Terhempit Ekonomi, Nelayan Kabupaten Malang Nekat Melaut

7-FOTO KAKI cyn-12-8-Foto Nelayan Sdgbiru sedangkan beraktifitas melautKab Malang, Bhirawa
Ribuan nelayan Pantai Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, hampir satu bulan terakhir ini tidak melaut akibat gelombang laut tinggi di wilayah Pantai Malang Selatan. Namun, sebagian nelayan pantai setempat, pada Senin (11/8) pagi, memaksakan untuk melaut meski akan menghadapi ancaman terjangan gelombang laut yang kini mencapai 3-4 meter.
Mereka nekat melaut, kata Kepala Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, kabupaten setempat, Senin (11/8), kepada Bhirawa, karena tuntutan kebutuhan ekonomi sehingga mengharuskan mereka menerjang gelombang laut yang kini masih tinggi, yang disertai angin kencang. Sedangkan dari jumlah nelayan sebanyak 3.400 orang, ada 1.360 nelayan yang memberanikan diri melaut untuk mencari ikan. “Nelayan nekat melaut, yang tak lain terdesak karena tuntutan kebutuhan ekonomi,” terangnya.
Padahal, ia melanjutkan, dirinya sudah memperingatkan pada nelayan agar tidak nekat melaut, sebab akan membahayakan keselamatan jiwa nelayan. Karena kecepatan angin di wilayah pesisir Pantai Malang Selatan mencapai 30 knot, yang ditambah adanya gelombang air laut masih sangat tinggi. Sementara, nelayan yang memaksakan melaut mayoritas menggunakan jenis kapal sekoci.
“Nelayan tidak memiliki pilihan pekerjaan selain berprofesi sebagai nelayan, sehingga dengan terpaksa mempertaruhkan keselamatan jiwanya saat melaut dengan menerjang ombak yang mencapai 3-4 meter. Resiko yang paling utama dihadapi para nelayan saat melaut tersebut yaitu kapal akan pecah karena dihantam ombak terus-menerus,” papar Sudarsono.
Selain terancam kapal nelayan berpotensi pecah di tengah laut, jelas dia, mereka juga akan mengalmi tekor. Hal itu disebabkan, biaya operasional tidak sebanding dengan hasil tangkapan ikan. Ditegaskan Sudarsono, biaya operasional melaut pada cuaca ekstrim seperti sekarang ini mencapai angka Rp10 juta.
Sedangkan hasil tangkap ikan tuna hanya Rp10 juta, bahkan ada yang hanya mendapatkan Rp 8 juta sampai dengan Rp 6 juta. Meski, nelayan dibantu dengan kenaikan ikan tuna hingga mencapai Rp 38 ribu per kilogram (kg)-nya, namun pendapatan mereka pas-pasan. Karena hasil tangkapan ikan tuna kurang optimal, yang disebabkan gelombang laut tinggi yang disertai angin kencang.
Sementara itu, salah satu pedagang ikan laut di Pasar Tumpang, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang Widodo mengatakan, dengan berhentinya para nelayan Pantai Sendangbiru selama sebulan terakhir ini, hal itu berdampak pada pasokan ikan laut berkurang hingga 50 persen. Sehingga menyebabkan harga ikan laut melambung tinggi di pasaran. “Seperti ikan tuna sebelumnya Rp 18 ribu-Rp 20 ribu per kg, kini kami jual dengan harga Rp 38 ribu hingga Rp 40 per kg,” terangnya.
Sedangkan untuk mendapatkan ikan laut, kata dia, dirinya harus mendatangkan ikan dari luar Kabupaten Malang, itu kami lakukan untuk memenuhi langganan. Meski harganya mahal, tapi kami bisa memenuhi pelanggan, agar pelanggan tidak lari ke penjual yang lainnya. Untuk itu, kami berharap agar secepatnya cuaca ekstrem di wilayah Pantai Malang Selatan bisa kembali normal, sehingga mudah untuk mendapatkan dagangan ikan laut. [cyn]

Keterangan Foto : Nelayan Pantai Sendangbiru saat melakukan aktivitas melaut meski terancam dihamtam gelombang laut tinggi. [cyn/Bhirawa]

Tags: