Temukan Cara Alami Turunkan Kolestrol Tanpa Obat

Dua mahasiswa Jurusan Analisis Kesehatan UM Surabaya, Danis Chusmitasari dan Rafiqhi Beyfigo Suseno menunjukkan cara pembuatan minuman herbal penurun kolestrol.

Surabaya, Bhirawa
Tingginya kadar kolestrol menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit dalam tubuh. Tidak hanya orang tua, seseorang yang masih muda pun beresiko mengalami hal ini lantaran pola makan yang salah. Jika sudah demikian, obat kimia sejenis simvastatin kerap menjadi pilihan.
Obat kimia dipilih lantaran memiliki kemampuan bereaksi cepat. Namun, tidak semua gejala kolestrol harus ditangkal dengan tablet dengan catatan efek samping yang melekat. Sebab, dua mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya berhasil membuat alternatif alami menurunkan kadar kolestrol menggunakan racikan herbal.
Dua mahasiswa Jurusan Analisis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya itu ialah Danis Chusmitasari dan Rafiqhi Beyfigo Suseno. Masing-masing memiliki produk berbeda penurun kadar kolestrol secara alami.
Danis Chusmitasari menemukan senyawa flavonoid versatin dalam kandungan sayur okra. Senyawa itu memiliki manfaat cukup baik dalam menangkal radikal bebas dan peroksidasi lemak yang dapat menjadi penyebab kolestrol.
“Ini termasuk jenis sayuran yang baru dikenal di Surabaya. Mudah mendapatkannya di pasar-pasar tradisional,” tutur Danis.
Untuk memanfaatkannya sebagai obat penurun kolestrol, Danis mengaku cukup mudah. Sayur okra yang telah dibersihkan kemudian dirajang. Selanjutnya potongan okra tersebut direndam selama satu jam. “Konsentrasinya satu banding satu. Saya coba sayur okra ini 100 mg untuk larutan air 100 ml,” tutur Danis.
Dari ujicobanya tersebut, larutan okra itu akan efektif jika dikonsumsi selama dua minggu berturut-turut dengan dosis sehari dua kali. Hal itu telah dibuktikannya dengan riset yang menggunakan mencit (Tikus putih) sebagai uji coba. Dalam kondisi normal, mencit disebutnya memiliki kadar kolestrol 200 mg/dl. Setelah diberikan perlakuan dengan larutan okra selama dua minggu, penurunan kolestrol mencapai 50 mg/dl.
“Dalam okra ini juga terdapat serat larut air yang juga dapat menurunkan berat badan,” tutur Danis.
Inovasi serupa ditunjukkan Rafiqhi Beyfigo Suseno. Dia membuat minuman dari sari bunga kupu-kupu yang juga berkhasiat menurunkan kolesterol. Bunga kupu-kupu, kata Rafiqhi biasanya hanya untuk dibuat tanaman peneduh. “Bunga ini memang kurang terkenal dan biasanya hanya dibuang begitu saja. Dari situ, saya mencoba meneliti kandungan yang ada di bunga itu dan ternyata mengandung senyawa flavonoid  kuersatin,” kata dia.
Setelah mengetahui ada senyawa tersebut, dirinya mencoba mengolah bunga kupu-kupu menjadi minuman herbal. Caranya, dengan menumbuk dan dicampur air. Dari proses itu akhirnya keluarlah minuman yang dia namakan Pules ini. “Saya juga sudah menguji coba ke mencit. Hasilnya, kadar kolesterol pada hewan itu yang semula ada pada konsetransi 60 mg itu bisa turun menjadi 47 mg/dl,” ujarnya.
Rachma Widiyastuti, dosen pembina kedua inovasi tersebut melihat adanya manfaat yang cukup bagus dari riset yang dilakukan. Namun, pihaknya cenderung lebih mudah memanfaatkan okra sebagai minuman herbal. Sebab, okra telah biasa dikonsumsi masyarakat dalam bentuk sayuran. Sementara bunga kupu-kupu, meskipun teruji bisa bermanfaat menurunkan kolestrol masih membutuhkan uji toksisitas.
Riset lanjutan itu diperlukan karena tidak ada yang tahu bagaimana rasa asli dari bunga kupu-kupu. Jika pahit, maka asal rasa pahit itu dari bagian bunga yang mana. “Meskipun mencit yang digunakan sebagai uji coba tidak ada yang mati. Tapi uji toksisitas ini masih perlu,” terang dosen analis kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya itu.
Menurut dia, dua inovasi tersebut bisa dikembangkan lagi menjadi produk minuman yang lebih inovatif. Misalnya mengekstrak larutan okra menjadi serbuk untuk kapsul. Sementara untuk bunga kupu-kupu bisa dijadikan teh celup yang lebih praktis. “Ini masih Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk program D3. Ke depan saat mereka lanjut S1 atau S2, penelitian itu masih bisa dikembangkan lagi,” ungkap dia.

Jadi Bagian Ekspedisi Jatim Mengabdi
Dua inovasi mahasiswa tersebut akan menjadi bagian dari program Ekspedisi Jatim Mengabdi (Exjam) yang digelar bersamaan bakti sosial Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) UM Surabaya. Sebanyak 700 mahasiswa  terlibat dalam program tersebut dan dilepas Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf.
Gus Ipul, sapaan akrab Gubernur Jatim, mengapresiasi langkah mahasiswa UM Surabaya yang berusaha mengenalkan inovasi kepada masyarakat. Menurut dia, inovasi yang ada di kampus perlu ditindaklanjuti. Utamanya inovasi yang konkret dan bisa diaplikasikan oleh masyarakat. “Inovasilah yang membuat bangsa kita bisa bersaing. Kalau dulu para pahlawan punya semboyan merdeka atau mati, sekarang inovasi atau mati,” tegasnya.
Wakil Rektor I UMSurabaya, Azis Alimul Hidayat berpesan agar mahasiswa menjunjung tinggi gerakan Muhammadiyah serta menjaga nama baik universitas. Inovasi yang dibawa pun diharapkan bermanfaat bagi perawatan kesehatan masyarakat. “Masyarakat butuh pengobatan komplementer sebagai bagian perawatan kesehatan,” tandasnya. Selain mengenalkan inovasi kepada masyarakat, para mahasiswa yang tergabung dalam ekspedisi ini juga akan menggelar penyembelihan hewan kurban, gerakan literasi, pengobatan gratis. [tam]

Tags: