Terjadi Pendangkalan Makna Pendidikan

Martadi

Martadi

Culture di Indonesia menyebutkan bahwa fungsi guru itu adalah sebagai pendidik dan pengajar. Pada tahun belakang peran mendidik itu agak sedikit bergeser porsinya. Mengapa? Menurut Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya Martadi, salah satu faktornya karena waktu guru lebih tersita dalam proses pengajaran dikarenakan target kurikulum yang begitu luar biasa padat.
Sementara waktu yang tersedia untuk guru sangat terbatas. Maka kemudian tanpa disadari oleh guru, waktu tersebut habis untuk “transfer of knowledge” atau hanya sebatas mengajar saja. Dia menjadi lupa, lanjutnya bahwa dibalik proses pengajaran itu harus ada muatan mendidik.
“Karena itulah esensi seorang pendidik” jelasnya.
Kenapa guru disebut sebagai tenaga pendidik? Karena core-nya guru adalah mendidik atau “transfer of attitude”.
Ia berpendapat bahwa esensi guru yang bergeser menjadi tenaga pengajar tidak bisa disalahkan begitu saja. Mengingat tugas guru sudah di drive, di setting dan di atur oleh target-target, capaian kurikulum yang begitu ketat. Bahkan belum selesai dalam satu topik tertentu, dia harus masuk dalam topik yang lainnya. Guru kemudian tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mendidik mereka. Mereka lebih terjebak dalam aspek tersebut.
Sehingga menurut Martadi, hal tersebut pada akhirnya lebih menekankan pada fungsi mengajar dibanding fungsi mendidik, ada benarnya. Karena secara tidak langsung kita menyadari bahwa kita sudah masuk dalam sebuah sistem yang tereduksi. Bahkan orangtuapun juga ikut mendorong sebuah target kepada guru dan sekolah hanya untuk sebuah angka.
Masalah tersebut menjadi cerminan untuk kita semua, di mana masalah yang terjadi, menurutnya disebabkan karena orang tua enggan menanyakan perilaku anak-anaknya kepada sekolah, bagaimana cara membenahi perilaku anak-anak ketika berbuat kesalahan.
Pada akhirnya yang terjadi adalah penggiringan kita kepada sebuah atsmosfer yang menyebabkan kita mengalami “Pendangkalan makna pendidikan”.
Di mana pendidikan itu hanya diukur pada “transfer of knowledge” (diukur pada capaian-capaian akademik), sementara esensi pendidikan dan goalnya pendidikan adalah melahirkan anak-anak yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti yang luhur, cerdas, inisiatif, kreatif itu bergeser.
Peraih doctor Universitas Negeri Jakarta ini menghimbau agar sudah seharusnya kita mengembalikan revitalisasi yang disebut dengan tri pusat pendidikan. Keluarga, sekolah masyarakat. sekolah dibenahi, masyarakat yang dilihat anak-anak tidak memberikan nilai edukasi tidak akan efektif. Karena apa anak belajar dari proses peniruan dari apa yang dia lihat sementara lingkungan anak tidak hanya disekolah. Jika dia dididik disekolah dengan baik, namun sebaliknya di lingkungan masyarakat ia melihat hal yang negative dan tidak kondusif, kemudia dirumah berbeda lagi. Maka inilah hasilnya, anak-anak mempunyai split personality atau kepribadian ganda, itu sangat bahaya.
Peran keluarga sangat penting dalam mendidik anak. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. [ina]

Rate this article!
Tags: