Tertarik Teliti Financial Distress

Prof Dr H Aminullah Assagaf

Prof Dr H Aminullah Assagaf
Persoalan Financial Distress yang dialami kebanyakan perusahaan baik di Indonesia maupun di dunia, membuat Prof Dr H Aminullah Assagaf tertarik menelitinya. Persoalan tersebut kemudian Ia tuangkan dalam orasi ilmiah dengan judul ‘Faktor-faktor yang Mempengaruhi Financial Distress Perusahaan’.
“Tidak sedikit perusahaan yang harus menghadapi kondisi Financial Distress (kesulitan keungan), karena mengalami kesulitan dalam membayar hutang dan modal kerja” jelasnya.
Dalam penelitiannya, guru besar Unitomo ke 14 yang baru dikukuhkan hari ini (29/3) mengungkapkan bahwa dalam persoalan tersebut, ia menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk studi empiris. Diungkapkan Prof. Aminullah Assegaf bahwa sejauh ini terdapat beberapa BUMN yang dihadapkan pada stuktur biaya yang lebih besar dari pendapatan, atau cash inflow yang tidak seimbang dengan cash outflow, sehingga terjadi defisit.
“Saya melihat, pengukuran yang digunakan BUMN untuk Keungannya kurang pas, kurang sesuai. Sehingga saya memutuskan untuk menggunakan pengukuran keuangan yang baru yang belum pernah terpakai,” ungkapnya. Lebih lanjut diungkapkannya, bahwa ia menggunakan teori marginal dalam menyelesaikan persoalan Financial Distress yang terjadi di BUMN.
Menurut Guru Besar ke 14 Universitas Dr. Soetomo (Unitomo), seharusnya, BUMN dengan kondisi saat ini, memerlukan tambahan pendanaan subsidi atau Public Service Obligation (PSO) dari APBN. Dengan begitu nantinya, dapat melanjutkan operasional dan likuiditas perusahaan agar tetap terjaga.
Lulusan Doktor Universitas Hassanudin menambahkan, meskipun dalam jangka pendek subsidi menimbulkan beban terhadap APBN, Namun tetap, diperlukan usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat.
“Karena itu pengurangan subsidi yang tren beberapa tahun terakhir dan sedang berlangsung hingga saat ini, perlu dilakukan secara bertahap,” tambahnya Guru Besar dalam bidang Ilmu Ekonomi Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unitomo ini.
Hal tersebut penting dilakukan, lanjut dia, mengingat potensi Social cost bisa saja terjadi. Jika hal tersebut terjadi, tentunya akan membebani kehidupan sosial ekonomi masyarakat. “Karena BUMN tentu akan melakukan penyesuaian harga pada tingkat ke ekonomiaan” sahutnya
Jika BUMN mengambil sikap yang seperti itu, tuturnya, maka bisa menyebabkan ekonomi biaya tinggi, menurunnya daya beli masyarakat, meningkatnya inflansi, menurunnya iklim investasi, dan meningkatnya pengangguran.
“Paling fatal adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional, jika hal yang saya utarakan terjadi” imbuhnya. [ina]

Rate this article!
Tags: