Terkait Narkoba, Buwas Bakal Bongkar Maskapai Penerbangan Tak Sehat

Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso bakal blak-blakan terkait maskapai penerbangan yang bersinggungan dengan narkoba, Kamis (11/1). [abednego/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso (Buwas) bakal blak-blakan terkait maskapai penerbangan yang bersinggungan dengan narkoba. Ini disampaikan saat dirinya mengikuti rilis peredaran sabu seberat 7,3 kilogram di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak, Kamis (11/1).
Komjen Pol Budi Waseso mengakui banyak maskapai penerbangan di beberapa daerah yang terdapat criminal case (kasus criminal). Bahkan pihaknya sudah mencatat semua maskapai-maskapai yang dinilai tidak membantu program pemberantasan peredaran narkoba oleh pemerintah maupun BNN. Pihaknya pun juga sudah menyampaikan hal itu kepada maskapai-maskapai tersebut.
Buwas pun meminta kesadaran dari pihak maskapai penerbangan untuk melakukan pemeriksaan kepada pilot-pilotnya sebelum menerbangkan pesawat. Kalau bisa 10 menit sebelum pilot menerbangkan pesawat, wajib dites urine, kalau perlu darah. Kalau bersih, berarti pilot bisa terbang. Tapi kalau terindikasi, berarti harus dilakukan penindakan.
“Kalau pencegahan ini tidak dilaksanakan, berarti maskapai itu hanya memikirkan masalah keuntungan, dan tidak memikirkan keselamatan. Saya pun terpaksa harus mengumumkan demi kemanusiaan (maskapai tak sehat). Kalau nanti akhirnya saya mengumumkan itu, tujuan saya untuk kepentingan kemanusiaan,” tegas Komjen Pol Budi Waseso, Kamis (11/1).
Dijelaskan Buwas, upaya tersebut merupakan tindak pencegahan yang tujuannya demi keselamatan manusia. Jika tidak dilaksanakan, pihaknya tidak segan untuk membongkar maskapai-maskapai penerbangan yang pilotnya sering terindikasi menggunakan narkoba. “Memang tes tersebut membutuhkan biaya. Tapi hal itu demi keselamatan orang banyak, dalam hal ini penumpang,” ungkapnya.
Selain itu Buwas menambahkan distribusi peredaran narkoba 80% banyak dilakukan di jalur laut. Peranan X-ray pelabuhan memang membantu mengatasi persoalan itu. Tapi, Buwas mengaku bahwa peredaran narkoba sering lewat di pelabuhan tikus. Sehingga distribusi tersebut tidak melalui X-ray yang ada di Bea Cukai maupun pelabuhan.
“Tapi mereka pasti tidak melalui X-ray. Karena mereka tidak melalui pelabuhan resmi, melainkan pendistribusiannya lewat pelabuhan tikus,” tambahnya.
Ditanya terkait keterlibatan ABK dalam peredaran gelap narkoba, mantan Kepala Bareskrim Polri ini mengaku, ABK dalam hal itu hanya dimanfaatkan saja. Karena yang langsung bersinggungan dengan narkoba itu bekerjasama dengan transportasi-transportasi yang dimanfaatkan untuk mengirim narkoba.
Mereka itu, sambung Buwas, biasanya memperdayakan oknum-oknum nelayan. Di mana narkoba tersebut oleh bandar-bandar dibawa di lautan lepas atau di perbatasan lautan. Lalu mereka pecah-pecah dan diambil oleh para oknum nelayan yang dibayar oleh jaringan narkoba.
“Setelah itu baru masuk ke pelabuhan-pelabuhan tikus. Intinya ABK tidak bersinggungan langsung, meskipun memang ada beberapa yang dimanfaatkan oleh jaringan narkoba. Termasuk para oknum nelayan,” pungkasnya. [bed]

Tags: