Terkendala Bank, Proyek PG Glenmore Berjalan 20 Persen

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Banyuwangi, Bhirawa
Mega proyek Pabrik Gula Glenmore senilai Rp 1,5 triliun yang dibangun oleh konsorsium PTNP XII dan XI baru berjalan 20 persen terhitung sejak grounbreaking proyek pada Desember 2012.
Sekretaris Perusahaan PTPN XII, Herry Purwanto, mengatakan asumsi progres proyek berdasarkan analisa konsultan pengawas, konsorsium PT Indah Karya dan PT Pasadena.  Menurutnya, molornya pencairan dana pinjaman dari sindikasi perbankan menjadi penghambat pengerjaan proyek PG Glenmore. “Pinjaman perbankan mengambil porsi 80 persen dari total investasi,” ujar Hary saat dikonfirmasi Bhirawa, Rabu (25/3).
Adapun sisa 20 persen atau setara Rp 300 miliar kebutuhan modal ditanggung oleh kas internal PTPN XII dan XI. Dari jumlah itu, PTPN XII menyetorkan modal 90 persen dan 10 persen dari PTPN XI.  ”Seharusnya bisa giling tebu perdana Agustus 2015. Tapi karena proses yang sulit untuk mencairkan pinjaman perbankan, maka pembangunan diundur setahun setalah grounbreaking. Imbasnya giling tebu perdana diundur menjadi awal Agustus 2016,” kata Herry.
Pantau Harian Bhirawa di lapangan, proyek di atas lahan seluas 102,4 hektar itu belum tergarap optimal. Mayoritas lahan masih urukan pasir batu dengan ditumbuhi ilalang. Hanya dua titik konstruksi yang sedang digarap oleh pelaksana pekerjaan: konsorsium PT Rekayasan Industri dan PT Weltes Energi Nusantara. Lokasi PG Glenmore masuk kawasan perkebunan Kalirejo, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. PG Glenmore akan dikelolah oleh PT Industri Gula Glenmore, perusahaan bentukan PTPN XII dan XI.
Untuk menopang pabrik berkapasitas 6.000 Ton Cane per Day, kata Herry, perseroan telah menyiapkan lahan tebu seluas 9.000 hektar secara bertahap. Pada akhir tahun 2015, ia menargetkan untuk membuka 4.700 hektar lahan tebu. Adapun target 9.000 hektar lahan tebu baru terealisasi pada 2018. “Semua lahan berstatus Hak Guna Usaha. Kami sengaja tidak menggandeng lahan petani karena bisa mengurangi pasokan ke pabrik gula lain,” Herry menjelaskan.
Ia mengklaim PG Glenmore merupakan pabrik gula terintegrasi dan termodern ketimbang PG lain di Indonesia. Pabrik ini sengaja berdiri di area perkebunan PTPN XII. Perseroan merencanakan mengkoversi komoditas cokelat dan karet yang tidak produktif untuk diganti tebu.
Meski baru berjalan 20 persen, pihaknya optimistis PG Glenmore bisa berprorduksi pada Agustus 2016. Kapasitas produksi juga akan dinaikkan secara bertahap dari 6.000 TCD ke 10.000 TCD. Rendemen tebu di lahan PTPN XII dipatok sebesar 9 persen dengan hari giling 150. Proyek ini sejatinya menggandeng tiga PTPN, yakni PTPN III, XI, dan XII dengan komposisi saham 60%; 30%; dan 10%. “PTPN III batal bergabung karena konsentrasi ke sawit. Akhirnya proyek ditanggung PTPN XII dan XI,” kata Herry. [nan]

Tags: