Terbesar di Asia Tenggara, Tak Pernah Berhenti Berinovasi dan Berprestasi

29-semenGeliat Semen Indonesia Menjadi Rajanya Semen (1)
Kota Surabaya, Bhirawa
Siapa yang tak mengenal Semen Gresik, Semen Padang atau Semen Tonasa. Semen yang paling dicari di dunia bahan bangunan Indonesia. Ketiga merek semen itu merupakan holding company PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Satu lagi, Thang Long Cement Vietnam setelah diakuisisi juga menjadi milik salah satu perusahaan BUMN yang berpusat di Kabupaten Gresik. Bagaimana perjalanan PT Semen Indonesia dan kiprahnya dalam merajai bisnis semen di dalam dan luar negeri, ikuti tulisan wartawan Bhirawa yang diturunkan dalam dua edisi, hari ini dan besok.
Menilik sejarah berdasarkan data dari website resmi PT Semen Indoensia, www.semenindonesia.com, perkembangan Semen Indonesia melaju tak terbendung dimulai dirintis sejak zaman Belanda. Konon di masa Sunan Giri, ada kepercayaan bahwa ada harta karun yang tersimpan di perut bumi Gresik.
Upaya membangun pabrik semen di Gresik sejatinya sudah dirintis sejak puluhan tahun lampau. Bahkan, keinginan ini sudah timbul sejak zaman Belanda. Adalah seorang ahli geologi Belanda, Ir Van Es yang kali pertama memaparkan potensi harta karun yang tersimpan di balik alam Gresik yang berbukit-bukit.
Pada 1935, Van Es  yang bekerja di Jawatan Geologi Bandung menulis laporan yang berjudul  Hoofdgelohisch Technische Onderzoekingen. Laporan itu menyebutkan di bukit yang menghiasai wajah Gresik memiliki batu kapur berkualitas. Laporan itu juga merekomendasikan Gresik cocok untuk didirikan  pabrik semen. Pada 1943, pemerintah Kolonial Belanda mencoba menindaklanjuti laporan tersebut.  Sebuah rencana telah disiapkan. Sayang, rencana itu gagal dilaksanakan karena keburu pecah Perang Dunia ke-II.
Di masa revolusi, rencana tersebut dilanjutkan Pemerintah Indonesia. Berbekal laporan Van Es,  Wakil Presiden Moh Hatta memerintah dimulainya kajian kembali pendirian pabrik semen. Untuk memperkuat kajian, dua ahli tambang asal Jerman Dr F Laufer dan A Kraeff melakukan pengeboran untuk mendapatkan data geologis yang lebih akurat.
Pada Januari 1951, keduanya merangkum hasil pengeboran dalam laporan berjudul  Result of Investigation by core drilling of the Pliocene limestone near Gresik. Laporan tersebut menyajikan data bahwa deposit batu kapur yang disurvei mencukupi untuk persedian pabrik semen dengan kapasitas produksi 250 ribu ton per tahun untuk jangka waktu 60 tahun.
Pemerintah RI kemudian menunjuk Bank Industri Negara (BIN) untuk menyiapkan sumber pendanaan bagi pembangunan pabrik. Untuk kebutuhan valuta asing, digunakan kredit dari Exim Bank Amerika Serikat. Setelah semua siap, pada 25 Maret 1953, bentuk legal disiapkan guna menaungi proyek  seiring dengan didirikannya Badan Hukum NV Pabrik Semen Gresik.
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya pada April 1955, pembangunan Pabrik Semen Gresik dimulai. Proyek ini berdiri di atas  tanah seluas 412 hektare. Tahap pertama, pabrik didesain dengan kapasitas produksi 250 ribu ton per tahun dengan memiliki dua tanur pembakar. Pembangunan ini lebih cepat 73 hari dari waktu yang direncanakan.
Memasuki Maret 1957, Semen Gresik telah berada di masa trial operation. Menyambut pengoperasian, Pemerintah RI juga melakukan restrukturisasi manajemen. Pada 1 April 1957, mantan  Gubernur Nusa Tenggara, Sarimin Reksodiharjo diangkat sebagai presiden direktur. Sedang Presiden Komisaris ditunjuk Ir Darmawan Mangunkusumo dengan empat orang anggota yakni Mr Soemanang, Sardju Ismunandar, Mr Ismail Thayeb, Soedarno dan Soenggono.
Setelah secara teknis dan manajemen siap, pada 7 Agustus 1957, Presiden Soekarno datang ke Gresik dan meresmikan pengoperasian pabrik Semen Gresik. Dalam sambutannya, Soekarno sangat bangga karena putera-putera Indonesia mampu membangun pabrik semen. Sejak itu, setiap 7 Agustus selalu diperingati sebagai hari lahir Semen Gresik setiap tahunnya.
Kini setelah usianya menginjak angka ke-56 tahun, Semen Indonesia yang setahun lalu bernama Semen Gresik telah menjadi industri semen kebanggaan Indonesia. Betapa tidak, berbagai prestasi telah ditorehkan Semen Indonesia baik tingkat nasional maupun internasional.
“Tanggung jawab yang harus kita jalankan semakin besar. Setelah menjadi Semen Indonesia, menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan menjadi BUMN pertama yang berstatus multinational company, prestasi apa lagi yang akan kita torehkan selanjutnya?,” kata Direktur Utama PT Semen Indonesia Dwi Soetjipto pada upacara peringatan HU Pabrik Semen Indonesia ke-56 dan HUT Kemerdekaan RI ke-68 pada 17 Agustus 2013 lalu di Gresik.
Untuk mendongkrak daya saing, Semen Indonesia juga telah membangun berbagai macam proyek strategis yang mampu melejitkan perkembangan perseroan. Proyek yang diresmikan di antaranya Grinding Plant di Pabrik Tuban yang menggunakan teknologi Vertical Cement Mill. Proyek ini merupakan salah satu strategi dalam peningkatan kapasitas produksi perseroan dalam menjaga ketersediaan pasokan. Proyek dengan investasi sebesar Rp 328 miliar berkapasitas 250 ton per jam atau 1,5 juta ton/tahun ini dimulai pada Februari 2012. Pada November 2013 telah selesai dibangun dan beroperasi secara komersial.
Dwi Soetjipto mengatakan, dengan selesainya pembangunan Vertical Cement Mill di Pabrik Tuban yang dibangun secara swakelola ini, maka total kapasitas produksi semen di Pabrik Tuban bertambah menjadi 14,5 juta ton per tahun, dan meningkatkan kapasitas produksi Semen Indonesia menjadi 31,8 Juta ton pada  2014.
“Vertical Cement Mill Pabrik Tuban memiliki konsumsi listrik lebih rendah dibanding Horisontal Cement Mill. Konsumsi listrik per ton semen hanya rata-rata sebesar 24 KWh. Lebih rendah bila dibandingkan dengan konsumsi energi existing plant yang lain yang berkisar di angka 34 KWh. Inilah yang menjadikan kami memiliki daya saing tinggi dibanding pabrik-pabrik sejenis,” jelasnya.
Proyek kedua yang diresmikan adalah Packing Plant Banjarmasin. Proyek ini merupakan salah satu inisiatif strategis dalam bidang pemasaran untuk mendekatkan produk kepada pelanggan (move closer to the customer). Packing Plant Banjarmasin memiliki satu buah silo dengan kapasitas 600 ribu ton semen per tahun, dilengkapi dua line semen bag dengan rotary packer berkapasitas 2.200 bag/jam dan satu line curah dengan kapasitas 120 ton/jam, serta dilengkapi dermaga yang bisa disandari kapal dengan kapasitas sebesar 5.000 DWT. Silo tersebut berfungsi untuk menampung semen sebelum masuk ke unit pengemasan. Investasi yang dikucurkan perseroan untuk proyek ini mencapai Rp 120 miliar.
Kemudian launching e-Procurement untuk meningkatkan tata kelola operasional perusahaan, memenuhi ketentuan Peraturan Presiden No 70 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa, serta sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menerapkan program BUMN Bersih, mulai Januari 2014 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk mengimplementasikan e-Procurement.
“Manfaat dari implementasi e-Procurement ini antara lain untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, bargaining power, kecepatan proses pengadaan, serta akses informasi yang real time,” ujar Dwi Sutjipto.
Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf, dalam sebuah acara pameran inovasi Semen Indonesia memberikan apresiasi, karena inovasi-inovasi terbaru terkait pengembangan bisnis industri semen sangat dibutuhkan. Jelang ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau perdagangan bebas di kawasan negara-negara ASEAN pada 2015, perusahaan di Jatim harus inovatif dan kreatif dalam meningkatkan kinerjanya.
“inovasi-inovasi yang dipamerkan Semen Indonesia menunjukkan bahwa bisnis semen kita berkelas dunia karena didukung teknologi tepat dan pengelolaan yang sangat baik. Dan inilah yang menjadikan Indonesia semakin maju serta siap menghadapi AFTA. Terimakasih Semen Indonesia“ pujinya. [iib]

Tags: