Terbaik LKS SMK Gagal Uji Kompetensi

Instruktur pelatihan welder menunjukkan hasil pengelasan uji kompetensi yang dibuat oleh peserta terbaik LKS 2014 lalu.[adit hananta utama/bhirawa]

Instruktur pelatihan welder menunjukkan hasil pengelasan uji kompetensi yang dibuat oleh peserta terbaik LKS 2014 lalu.[adit hananta utama/bhirawa]

Dindik Jatim, Bhirawa
Pemerintah agaknya harus menyesuaikan kurikulum SMK dengan Standar  Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Bahkan pemenang Lomba Kompetensi Siswa (LKS)  SMK pun sedikit yang lolos uji kompetensi yang merupakan standar kebutuhan industr ini.  Padahal, kompetensi menjadi hal terpenting dalam mengukur keberhasilan pendidikan kejuruan.
Fakta ini terlihat dari uji kompetensi yang diikuti oleh 20 siswa terbaik peserta Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK 2014, pekan lalu yang hasilnya diperoleh Bhirawa kemarin,Rabu(11/3). Dalam uji kompetensi itu, program keahlian yang diujikan ialah teknik pengelasan level 6 G SMAW. Hasilnya, hanya lima siswa yang berhasil meraih sertifikat kompetensi welder (las) level 6 G SMAW.
“15 peserta lainnya bisa mengelas 6G SMAW. Tapi hasilnya tidak sesuai standar. Sehingga tidak lulus,” tutur Yudi Susantoso, instruktur pelatihan welder di UPT Pengembangan dan Pelatihan Pendidikan Kejuruan (PPPK) Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, kemarin.
Meski tahun lalu sudah pernah berprestasi di tingkat Jatim, kenyataanya kompetensi siswa belum memenuhi kualifikasi. Klasifikasi dalam ujian ini memang tidak sembarangan. Karena distandarkan dengan kebutuhan industri sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
“Ini karena mereka jarang praktikum di sekolah setelah ikut lomba,” tutur dia.
Yudi mengakui, level pengelasan 6 G SMAW ini memang level yang cukup sulit karena dilakukan dengan posisi kemiringan 45 derajat. Teknik ini biasanya digunakan untuk menyambung pipa seperti pipa gas dan pipa minyak bertekanan tinggi. “Sebenarnya kalau mereka lolos uji kompetensi ini, mereka akan sangat dicari oleh perusahaan. Sayang, mereka gagal,” tutur dia.
Hasil pengelasan level 6G SMAW ini dinilai sempurna jika hasilnya rata, terpadu dan tembus sampai ke bagian dalam pipa. Pipa yang digunakan untuk ujian sendiri berukuran 6 inchi dan tebal antara 10 sampai 12 mili meter. “Untuk mengelas ini, siswa harus mengulangi sampai tujuh kali. Kalau tidak berhasil akan terlihat seperti ada parit-parit,” tutur dia.
Atas kegagalan itu, para siswa terpaksa harus diturunkan levelnya hingga pada level 4F BMAW over head full. Teknik ini digunakan untuk mengelas plat dengan posisi diatas kepala. Pada teknik ini pun hanya satu yang berhasil. “Akhirnya kita turunkan lagi levelnya menjadi 3G SMAW. Pada level ini, siswa hanya ditugaskan untuk mengelas plat searah garis vertikal,” ujar Yudi. Pada teknik ini baru para peserta bisa lulus.
Teknik pengelasan memang bisa dipelajari secara otodidak. Namun menurut Yudi, saat ini perusahaan lebih mencari tenaga ahli pengelasan lulusan lembaga pendidikan. Karena mereka dianggap memahami prosedur opersaional standar kerja. “Tapi itu juga harus dibuktikan dengan sertifikat kompetensi yang diakui dan berstandar resmi,” tegas dia.
Sementara itu, Kepala UPT PPPK Dindik Jatim Sumardijono mengaku sengaja mendatangkan kembali siswa yang berprestasi pada LKS tahun lalu untuk memberikan apresiasi. Penghargaan itu diberikan dalam bentuk uji kompetensi agar mereka bisa mendapat sertifikat kompetensi yang berguna untuk masuk ke dunia industri. “Kami menganggap 20 siswa itu yang terbaik dari SMK se Jatim. Karena itu kita langsung angkat mereka pada level yang tinggi,” tutur dia.
Meski gagal, Mardijono tetap memberi kesempatan mereka untuk memilih level yang lebih rendah. Itu agar mereka tetap memiliki sertifikasi welder walaupun level yang masih pas-pasan. “Level 3G SMAW ini sebenarnya diperuntukkan bagi peserta pelatihan reguler. Bukan khusus siswa yang punya prestasi,” pungkas dia. [tam]

Rate this article!
Tags: