Temuan Jaladwara, Kuatkan Sendang Sumberbeji Petirtaan Suci Kuno

Jaladwara yang ditemukan di Sendang Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang, saat BPCB Trowulan, Mojokerto melakukan survei penyelamatan hari ke-3, Kamis siang (01/08). [Arif Yulianto]

Jombang, Bhirawa
Penemuan sebuah batu andesit berbentuk menyerupai kepala naga yang dalam istilah arkeologi biasa disebut dengan Jaladwara makin memperkuat bahwa Sendang Sumberbeji merupakan sebuah Petirtaan suci kuno. Penemuan ini terjadi saat Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto melakukan survei penyelamatan di Sendang Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang pada hari ke-3, Kamis (1/8),
Menurut Wicaksono Dwi Nugroho di lokasi, pada survei penyelamatan yang dilakukan pada hari ke-3 ini, pihaknya menyimpulkan, keberadaan Sendang Sumberbeji yang sebelumnya diperkirakan sebagai kanal air kuno, kini mengarah kepada kesimpulan sebuah pertirtaan.
“Indikasinya pertama, ada pancuran (Jaladwara). Tadi jam 12 siang kita menemukan Jaladwara terbuat dari batu andesit yang ada di kotak (grid) 3, yang tidak jauh dari struktur bangunan petirtaan itu sendiri,” papar Wicaksono ketika diwawancarai wartawan, Kamis sore (01/08).
Wicaksono melanjutkan, saluran air yang sebelumnya ditemukan berupa struktur bata beberapa waktu yang lalu, disimpulkan ternyata merupakan bagian dari petirtaan, bukan kanal kuno. Ditanya lebih lanjut saat ditemukan, seperti apa kondisi Jaladwara itu, ia menjawab, Jaladwara sudah terlepas dari posisi semula. Jaladwara ini memiliki ukuran panjang 55 sentimeter dengan lebar 25 sentimeter dan tinggi 15 sentimeter.
“Dia ada cenderung di bagian tengah, tapi kita bisa mengenali, mengidentifikasi bahwa itu memang Jaladwara berbentuk seperti kepala naga,” terang Wicaksono.
Dia memperjelas, Jaladwara berbentuk kepala naga biasanya identik dengan sebuah konsep Amerta (Air suci). Namun untuk menyimpulkan petirtaan Sumberbeji ini berasal dari masa apa, pihaknya masih perlu melihat dari temuan porselin dan tipologi ukuran bata yang berada di petirtaan tersebut.
Wicaksono menambahkan, sepertinya rencana survei penyelamatan yang dilakukan oleh pihak BPCB Trowulan, Mojokerto tersebut, waktunya masih belum mencukupi untuk mengeksplor lebih jauh.
“Sehingga nanti, seluruh hasil pengamatan ini saya rekomendasi kepada pimpinan, untuk dilanjutkan di kegiatan eskavasi arkeologi, tentunya nanti keputusan ada di pimpinan BPCB Jawa Timur,” tambahnya.
Untuk luasan petirtaan itu sendiri, hingga saat ini jelas Wicaksono, masih ditemukan dengan panjang 12 meter, dengan kemungkinan lebar 24 meter. Pihaknya berharap, aktifitas survei penyelamatan yang dilakukan pada hari Jumat (2/8) dapat memberikan gambaran utuh tentang petirtaan Sendangbeji.
Menurut dia, petirtaan kuno merupakan kolam air sebagai sarana pencucian diri. Sebuah petirtaan suci kuno terang dia, merupakan manifestasi dunia di mana pada posisi tengah terdapat Mahameru yang dikelilingi oleh samudra. [rif]

Tags: