Terminal Situbondo Sepi Penumpang Dekati Lebaran

Terminal Situbondo sepi penumpang mendekati lebaran. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi serupa pada tahun lalu yang mulai ramai penumpang. [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa.
Sepuluh hari mendekati perayaan Idulfitri 1438 H kondisi terminal Situbondo yang ada di Jalan Jawa masih tampak sepi kemarin (13/6). Biasanya mendekati puncak lebaran arus penumpang sudah mulai membludak terutama bagi penumpang yang akan mudik ke kampung halaman. Pemandangan mencolok terjadi bagi penumpang jurusan Banyuwangi-Surabaya maupun jurusan Situbondo-Bondowoso-Jember.
Didik salah satu kru bus antar kota antar provinsi mengatakan, arus keberangkatan penumpang mudik di terminal Situbondo maupun penumpang yang ada di jalan-jalan masih sepi. Kata Didik, arus mudik lebaran tahun ini diprediksi tidak ada lonjakan penumpang seperti pada lebarang tahun 2016 lalu. Ini disebabkan, urai Didik, dipicu oleh faktor mudik gratis yang dilaksanakan pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta akhir akhir ini. “Program itu berdampak pada eksistensi mobil penumpang umum (MPU) di terminal Situbondo,” ujar Didik.
Masih kata Didik, program mudik gratis tersebut selain dapat merugikan kru bus juga berdampak bagi pendapatan pekerja lain di terminal Situbondo. apalagi, urai Didik, dalam beberapa tahun terakhir ini banyak para pemudik lebih memilih menggunakan motor daripada naik kendaraan umum. “Dua faktor ini sangat dirasakan para kru bus yang mengangkut penumpang antar kota maupun antar provinsi,” jelas Didik.
Kru bus Nopol N 7369 US asal Kabupaten Probolinggo ini juga mengeluhkan tentang pendapatan dengan biaya pengeluaran atau pembelian solar yang tidak sebanding. “Pendapatan dengan pembeliaan BBM Solar tak sebanding. Jangankan mendapat uang di bawa pulang untuk keluarga, untuk mendapatkan uang beli BBM Solar saat ini sangat kesulitan,” keluh Didik.
Senada dengan Didik, kru bus lain bernama Ipung juga merasakan hal yang sama soal dampk sepinya penumpang di Situbondo. Ipung mengaku lonjakan penumpang belum terasa hingga saat ini. Biasanya penumpang baru ramai, aku Ipung, menjelangan lebaran H-3 dan lebaran H+2. “Setelah lebaran H+2 baru terasa adanya lonjakan penumpang. Sementara menjelang lebaran 10 hari ini banyak penumpang yang hanya melakukan mudik untuk jarak pendek saja,” tuturnya.
Di sisi lain, Administratur terminal Situbondo Drs. Ismail Bakri mengatakan bahwa, kondisi Terminal Situbondo saat masih sepi penumpang dan belum ada tanda-tanda lonjakan penumpang mudik karena belum ada liburan sekolah dan aktivitas. “Saat ini banyak travel serta mobil sewa yang juga menjadi salah satu faktor sepinya penumpang mudik lebaran tahun ini,” jelas Ismail Bakri.
Selain itu, sambung Ismail, para pemudik yang menggunakan motor juga menjadi faktor pemicu sepinya penumpang angkutan umum diterminal Situbondo. sebab, urai Ismail, dengan mudik menaiki motor masyarakat mengaku lebih epesien dan lebih cepat sampai ketujuan daripada menaiki kendaraan umum.
Ismail juga menyinggung program mudik gratis sangat ditunggu masyarakat karena dapat mengantisipasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi kepadatan kendaraan di jalan. “Selain dapat membantu masyarakat ekonomi rendah program mudik gratis ini juga dapat mengurangi kepadatan arus kendaraan di jalan raya saat lebaran,” pungkas Ismail.
Diprediksi Meningkat
Sementara itu, seperti tahun sebelumnya, mudik Lebaran di Bojonegoro tahun ini diprediksi pengguna angkutan umum baik bus maupun kereta pai (KA) meningkat. Selain itu, masyarakat diharapkan waspadai titik rawan kemacetan saat melintasi jalur Bojonegoro.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Bojonegoro Iskandar memperkirakan akan terjadi peningkatan angkutan Lebaran 2017 sebesar 5 persen, baik masuk maupun keluar di Terminal Rajekwesi dan Stasiun Besar kereta api (KA) Kota. Untuk motor darat angkutan jalan mulai 15 Juni sampai dengan 11 Juli dengan prediksi puncak angkutan darat dan KA sama yaitu H-2 dan arus balik H+5.
Ia mememperkirakan jumlah penumpang masuk, baik di Terminal Rajekwesi dan Stasiun KA sebanyak 117.644 orang  dan keluar 113.744 orang. “Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun lalu untuk penumpang masuk 112.042 orang, dan keluar 108.328 orang,” jelas Iskandar, kemarin (13/6).
Menurut dia, mobil barang yang digunakan mengangkut barang galian/barang tambang berlaku di seluruh jalan arteri di Pulau Jawa mulai tujuh hari sebelum hari Raya Idul Fitri mulai tanggal 18 Juni (H-7) pukul 00.00 WIB sampai dengan tujuh hari setelah hari Raya Idulfitri 3 Juli H+7. ” Pelaksanaan angkutan lebaran dimulai H-7 sampai H+7,” katanya.
Untuk kondisi tersebut, Kasat Lantas Polres Bojonegoro, AKP Prianggo Parlindungan Malau mengimbau pada warga masyarakat khususnya para pemudik, saat melintasi wilayah Kabupaten Bojonegoro diharap mewaspadai titik-titik pasar tumpah karena berpotensi mengakibatkan kemacetan. “Ada beberapa titik pasar di jalur Bojonegoro yang harus diwaspadai para pemudik karena rawan macet, terutama pada arus mudik Lebaran,” ujarnya.
Ada enam  pasar di jalur Bojonegoro yang masuk rawan macet pada musim mudik Lebaran, di antaranya sepanjang Jalur Babat-Bojonegoro sampai Bojonegoro-Ngawi, yang masuk rawan macet pada musim mudik lebaran, di antaranya Pasar Baureno, Pasar Sroyo, Pasar Kapas, Pasar Purwosari, Pasar Cendono dan Pasar Margomulyo.  “Namun keenam pasar itu mempunyai hari dan jam sibuk sendiri-sendiri, yang perlu diwaspadai oleh para pemudik saat melintasinya,” terang Kasat Lantas.
Ditambahkan, untuk kesibukan atau kerawanan macet terjadi hampir setiap hari dan biasanya terjadi mulai pukul 04.00 WIB sampai 09.00 WIB. “Rata-rata kemacetan di pagi hari dan sore menjelang akan waktu buka puasa,” imbunya. [awi,bas]

Tags: