Temukan Alat Penghemat BBM, Diyakini Bisa Selamatkan Uang Negara

Sugiharto Tjokro membuat alat untuk mengontrol penggunaan BBM bersubsidi agar tepat sasaran.

Sugiharto Tjokro membuat alat untuk mengontrol penggunaan BBM bersubsidi agar tepat sasaran.

Kota Surabaya, Bhirawa
Salah seorang warga Surabaya, Sugiharto Tjokro berhasil menemukan alat penghemat BBM menggunakan konsep sederhana dan didesain dengan biaya sangat murah.
Kenaikan BBM bersubsidi sejak 18 November terus menjadi pro kontra di masyarakat. Aksi demo menolak kenaikan BBM terus terjadi di berbagai daerah. Di tengah polemik itu, kabar gembira datang dari Surabaya. Sebab salah satu warganya mampu menemukan alat penghemat BBM.
“Meski alat ini belum diberi nama, kami yakin alat ini bisa menyelamatkan uang negara. Sesuai kalkulasi kami, ini dapat menghemat hingga Rp 21,9 triliun per tahun yang dikucurkan melalui subsidi BBM,” katanya di Surabaya kemarin.
Dengan kreativitasnya, ungkap dia, alat tersebut didesain berupa katup penutup yang dipasang di tabung BBM mobil. Kemudian, pasangan lainnya harus dipasang di nozzle di semua SPBU.
“Kami ingin mengenalkan alat ini kepada semua pihak terutama kepada pemerintah. Tujuannya untuk menghemat penggunaan BBM dan kaitannya dengan keuangan negara yang sebelumnya dikucurkan untuk subsidi BBM,” kata alumni Ubaya ini.
Di sisi lain, jelas dia, apabila sebuah kendaraan telah dipasang alat itu maka pemiliknya harus menyesuaikan jenis BBM yang diisikan, premium, atau pertamax. Penyebabnya, ukuran diameter alat itu harus disamakan dengan diameter di nozzle di setiap SPBU di Indonesia.
“Kami jamin 100 persen alat ini akan efektif guna menghindari penyimpangan pemakaian BBM yang bukan peruntukannya,” katanya.
Ia berharap, agar pemerintah dapat segera memproduksi alat tersebut dalam jumlah banyak atau minimal 12 juta unit sesuai volume penjualan mobil di Tanah Air. Ke depan, alat itu bisa dijual dengan harga terjangkau.
“Kami menawarkannya dengan harga minimal Rp200 ribu per unit. Komponen harga itu tidak hanya ditentukan dari besarnya biaya produksi melainkan sudah termasuk biaya sumber daya manusianya,” katanya.
Sugiharto mengklaim, alat buatannya tergolong sederhana dan mudah diaplikasikan dibanding dengan teknologi Radio Frequency Identification (RFID). Sistem RFID cenderung rumit dan tidak mudah diterapkan. Selain itu, tidak ada payung hukum untuk RFID sehingga masyarakat tidak ada paksaan untuk memasangnya.
Menyikapi hasil kreativitas, Ketua Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi Jawa Timur Setiyo Agustiono mengemukakan, sangat bangga dan siap memberikan dukungan. “Kreativitas ini sebuah prestasi anak bangsa. Bayangkan, di tengah kepanikan lantaran kenaikan harga BBM, Sugiharto muncul dan mempresentasikan buah karyanya,” katanya.
Ia melanjutkan, siap mengawal perjuangan Sugiharto supaya alat yang berfungsi sebagai penghemat BBM dapat dikenal publik dan dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. “Khususnya pengendara mobil yang selama bukan sasaran BBM subsidi. Kami juga berharap pemerintah segera menindaklanjutinya,” katanya. [geh]

Tags: