Temukan Lima Regimen Kombinasi Obat Penawar Covid-19

Unair temukan lima regimen kombinasi obat penawar Covid-19

Hasil Kerjasama Unair dan BIN
Surabaya, Bhirawa
Tim peneliti Universitas Airlangga (Unair) menemukan perkembangan terbaru, upaya mempercepat pencegahan Covid-19. Temuan itu berupa lima kombinasi regimen obat yang berasal dari obat-obatan yang sudah beredar di pasaran. Yang dinilai berpotensi menjadi obat bagi pasien Covid-19.
“Kelima regimen kombinasi obat ini adalah lopinavir-ritonavir dengan azithromicyne, lopinavir-ritonavir dengan doxycyline, lopinavir-ritonavir dengan chlaritromycine, hydroxychloroquine dengan azithromicyne dan hydroxychloroquine dengan doxycycline,” papar Rektor Unair, Prof Moh Nasih.
Dikatakan Nasih, penemuan lima regimen kombinasi obat ini merupakan komitmen Unair dalam pencarian obat dan vaksin. Tidak hanya pembuatan obat baru, tetapi Unair juga mencari obat yang sudah ada. Ia juga meyakinkan bahwa penggunan lima regimen kombinasi obat ini terjamin keamanannya dan bisa digunakan dengan cepat. Sebab, obat sudah ada di pasaran serta telah lulus uji klinis. Selain itu obat telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Kami meneliti regimen kombinasi obat dengan metode ilmiah dan hati-hati. Karenanya regimen kombinasi obat ini telah dinyatakan memiliki efektifitas untuk mencegah masuknya virus, menghambat replikasi, dan mencegah perkembangbiakan virus,” jabar dia.
Prof Nasih melanjutkan, pihaknya telah melakukan proses uji toksisitas dan pengujian kombinasi efektivitas pada kelima regimen kombinasi obat, yakni dengan menumbuhkan berbagai jenis sel yang menjadi sel target jenis virus seperti sel paru, sel ginjal, sel trakea, sel liver sebagai tempat untuk menumbuhkan sel virus SARS-CoV-2 yang merupakan sel COVID-19 asli Indonesia.
“Sel SARS-CoV-2 sampelnya yang didapat dari RSUA (Rumah Sakit Universitas Airlangga) dan sudah mendapat sertifikasi uji layak etik dari tim Etik RSUA,” ujar Prof Nasih.
Kemudian tahap berikutnya merupakan uji kombinasi obat dari sel sehat untuk mencari dosis toksik dari kombinasi obat ini.
Kini sedang dicari daya toksik-nya, meskipun ini pada obat yang sudah beredar tapi karena ini virusnya, virus Indonesia jadi tetap perlu diuji kadar toksiknya dalam tubuh. Setelah itu, pengujian potensi kombinasi obat untuk menghambat masuknya virus ke sel target dan melihat efektivitasnya dalam mengurangi proses replikasi.
“Ditemukan bahwa dalam regimen kombinasi obat ini telah mampu menghambat proses replikasi meskipun virus ini diketahui memiliki proses replikasi yang cukup tinggi. Kami pun merekomendasikan kelima regimen kombinasi obat ini kepada para dokter dan RS karena sangat efektif mencegah masuknya virus dan mencegah perkembangan biakan virus,” ucapnya.
Karena kelima regimen kombinasi obat ini bisa didapatkan di pasaran maka kelima regimen kombinasi obat ini dapat di gunakan dalam perawat pasien COVID-19 secepatnya. Namun untuk dosis dari lima regimen kombinasi obat belum bisa dipaparkan. Karena masih menunggu rekomendasi dari tim peneliti.
Sementara itu, Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga, Dr dr Purwati SpPD K-PTI FINASIM menambahkan lima regimen obat kombinasi tersebut tidak diperjualbelikan secara bebas. ”Ini kolaborasi antara Unair, BNPB, dan juga Badan Intelijen Negara,” kata dia.
Dijelaskan dr Purwati, kombinasi regimen obat tersebut memiliki potensi dan daya efektifitas cukup bagus terhadap daya bunuh virus. Lebih detail ia menjelaskan dosis masing – masing obat dalam kombinasi yaitu 1/5 dan 1/3 lebih kecil dibandingkan dosis tunggalnya, sehingga mengurangi efek toksik dari obat itu bila diberikan sebagai obat tunggal.
“Kini sudah ada ratusan obat yang sudah diproduksi dan akan disebarkan kepada RS yang membutuhkan,” pungkasnya.
Selain regimen kombinasi obat yang ditemukan, sejumlah peneliti Unair juga telah menemukan potensi dalam penelitian stem cell. Dr Purwati juga menemukan dua formula yaitu Haematopotic Stem Cells (HSCs) dan Natural Killer (NK) cells.
“Dari hasil uji tantang HSCs ditemukan bahwa setelah 24 jam virus SARS CoV2 isolat Indonesia sudah dapat dieliminasi oleh stem cells tersebut. Sedangkan hasil uji tantang NK cells terhadap virus, setelah 72 jam didapatkan sebagian virus dapat diinaktivasi oleh NK cells,” jelasnya.
Sehingga keduanya memiliki potensi dan efektifitas yang cukup bagus sebagai pencegahan maupun pengobatan virus SARS CoV 2. Menurutnya, kedua pengobatan alternatif itu bisa menjadi rekomendasi bagi para dokter, industri obat dan masyarakat dalam menangani Covid-19 secara cepat. [ina]

Tags: