Terkendala Lahan, Ratusan Pabrik Rokok Bakal Gulung Tikar

headline_90INDUSTRI ROKOK TUTUP-Pekerja pabrik rokok di Tanggulangin, Sidoarjo, Jatim-AntaraPemprov Jatim, Bhirawa
Ratusan pabrik rokok di Jatim terancam gulung tikar akibat pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan No.200/2008. Dari regulasi itu, selain persoalan syarat lahan mendirikan pabrik seluas 200 meter persegi, penetapan pajak rokok sebesar 10% bagi perusahaan melalui peraturan daerah mempersulit pengusaha rokok skala kecil.
“Jumlah pabrik rokok kecil banyak yang gulung tikar. Di Jatim, jumlah pabrik rokok semula mencapai 1.100 lokasi menjadi 563 pabrik setelah peraturan diterapkan secara efektif pada 2009 lalu,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Rokok, Sulami, Senin (24/3).
Secara nasional, awalnya jumlah pabrik rokok kecil di Indonesia mencapai 3.000 lokasi, namun jumlahnya kini juga merosat tajam hingga tersisa 1.970 unit.  “Aturan ini memberatkan pengusaha rokok kecil yakni persoalan syarat membangun pabrik harus memiliki luas bangunan paling sedikit 200 meter persegi. Padahal awalnya pemerintah mengatur syarat minimal 50 meter persegi,” katanya.
Sulami mengungkapkan, kini pihaknya berupaya mengatasi persoalan pabrik rokok agar tidak tutup dengan berkoordinasi bersama Pemprov Jatim. Salah satu solusinya, mengajukan agar Pemprov Jatim mengalokasikan dana hasil cukai dan hasil tembakau untuk mendirikan kawasan pabrik rokok.
Kendati pabrik banyak yang gulung tikar, produksi rokok secara nasional dalam setahun terus mengalami peningkatan. Tahun 2012 produksi masih di kisaran 280 miliar batang. Tahun 2013 lalu, produksi rokok sudah naik menjadi 330 miliar batang per tahun.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Moch Samsul Arifien MMA mengatakan, kontribusi cukai rokok Jatim saja mampu sumbang sebesar 75 persen dari total cukai nasional atau sebesar Rp 45 triliun.
Samsul mengatakan, pendapatan dari cukai rokok Jatim itu tertinggi nasional.  Jumlah itu diperoleh pembelian pita cukai oleh 1.367 pabrik rokok besar dan kecil. Dari segi produksi jumlah rokok, ribuan pabrik rokok di Jatim itu memiliki kapasitas 169,9 miliar batang lebih dari total produksi nasional.
Selain itu, kata Samsul, Jatim juga telah siap menghadapi pergeseran pasar rokok dari pasar rokok kretek ke pasar rokok putihan dengan kadar nikotin rendah. Ia juga yakin jika pasar rokok domestik masih akan tetap bertumbuh walaupun sudah dikerdilkan melalui pelbagai kebijakan.
Hanya saja, karena kebijakannya lebih berpihak kepada rokok putihan, maka akan ada pergeseran pasar, sebab penikmat rokok akan dipaksa beralih dari kretek ke putihan. [rac]

Tags: