Terorisme Bukan Agama

Foto Ilustrasi

Seluruh dunia mengutuk tindakan terorisne di kota Christchurch, Selandia Baru. Terorisme ber-altar intoleran. Masyarakat internasional terbelalak, ketika salahsatu kawasan paling aman di dunia, juga dirambahi terorisme. Namun dunia semakin yakin, bahwa terorisme tidak beragama. Tidak beda dengan tindak kriminal lain, bukan ajaran agama, bukan simbol kebangsaan. Bisa terjadi di seluruh penjuru bumi, tanpa alasan.
Lebih ironis, karena penembakan menggunakan senjata otomatis milik militer. Seluruh dunia menuntut Selandia Baru segera mengusut tuntas. Terutama berkait personalitas pelaku dan senjata yang digunakan. Pelakunya ultra-kanan nasionalis. Dipastikan bukan dari kalangan muslim, bukan pula berkebangsaan Arab, maupun Melayu. Juga bukan suku asli Selandia Baru (Aborigin). Melainkan warga Australia dari ras Eropa.
Perdana Menteri (Selandia Baru) Jacinda Ardern, memastikan pemerintahan dan rakyatnya anti terorisme. “Ekstremis tidak memiliki tempat di Selandia Baru.” Sembari meyakinkan masyarakat internasional, bahwa pengadilan terhadap pelaku segera dilakukan. Dengan dakwaan pembunuhan berencana, dituntut ancaman pidana maksimal (mati). Salahsatu pelakunya diketahui sebagai warga New South Wales, Australia. Sudah sering memapar paham radikal ultra-rasialis.
Teroris menggunakan lima senjata, terdiri dari dua senapan semi otomatis, dua shotgun, dan satu senapan sambung. “Eksekutor” teroris menembaki muslim yang sedang melaksanakan shalat Jumat (15 Maret). Dua tempat ibadah yang disasar, adalah masjid Al-Noor, area Linwood Avenue, dan masjid kawasan Dean Avenue, di kota Christchurch. Seketika bergelimpangan sebanyak 49 korban jiwa, dan puluhan lain dirawat di rumah sakit setempat. Termasuk dua dari Indonesia (satu korban jiwa, dan satu terluka serius).
Tetapi akar terorisme di Selandia Baru, akan menjadi pencermatan keamanan negara-negara sedunia. Terutama negara tetangga (Australia). Karena diduga pelaku berpaham ultra nasionalis, biasa disebut ekstrem kanan. Perdana Menteri Australia, telah mengkonfirmasi, bahwa pelaku sebagai warga Australia, berpaham “sayap kanan.” Teroris yang bengis. Terbukti dengan manifesto yang diunggah pelaku di media sosial (medsos). Tujunnya menegakkan supremasi kulit putih. Sekaligus menentang kaum imigran.
Andai benar, teroris ber-altar ultra-rasial bisa menjadi tren. Seperti Zionisme, Nazi-isme, dan fasisme. Niscaya membahayakan setiap negara. Pada saat yang sama (sekarang) hampir seluruh negara telah menjadi multi etnis. Begitu pula kota-kota besar di dunia, menjadi tempat tinggal berbagai bangsa. Perancis, London, Paris, New York, dan Jakarta, telah menjadi “miniatur dunia.” Bahkan Walikota London (Sadiq Khan), merupakan anak imigran asal Pakistan. Muslim pula.
Teror pembuhuhan masal oleh pelaku kulit putih, sudah sering terjadi. Seperti terjadi Oktober (2017) di Las Vegas. Mata dunia terbelalak ketika Las Vegas (Amerika Serikat) diguncang teror tunggal tanpa bom. Korban jiwa sebanyak 50 orang (dan 500 lain terluka), diduga “di-eksekusi” dengan senjata laras panjang. Pelakunya, bukan muslim, bukan pula berkebangsaan Arab. Melainkan warga setempat, yang tidak berkait dengan sindikat teroris internasional.
Namun kepolisian Amerika Serikat (AS), memperoleh hujatan internasional. Karena tidak menyebut perilaku Stephen Paddock sebagai terorisme. Aksi akuntan yang hobi judi itu di-labeli sebagai “serangan” brutal bersenjata. Seperti tentara gila. Walau tidak berkait dengan sindikat terorisme. Namun dapat melakukan penyerangan kepada orang banyak secara individual (seorang diri). Lazim disebut “lone wolf” terrorism. Serangan yang ditujukan kepada banyak orang, adalah terror!
Kini hampir seluruh penjuru dunia telah menjadi multi etnis. In-toleran sering menjadi pemicu keinginan melakukan teror. Dunia tak boleh kalah dengan terorisme ber-altar rasial. Kini saat seluruh dunia bersatu padu menghapus in-toleran sebagai jaminan kedamaian.

——— 000 ———

Rate this article!
Terorisme Bukan Agama,5 / 5 ( 1votes )
Tags: