Terapkan SRA, Utamakan Kepentingan Siswa

RA Roosdiantini

RA Roosdiantini
Penerapan sekolah ramah anak (SRA) di SMAN 16 Surabaya, mendapat apresiasi dari Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim sebagai sekolah terbaik SRA se Jatim bersama delapan sekolah lainnya. Tentu saja, capaian itu tidak lepas dari pengaruh RA Roosdiantini sebagai kepala sekolah yang sudah menjabat dari tahun 2017 lalu. Roos sapaan akrabnya, memang bercita-cita untuk mewujudkan suasana sekolah yang aman dan nyaman bagi anak-anak didiknya. Mulai perbaikan fasilitas sarana dan prasarana hingga proses pembelajaran. Dilingkungan SMAN 16 sendiri, sekolah ramah anak dikukuhkan oleh Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan Wilayah Sidoarjo (Surabaya – Sidoarjo) tepatnya pada Oktober 2018 lalu.
Diungkapkan Roos, penerapan SRA dianggap penting dalam mendidik siswa secara karakter. Dan memenuhi hak a Misalnya, jika siswa tidak bisa menyelesaikan tugas sekolah pihaknya justru mengutamakan kesepakatan pada siswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Apalagi jika siswa mempunyai kemampuan bagus, maka pihaknya tidak segan-segan dalam mewadahi bakat dan minat mereka dalam bentuk ekstrakulikuler. Asalkan, ada konsistensi, dan komitmen tinggi dari siswa.
“Yang terpenting komunikasi yang harus kita bangun dengan siswa. Kita dengarkan apa yang membuat mereka seperti itu. Bukan tiba-tiba menghukum mereka dalam bentuk fisik ataupun harus menulis tugasnya secara berlembar-lembar. Kita lebih utamakan diskusi, komunikasi dan kesantunan siswa,” ujar perempuan kelahiran Surabaya 8 Oktober 1962 ini.
Dikatakan Roos, kondisi lingkungan SMAN 16 yang luasnya mencapai hampir dua hektar juga mendorong adanya penerapan SRA disekolahnya. Sebab, bisa jadi di tempat yang tidak terpantau guru, terjadi bulliying yang dilakukan oleh siswa. Terlebih, unsur dari SRA sekolah harus bisa memberikan tempat yang bersih, aman, ramah, indah, inklusif, sehat, asri dan nyaman.
“Kita sudah fokus dalam penerapan SRA ini. Mulai penghijauan dan pemanfaatan sudut ruang di SMAN 16 untuk dijadikan taman. Kita siapkan tempat untuk mereka belajar, bermain juga istirahat,” kata ibu tiga orang anak ini.
Di samping itu, sambungnya pihaknya juga membangun gazebo untuk tempat belajar dan diskusi bagi para siswa. Fungsi lain, proses pembelajaran bagi pemeluk agama Kristen, Hindu maupun Budha. Selain itu juga dijadikan proses pembelajaran kesenian.
“Penghargaan kemarin (dari Dindik) adalah ujian agar kita bisa lebih baik lagi bersama stakeholder yang ada di lingkungan sekolah untuk penerapan SRA. Semacam tanggung jawab lebih yang harus dilakukan untuk kepentingan anak-anak didik kami. Baik dari sarana prasana maupun proses pembelajaran,” tuturnya.
Ia berharap dengan adanya penerapan SRA, siswa bisa terwadahi kemauannya, kemampuan, dan kepeduliannya terhadap kemampuan siswa. Atinya imbang secara pendidikan dan karakter. Tidak hanya intelektualitasnya tapi juga spiritualitas, emosional iyaa dan sosialnya. “Ini juga akan terus kita pupukkan terus,” pungkas istri dari Drs.Ec.Sudarmawan. [ina]

Tags: