Terinspirasi dari Produk UMKM, Optimistis Laris di Pasaran

Juvens Urjel, mahasiswa Program Studi Desain Manajemen Produk Ubaya  memilih mengembangkan Light Craff, berupa hiasan lampu berbentuk bola yang terbuat dari benang jahit.

Juvens Urjel, mahasiswa Program Studi Desain Manajemen Produk Ubaya memilih mengembangkan Light Craff, berupa hiasan lampu berbentuk bola yang terbuat dari benang jahit.

Kota Surabaya, Bhirawa
Industri kreatif, seakan menjadi primadona baru dunia entrepreneur akhir-akhir ini. Lahirnya ribuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi penandanya. Begitu pula yang kini tengah digeluti para mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya). Berbagai produk UMKM unik pun lahir dari tangan-tangan kreatif mereka.
Kreativitas tak pernah berhenti melahirkan karya. Seperti yang sudah dilakukan Juvens Urjel, yang telah berhasil menciptakan produk hiasan lampu berbahan baku benang jahit. Mahasiswa Prodi Desain Manajemen Produk, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Surabaya (Ubaya) itu bahkan sudah menciptakan tiga jenis produk sekaligus. Di antaranya lampu belajar, lampu meja, dan lampu dinding.
Lahirnya produk ini, sesungguhnyaterinpirasi dari produk UMKM Light Craff yang terletak di dekat Pakuwon Trade Center (PTC) Surabaya Barat. UMKM tersebut juga menggeluti hiasan lampu berbentuk bola yang terbuat dari benang jahit. Dari pengakuan dia, UMKM itu sudah melakukan ekspor produk lampu benang ke manca negara. “Hal itu menandakan pasar produk ini sudah jelas dan diterima masyarakat, bahkan juga di luar negeri,” katanya belum lama ini.
Melihat potensi pasar yang menjanjikan, alumni SMAK Carolus Surabaya itu pun berkreasi dengan bentuk yang berbeda dan ada sentuhan kayu sebagai pemanis untuk memberi sentuhan lebih pada Light Craff agar lebih berkembang. “S-Tube Lamp adalah nama produk kreasi kami yang tetap mempertahankan konsep bahan dasar benang jahit. S-Tube Lamp terdiri dari tiga bentuk, yakni lampu belajar, lampu meja, dan lampu dinding,” kata Juvens.
Cara pembuatannya diawali dengan membuat barisan benang jahit yang diletakkan di atas akrilik. Setelah jumlah barisan benang mencukupi kemudian diberi lem. “Ditunggu sampai lem mengering, kemudian ditarik menjadi lembaran benang. Lembaran benang ini dibentuk sesuai dengan pola atau bentuk yang diinginkan,” katanya.
Selanjutnya, pola yang ada dikaitkan dengan ornamen tambahan berupa penyangga lampu yang terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu sisa peti kemas supaya biaya produksi minimal. Kayu dibentuk dengan dipahat, lalu dilekatkan lampu benang yang sudah dibentuk dan akhirnya diberi instalasi lampu sekitar 5-10 Watt, sekaligus listriknya.
Dengan biaya produksi Rp 100 ribu per produk, ia optimistis produknya mampu bersaing di tengah maraknya handy craft lainnya. Juvens pun memasarkan produknya melalui sosial media.
Seperti halnya Juvens, Brian Wijaya dari jurusan yang sama juga membuat kreasi tas dari bahan kulit. Mahasiswa asal Kota Malang ini memilih UKM Dewi Bralin dengan produknya olahan kulit sapi dan kerbau menjadi aksesoris bermotif Indian. “Produk UKM Dewi Bralin yang berada di kawasan Buduran Sidoarjo itu berupa dompet, hand back, serta tas selempang,” kata anak sulung dari pasangan Endy Wiyono dan Rinny Ratnawatie itu.
Brian pun mulai mengamati produk UKM Dewi Bralin yang hanya “segmented” kepada wanita, sehingga Brian menambahkan produk olahan kulit sapi dan kerbau dengan back pack (tas punggung) yang dapat dipakai kaum pria. “MACOLE singkatan dari Masculine Cow Leather adalah nama produk buatan saya. Selain desain Indian bisa dikonsumsi pria dan wanita, saat ini pria sudah mulai banyak yang memperhatikan detil penampilan. Apa salahnya saya membuat tas ini untuk kaum saya,” ulasnya.
Cara pengerjaan bahan kulit didapat dari UKM Dewi Bralin kemudian dibuat pola di atas kulit, digunting kemudian direkatkan dengan latex untuk menggabungkan bagian satu dengan yang lain. Setelah itu dilubangi pada bagian samping sebagai pemanis. Sedangkan untuk tali direkatkan menggunakan latex kemudian disambung dengan bagian lain dengan bantuan kancing mata itik. Setelah itu disulam.
“Karena ini produk kolaborasi antara UKM Dewi Bralin dan MACOLE, maka logo yang dipakai MACOLE sama seperti Dewi Bralin hanya saja bagian tengah ada penambahan,” katanya. [tam]

Tags: