan peluru akan melesat.
Antara kamera dengan teleskop pada senjata terhubung dengan bantuan wireless atau wifi. Dari kamera yang dirakit menjadi satu dengan remote control, Jainudin bisa melihat sasaran dengan terang. Bahkan seolah dia membidik melalui teleskop. Untuk menggerakkan moncong senjata hingga tepat sasaran, Jainudin menggunakan joy stick pada remote control layaknya bermain Play Station (PS). “Total biaya perakitan dan pengadaan perangkat pendukungnya ini habis Rp 6 juta. Semua dibiayai orangtua,” akunya seraya tersenyum simpul.
Standing jack atau tumpuan senjata berkaki empat yang dibuat di tukang las dirancang Jainudin untuk menyangga senjata laras panjang sungguhan, sejenis Avtomat Kalashnikova 1947 (AK-47) bikinan Rusia. Bahkan Senjata Serbu-1 (SS-1) bikinan PT Pindad mampu ditopang. Singkatnya sistem karya Achmad ini mampu menjadikan senjata laras panjang menjadi stand gun dengan nilai lebih, digerakkan dengan radius tertentu.
“Sementara ini control joystick wireless bisa dioperasikan dari jarak 20 meter. Cuman jarak ini tidak efektif karena tergantung wireless, terkadang putus. Radius efektif 10 meter. Radius bisa saja lebih jauh dengan penggantian transmiter serta receiver yang daya jangkaunya lebih jauh,” urainya.
Transmiter dipasang pada senjata, sedangkan receiver pada remote control. Dua perangkat lunak ini yang mengatur lalu lintas signal dalam pengoperasian senapan laras panjang. Achmad siap memberikan cara pembuatan, perakitan senjata berbasis mikrokontroller ini pada siapa saja. Bahkan PT Pindad yang selama ini aktif memproduksi senjata di dalam negeri, Kementerian Pertahanan, Badan Intelejen Negara (BIN) atau pihak lain. Bahkan dia juga ingin inovasinya diadopsi untuk memproduksi senjata serupa secara massal. Tentunya dengan tambahan fitur lain untuk penyempurnaan.
Inovasi Achmad ini sejalan dengan program TNI yang juga membuat banyak alat simulasi. Salah satunya Submarine Control Simulator (SCS) di Komando Latihan Komando Armada RI Kawasan Timur, Ujung, Surabaya yang belum lama ini diresmikan KSAL Laksamana TNI Ade Supandi. SCS diawaki prajurit kapal selam dari Satuan Kapal Selam Koarmatim.
Dibangunnya komplek Submarine Training Center di Kolatarmatim untuk mewadahi pelatihan para awak kapal selam yang sedang tidak melaksanakan operasi pelayaran. SCS merupakan komitmen TNI AL untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit kapal selam agar senantiasa terasah dan mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Alat ini merupakan sarana latihan prajurit kapal selam TNI AL dengan model simulasi kabin bergerak yang diproduksi oleh Rheinmetal Defence Jerman. Kabin SCS  dapat bergerak dengan kecepatan 10°/dt dan mencapai kemiringan hingga 45°. Sedangkan tinggi total 4 meter dengan berat 85 ton. Beberapa negara yang telah memiliki SCS type ini antara lain Yunani, Jerman, Turki, Korea Selatan, Italia, Singapura dan terakhir Indonesia. [Adit Hananta Utama]

Tags: