Terima Bidikmisi, Perguruan Tinggi Pasti Tekor

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemerintah Siapkan Kuota 60 Ribu Mahasiswa
Surabaya, Bhirawa
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti) kembali akan meluncurkan program Bidikmisi untuk tahun ajaran 2016/2017. Sayang, hingga kini program tersebut kembali digulirkan tanpa ada penyesuaian anggaran . Tanpa adanya penyesuaian anggaran, perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dipastikan akan kembali tekor.
Kasubdit Kemahasiswaan Dirjen Pendidikan Tinggi Widyo Winarso menjelaskan, besaran beasiswa yang diterima mahasiswa Bidikmisi tidak mengalami perubahan. Nilainya Rp 12 juta per tahun per mahasiswa. Artinya, per mahasiswa dijatah Rp 6 juta per semester dengan rincian Rp 3,6 juta untuk biaya hidup dan Rp 2,4 juta untuk biaya kuliah.
“Sebenarnya sudah kami usulkan kenaikan beasiswa Bidik Misi untuk tahun ini. Tetapi yang merancang anggaran bukan kita. Semuanya di Kementerian keuangan dan DPR ,” ungkap dia saat ditemui di Kampus Universitas PGRI Adi Buana (Unipa) Surabaya, Kamis (21/1).
Widyo menyatakan, Dikti sebenarnya sudah mengusulkan anggaran ke dewan untuk biaya hidup sebesar Rp 1 juta per bulan per mahasiwa. Namun, usulan itu ditolak dan akhirnya besaran beasiswa tidak berubah sejak pertama kali diluncurkan.
Karena itu, pihak Dikti berencana melakukan pengurangan terhadap biaya kuliah untuk penyesuaian kebutuhan biaya hidup. “Yang bisa kita lakukan itu. Rencananya biaya hidup akan diberikan Rp 750 ribu per bulan dengan mengurangi anggaran untuk biaya pendidikan,” tutur dia.
Tahun ini, lanjut Widyo, kuota beasiswa Bidikmisi sebanyak 60 ribu. Jumlah itu juga hampir sama dengan tahun lalu. “Dalam waktu dekat, programnya akan kita luncurkan melalui website,” tutur dia.
Rektor Universitas Airlangga (Unair)  Prof Dr Muhamad Nasih menjelaskan, tahun lalu kampusnya telah memenuhi kuota Bidikmisi yang diberikan

Widyo Winarso

Widyo Winarso

Dikti. Yaitu sebanyak 900 mahasiswa. Biaya pendidikan mahasiswa Bidikmisi ini juga digunakan untuk berbagai program pembinaan. “Kalau biaya pendidikan dikurangi untuk uang saku mahasiswa, mungkin nanti juga ada pengurangan program pembinaan,” tuturnya.
Sebab, lanjutnya, biaya pendidikan mahasiswa Bidikmisi ini juga masih dibawah unit cost. Namun, sudah cukup ideal untuk biaya pendidikan karena masih bisa menyediakan program belajar. “Kalau tahun depan kuota untuk kami ditambah, misalkan dapat 1.500 akan kami usahakan untuk dipenuhi,” jelasnya.
Sementara itu, Rektor Unipa Surabaya Djoko Adi Walujo menyebut, pihaknya juga menerima mahasiswa Bidikmisi. “Soal besaran nominal, kalau harusnya bisa pemerintah menambah. Tidak bakalan pemerintah bangkrut karena membiayai mahasiswa Bidikmisi,” ujarnya.
Sejauh ini, pihaknya tidak membantah jika selalu tekor dalam menangani mahasiswa Bidikmisi. Hanya saja, kekurangan tersebut bisa diakomodir menggunakan dana dari sumber lain. “Kita bisa mencari CSR (Corporate Social Responsibility) untuk memenuhi kekurangan ini,” tutur dia.
Hal senada juga diungkapkan Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Abdul Aziz Alimul Hidayat. Pihaknya mengakui, setiap tahun selalu tekor dalam menangani mahasiswa Bidikmisi. Kendati demikian, pihak universitas sudah menyiapkan anggaran khusus untuk menutupi kebutuhan mahasiswa. “10 persen dari pembayaran mahasiswa non beasiswa merupakan alokasi untuk mahasiswa tidak mampu. Baik Bidikmisi maupun yang dijaring sendiri oleh kampus,” terang Aziz.
Karena itu, pihaknya mengaku tidak akan keberatan meski setiap tahun kampus mengalami tekor. “Bahkan jika ingin ditambah kita sudah siap,” lanjut dia.
Tahun lalu, UM Surabaya menerima lima mahasiswa Bidikmisi. Sementara anggaran yang telah disiapkan kampus untuk beasiwa tidak mampu ada 10 mahasiswa. “Jadi selain Bidikmisi, kita juga menambah sendiri sasarannya,” tutur dia.
Perlukah penyesuaian anggaran dari pusat? Aziz tidak membantah hal itu. Penyesuaian anggaran ini diperlukan lantaran kebutuhan hidup mahasiswa berbeda antara kota besar dan daerah. “Seharusnya tidak disamakan biaya hidup mahasiswa di Surabaya dengan luar Surabaya,” tutur dia. [tam]

Tags: