Tembakau Desa Klithih Jombang, Disukai Pedagang Hingga Jawa Tengah

Tanaman Tembakau di Desa Klithih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, Rabu (12/11). [Arif ulianto/Bhirawa]

(Jenis Rejeb Paling Mahal)

Jombang, Bhirawa
Petani Tembakau Di Desa Klithih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang pada musim tanam tahun ini bisa bernafas lega. Pasalnya, pada masa puncak panen pada musim tanam tahun ini, harga jual tembakau di desa ini mencapai harga 3.000 ribu rupiah untuk 1 kilogram daun tembakau basah. Sehingga petani tembakau Desa Klithih mendapatkan keuntungan.
Imam (45), salah seorang petani tembakau di desa setempat menuturkan pengalamannya menanam tembakau di atas lahan seluas 800 boto pada musim ini. Imam mengaku menanam sebanyak 25 bundel (25 ribu) bibit tembakau jenis Jinten di atas lahan seluas 800 boto.
“Alhamdulillah tahun ini nyaris tanpa ada kendala,” tutur Imam, Rabu pagi (12/11).
Selain itu, Imam menambahkan, soal harga jual tembakau petani tahun ini juga tergolong cukup lumayan. Untuk jenis Tembakau Jinten seperti yang ia tanam, harga jual dalam 1 kilogram tembakau dalam bentuk daun basah pernah menyentuh harga 3.000 rupiah. Di desanya, tembakau yang ditanam para petani ada beberapa jenis seperti, Jinten, Grompol, Kasturi, maupun Rejeb. Dari sekian jenis itu, Tembakau Rejeb menurut Imam memiliki harga jual paling mahal pada musim tanam tahun ini yang pernah menyentuh harga 6.000 rupiah untuk 1 kilogram daun tembakau basah jenis Rejeb.
“Jenis Rejeb memang mahal, tapi produksinya masih kalah dengan jenis yang lain,” tutur Imam lagi.
Untuk melakukan budidaya tembakau seluas boto 800, Imam mengaku merogoh kocek untuk modal sebesar 15 Juta Rupiah yang digunakan untuk kebutuhan mulai pengolahan tanah dan biaya-biaya yang lain. Namun, sampai akhir panen, ia mendapatkan keuntungan bersih sebesar 20 Juta Rupiah. Dari mulai awal menanam, dikatakan Imam, setidaknya sekitar umur 3 bulan, tanaman tembakau sudah bisa mulai dipanen daunnya.
Tembakau dari Desa Klithih sendiri kata Imam, sering menjadi jujugan pedagang tembakau dari Madura hingga Madura. Ada beberapa yang kata dia juga di ambil untuk kebutuhan industri rokok di sekitar Kabupaten Jombang. Kebiasaan warga Desa Klithih menanam tembakau dilakukan setiap tahun sekali setelah musim panen padi.
Menurut Imam, kendala terbesar dalam melakukan budidaya tembakau yakni jika hujan sudah datang. Namun beruntung, saat masa panen petani tembakau di desa ini hampir sudah selesai, hujan mulai datang. Jika hujan mulai datang, biasanya harga jual daun tembakau juga mulai turun.
“Selain karena hujan, turunnya harga juga biasanya karena pada saat ini mungkin gudang pabrik sudah banyak stoknya” pungkasnya.(rif)

Tags: