Terima Kasih Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Mahasiswa STKIP Alhikmah Surabaya melepas balon harapan untuk guru, Rabu (25/11).

Mahasiswa STKIP Alhikmah Surabaya melepas balon harapan untuk guru, Rabu (25/11).

Surabaya, Bhirawa
Momentum Hari Guru nasional diperingati dengan berbagai cara di Surabaya, Rabu (25/11). Mulai dari melepas balon, potong tumpeng, hingga aksi simpati turun jalan. Semua dilakukan sebagai ekspresi untuk mengucapkan rasa terima kasih sedalam-dalam kepada guru, pahlawan yang masih dikenal tanpa tanda jasa.
Di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, momentum yang juga hari kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ini diisi dengan mendatangi sesepuh perintis kampus. Mereka yang melakukan hal ini adalah para mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Sebagai calon guru, para mahasiswa ini merasa perlu ngawulo ngilmu (meminta nasihat) kepada pendidik yang sudah berjuang lebih dulu. “Kami ingin belajar bagaimana guru dulu berjuang dengan segala keterbatasan, tapi punya semangat luar biasa,” tutur Syarif, mahasiswa FKIP UM Surabaya semester 3.
Sesepuh yang didatangi saat itu ialah Noto Adam. Pria 73 tahun ini merupakan perintis berdirinya UM Surabaya pada era 80-an. Meski di usia senja, mantan rektor ke-3 UM Surabaya ini menunjukkan kepada para mahasiswa semangatnya untuk mengabdi di dunia pendidikan. “Guru itu digugu dan ditiru. Jadi, guru seharusnya tidak hanya pandai mengajar, tapi juga bisa memberi teladan,” kata dia.
Menjadi guru, lanjut Noto, tidak hanya di kelas tetapi juga guru di masyarakat. Pertemuan singkat ini kemudian diakhiri dengan pemberian rangkaian bunga sebagai simbol ucapan terima kasih dan ditutup dengan potong tumpeng.
Terpisah, di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Al Hikmah Surabaya para mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi melakukan aksi lepas balon. Sebelum dilepas, balon-balon itu diberi kertas yang telah diisi dengan harapan kepada guru. Aksi tersebut diikuti mahasiswa keguruan dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya dan sekitarnya. Di antaranya ialah Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM), Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Universitas PGRI Adi Buana (Unipa), serta Universita Islam Mojokerto. Tiap perguruan tinggi diwakili 10 mahasiswa.
“Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah dekat, sebagai calon guru kita harus meningkatkan skill. Apalagi beberapa negara tetangga sudah menyiapkan banyak calon guru masuk ke Indonesia,” kata Meggy Themelo, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UKWM usai menandatangani komitmen mencerdaskan anak bangsa.
Ketua STKIP Al Hikmah Mohammad Zahri mengatakan, selama ini profesi guru kurang kurang diminati. Siswa pintar justru lebih tertarik dengan profesi dokter atau lainnya. Sehingga diperlukan perubahan dalam mendidik calon guru masa kini. “MEA sudah dekat, kami ingin jadi pelopor pencetak calon guru masa depan,”  pungkas dia. [tam]

Tags: